“Mikaaa !!! Mikaa !!” mama menguncang tubuhku dengan kuatnya.
Aku terbangun dan air mata membasahi pipiku. MIMPI !! INI MIMPI !! jantungku terasa sungguh sesak. Mama terlihat panik disampingku.
“Mimpi buruk ?” tanya mama.
Aku hanya memberikan anggukan. Mimpi buruk ini terasa begitu nyata adanya. Mama membelai kepalaku dan mencium lembut keningku, melihatku sebentar dan kembali tidur. Jam didekatku masih berada diangka 4 pagi. Aku tidak berani untuk tidur, takut mimpi itu berlanjut. Belakangan ini aku sering mengalami mimpi yang buruk. Aku akan menelepon Rio dan mencek keadaannya.
(tit…..tit…..)
“Hai Mika..” Rio mengangkat teleponku, dari suaranya aku bisa tahu dia pasti terbangun karena panggilanku. Aku tersenyum lega mengetahui dia baik – baik saja.
“Ada apa..” tanya Rio lagi.
“Oh tidak ada. Aku hanya takut kamu marah soal kejadian semalam.” Berusaha mencari topik dan tidak berminat menceritakan mimpi buruk barusan.
“Kamu tidak cek pesan kamu kan. Hmmm.” Suara Rio yang masih ngantuk terdengar begitu indah bagiku. Dan bodohnya aku yang tidak pernah mencek pesan sebelum menelepon seseorang, ada sedikit rasa malu bercampur bahagia, tidak sabar membaca pesannya.
“Umm. Baiklah, selamat tidur kembali ya Rio.” Kataku cepat.
“Sampai jumpa nanti malam, Mika.” Tutup Rio.
Segera kucek pesan yang ada dihpku. Ketiduran karena begitu asik berbalas pesan dengan Jean malam itu. Sebuah pesan dari Rio, pasti terlewat olehku karena semalam aku hanya tertuju dengan chat Jean. Sebuah pesan manis dan ungkapan maaf tidak berminat membuatku panik karena menciiumku mendadak, dan dia berharap hal ini tidak membuatku bersikap aneh ataupun menjauhi dirinya, melainkan sebagai awal hubungan kami.
Aku tersenyum membaca pesan tersebut. berkali – kali kuulangin pesan tersebut, dan mimpi itu terasa begitu nyata. Tentunya tidak pada bagian kematian Rio yang menyeramkan.
(Jean, sorry baru balas, aku ketiduran semalam. So, kamu punya waktu tidak hari ini ? aku merasa ada yang aneh sama diriku belakangan. Mungkin ini juga aneh bagimu karena kita baru kenal semalam, dan entah kenapa aku merasa nyaman bercerita denganmu. So, aku berharap kita bisa berjumpa.)
Aku mengirimkan pesan pada Jean, aku sendiri tidak tahu kenapa melakukannya, namun perasaan didalam diriku berkata bahwa dia adalah orang yang tepat bagiku untuk membagi cerita. Mungkin karena aku tidak pernah punya teman yang melindungiku sebelumnya. Jadi ada semacam perasaan nyaman yang aneh didalam diriku, ditambah dia adalah orang yang membuat hubunganku kembali baik dengan Rio, meskipun hanya dengan menekan nomornya dan melakukan panggilan saja.
Aku mandi lebih pagi dan memutuskan untuk ke café lebih cepat hari ini. Jam makan siang hari ini akan kugunakan untuk pergi bersama Jean jika dia setuju untuk keluar bersamaku tentunya. Kusiapkan sarapan sederhana berupa nasi dan telur mata sapi, ditemani segelas tea hangat dimeja, seperti biasanya, aku meninggalkan mama yang masih tidur dan berperang dengan keseharianku.
Jalanan yang masih sepi membuatku sampai dicafe lebih cepat. Dari jarak 5 meter, bisa kulihat Alvin sudah berada disana karena kendaraannya terparkir disalah satu pojokan café, tempat biasa dia parkir.
Aku memelankan laju kendaraanku dan melihat apa yang dilakukan. Dia sedang membawa sebuah kantong hitam besar keluar dari café dan mengereknya kebak sampah tidak jauh dari sana. Apakah memang setiap malam café selalu memiliki sampah sebanyak itu ? mulai ada rasa kecurigaan dalam diriku. Aku memperhatikan Alvin dari seberang jalan dan menunggu hingga dia kembali menghilang kedalam café. Aku meletakkan motorku disebrang jalan dan memilih berjalan kaki ke bak sampah disana. Takut dia akan melihat aku datang dan mencek bak sampah, dan itu pasti akan menyulutkan perkelahian diantara kami.
Aku mengintip kedalam café dan bisa kulihat sekilas Alvin sedang sibuk disana. Mataku tertuju dengan bungkusan yang dibuang Alvin dan berjalan mendekati bungkusan itu. Plastic itu terasa berat seperti kemarin, aku memutuskan untuk memotongnya mengunakan kunci motorku. Aku tersentak begitu melihat kepala kerbau didalam plastik tersebut. masih terlihat segar namun tidak bertanduk sama sekali.
Untuk menu masakan kerbau memang kami punya, namun tidak pernah aku tahu tanduk kerbau juga bisa dimasak. Mungkin digunakan sebagai perasa tambahan yang resepnya rahasia. Aku menutup kembali plastik tersebut dan mengambil motorku, masuk kerja dan menyapa Alvin seperti biasanya.
(to be continue…)