Forgive Me, Dad !

0

Aku hidup hanya berdua bersama ayahku yang bekerja sebagai buruh.

A Story by P2

Spread the love

Merasa seperti bukan apa apa di mata semua  teman temanku, aku selalu di hina sebagai seseorang yang tidak mampu. Teman temanku memiliki segalanya yang mereka inginkan. Sedangkan aku ?

Aku hanya memiliki barang yang seadanya saja.

“Mit, beli dong hp kayak kita, masa jaman sekarang masih pake handphone begituan ??”

Temanku selalu menjatuhkan diriku karena aku hanya memiliki hp senter.

Namaku Mita. Aku bersekolah di SMA Maju Jaya. Setiap  berangkat ke sekolah aku hanya berjalan kaki saja karena tidak punya kendaraan bermotor. Aku hidup hanya berdua bersama ayahku yang bekerja sebagai buruh.

Penghasilan ayah hanya cukup untuk makan saja. Aku telah ditinggal oleh ibuku sejak aku berusia 5 tahun. Entah kenapa ibu pergi meninggalkan aku dan ayahku.

Terkadang aku merasa kasihan kepada ayahku. Aku tidak mau menyusahkan ayah tapi aku ingin sekali memiliki handphone yang sama seperti temanku yaitu handphone android.

Saat aku pulang dari sekolah aku langsung mencari ayah.

“Ayah apakah ayah punya uang saat ini ?” aku bertanya kepada ayah dengan nada sopan.

“Ayah hanya punya uang untuk makan kita saja nak.” Jawab ayahku.

“Oh, yasudah ayah.”

“Kenapa nak ?” ayah bertanya balik kepadaku.

Dengan sedikit keraguan, aku menjawab pertanyaan ayah. Tentunya masih dengan nada sopan seperti pertama kali aku bertanya.

“Aku ingin sekali memiliki handphone android seperti temanku ayah.”

Mendengarkan perkataanku itu, ayahku hanya terdiam dan tidak merespon sama sekali.

Jam makan siang akhirnya tiba, dengan sederhana kami hanya makan nasi putih bersama dengan ikan asin dan sayur tumis saja. Selera makan ku berkurang hari ini sehingga aku hanya makan sedikit saja.

“Kenapa kamu makan sedikit ?” ayah bertanya padaku saat aku tidak makan dengan lahapnya seperti biasa.

“Aku tidak mau sekolah jika aku tidak punya handphone  android. Aku malu di ejek sama teman temanku.”

Aku meletakkan piringku dimeja dan memutuskan untuk masuk kedalam kamar.

Keesokan harinya, aku tidak pergi kesekolah. Aku menghabiskan waktuku dikamar saja hingga suara ayahku terdengar memanggilku.

“Nak, jangan lupa makan siang ya. Ayah sudah menyiapkan makananmu di meja makan.” ayah memberi pesan agar aku makan nanti sebelum ayah berangkat bekerja.

Aku hanya diam tidak menjawab perkataan ayahku. Beberapa menit kemudian, aku akhirnya keluar dari kamar untuk mengambil nasi dan makan siang karena perutku mulai memberonta.

Aku makan di meja makan tempat biasanya aku dan ayah menikmati makanan.

Setelah merenungkan persolahan hp seharian, aku memutuskan untuk berhenti sekolah saja daripada aku harus diejek temanku setiap hari. Aku akan mencari pekerjaan untuk bisa memenuhi kehidupanku dan ayah.

Aku tau ayah pasti tidak setuju jika aku bekerja namun aku harus bisa mencari uang juga. Ketika aku asik merenung, tidak terasa ayahku sudah pulang. Aku mengajak ayah untuk duduk di meja makan.

“Ayah, aku ingin mengatakan sesuatu.”

“Ada apa nak ?”

“Mulai besok aku akan bekerja ayah. Aku tidak ingin sekolah lagi. Aku malu jika teman temanku menghina diriku ayah !”

Ayahku terdiam sejenak dan mulai memberikanku nasihat agar aku tetap sekolah.

Aku menolak hal itu dan memutuskan untuk bekerja. Aku mengatakan kepada ayahku bahwa aku akan mulai sekolah jika aku sudah bisa membeli handphone android yang aku inginkan.

Ayah hanya diam dan berjalan menuju kamarnya tanpa berdebat lebih panjang denganku.

Aku akhirnya bekerja di sebuah rumah yang tidak jauh dari tempat tinggal ku. Aku bekerja sebagai asisten rumah tangga dan membantu pekerjaan rumah orang.

Aku akan bekerja apapun pekerjaannya asalkan itu halal. Aku bekerja dari jam 7 pagi sampai dengan jam 6 sore. Tidak terasa sudah 2 hari aku melakukannya dan aku mulai menikmati pekerjaanku meskipun sederhana.

Hari ini, ketika sudah waktunya untuk pulang, dari kejauhan seseorang memanggil namaku dengan panik.

“Mita…….” teriak seseorang sambil berlari menuju arahku.

Seketika aku menghentikan langkahku agar dia bisa mengejarku.

“Ada apa pak ?” tanyaku dengan rasa heran

“Ayahmu kecelakaan !” rasa kagetku muncul saat mendengar bahwa ayahku kecelakaan.

Tidak peduli dengan orang tersebut, dengan cepatnya aku langsung berlari menuju rumah sambil menangis tersedu, Setiba  di rumah apa yang ku lihat ? Bendera putih sudah terpacak di depan rumahku.

“Apa ini?” teriakku keras.

Aku melihat orang orang pada sibuk dengan beberapa hal didepan rumah. Aku segera masuk ke dalam rumah dan melihat ayahku sudah terbaring tidak bernyawa.

“Ayahhhhhhhhh !!!!!!” tangisku pecah begitu saja.

Tidak ada siapa siapa lagi di sini untuk menemaniku. Ibu pergi meninggalkanku dan ayah pergi selamanya dariku. Sungguh aku merasa sangat pusing dan tidak tau lagi harus bagaimana.

Tiba – tiba seseorang menghampiriku dan menyerahkan sesuatu untukku.

“Ayahmu menitipkan ini sebelum dia menghembuskan nafas terakhirnya.”

Ibu Tuti yang kebetulan adalah tetanggaku memberikan aku sebuah kotak kecil sebagai pemberian terakhir dari ayahku sebelum meninggal.

Setelah aku menghapus airmata dipipiku, aku membuka kotak itu dan menemukan sebuah handphone android didalam kotak itu. Aku menangis sambil memeluk ayah yang kini terbaring tidak bernyawa.

“Ayahhhh !! Aku tidak butuh ini jika harus nyawa ayah jadi taruhannya ! Ayahhhh !! Maafkan aku karena selama ini aku membuat ayah lelah dan memikirkan keinginanku, maafkan aku ayah !!” tangisku kembali pecah.

Namun semuanya telah terlambat. Ayahku tidak mungkin akan kembali dan handphone ini adalah kenangan terakhir darinya untukku.

Spread the love

Leave a Reply

Verified by MonsterInsights