[Ch. 06] Is That Good or Bad (?) PART II

0

Memukul merupakan hal salah. Sejak kejadian itu, aku tahu adalah aku mulai membenci papaku.

Spread the love

Aku terus berteriak hingga papaku pergi dari hadapan kami malam itu. Sadar bahwa papa sudah pergi, kupeluk mamaku dan menangis sejadi – jadinya. Aku tidak mengerti kenapa aku bisa begitu sedih melihat kedua orangtuaku yang begini. Pernikahan yang berada didalam pikiranku adalah saat papa dan mama saling berbagi cinta dan kasih.

Laki – laki mencari nafkah dan perempuan membesarkan anak dan menjaga rumah. Hal yang aku terima didalam keluargaku adalah mamalah tulang punggung bagiku. Dia mencari uang, membesarkanku dan memberikanku makan. Mengambil uang dilaci kepunyaan papa seharusnya bukanlah hal yang salah. Memukul merupakan hal salah. Sejak kejadian itu, aku tahu adalah aku mulai membenci papaku.

Malam itu mama tidak berani tidur didalam kamar karena takut papa akan kembali memukulnya. Aku mengambil bantal dan selimutku dari dalam kamar dan menemani mama tidur diruang depan. Beralaskan selembaran papan, kami tidur dibawah dinginnya lantai yang berlapis semen malam itu. Kupeluk mamaku dan kuputuskan agar mataku tidak terpejam malam itu. Aku akan menjaga mama malam ini.

Sepanjang malam aku terus berpikir. Aku memang tidak mengerti banyak hal, namun dari apa yang kulihat dan kuketahui melalui buku, aku paham bahwa seharusnya papalah orang yang memberikan mama uang. Dan apakah mengambil uang suami adalah hal yang salah ? Pikiranku sibuk memikirkan banyak hal. Kupandangi mama yang sudah tidur. Pipinya masih merah. Jika besok aku kesekolah, apakah papa akan memukuli mama lagi ?

Aku berusaha melawan rasa ngantukku sekuat tenaga malam itu. Aku akan menjaga mama dari papa dan tidak akan kubiarkan papa memukulnya lagi !

Aku terbangun dan kuperhatikan diriku sudah berada dikasurku. Sejak kapan aku masuk kedalam kamar dan sejak kapan aku tertidur ! Aku bangun dengan cepat dan segera mencari sosok mamaku. Tidak ada dikamar ! Aku berlari keluar kamar dan melihat mama sedang membuat kerupuk dibelakang, sementara papa duduk ditempat biasanya.

Hatiku cemas dan aku melangkah melewati papa pagi itu. Kutarik baju mama yang berada didapur dan berniat mengajak mama pergi dari rumah dengan kepolosanku. Mama melihatku dan mengelus kepalaku, menyuruhku bersiap kesekolah dan sarapan. Mama bersifat seolah tidak ada apapun yang terjadi malam itu. Aku hanya menuruti perkataan mama pagi ini.

Aku sampai kesekolah dalam keheningan bersama papa. Turun dari motornya aku tidak menunggunya memberikanku jajan ataupun meminta jajan padanya. Aku segera berjalan masuk kedalam sekolah dan meninggalkannya tanpa berkata apapun. Didalam kelas aku mulai suka mencoret – coret meja dan jam istirahat mulai kugunakan untuk pergi keperpustakaan.

Aku kesana tidak hanya untuk membaca. Aku mulai belajar bagaimana menyimpan komik dalam bajuku tanpa ketahuan. Aku mulai sering keperpustakaan untuk belajar bagaimana caranya mendapatkan sesuatu tanpa meminta.

Perkelahian kedua orangtuaku mulai menjadi pemandangan yang biasa bagiku. setiap perkelahian terjadi, papa selalu memukul mamaku. Terkadang aku melihatnya secara langsung namun aku tidak berbuat apapun lagi. Bukan tidak sayang kepada mama, namun karena aku tidak tahu mana yang baik dan mana yang buruk. Namun satu hal yang terkenang didalam hatiku dan pikiranku adalah aku tidak membutuhkan seorang papa didalam hidupku.

Aku mulai sibuk dengan duniaku. Hal yang aku lakukan setiap hari sepulang sekolah adalah tidur, makan siang dan pergi bersama mama. Aku tidak hanya belajar mengambil komik didalam perpustakaan. Aku juga mulai belajar bagaimana menyelipkan uang ditempat perjudian. Mama selalu menyodorkan uang secara diam – diam padaku dan memberikan kesan bahwa kami kalah. Tidak jarang juga saat lawan main mama disebelahku lalai dan uangnya terbang kearahku, aku mengambilnya dan menyimpannya tanpa rasa bersalah.

Untuk anak seusiaku, memiliki uang diatas angka puluhan ribu tentunya serasa surga. Aku mulai suka jajan berbagai macam makanan kesukaanku dikantin. Saat tidak punya uang, aku akan menunggu kantin hingga sepi dan memakan sisa makanan ataupun minuman orang lain agar tidak kelaparan. Dan ketika mama menang perjudian, aku bisa makan enak tanpa harus memakan sisa makanan oranglain.

Aku juga mulai belajar menyontek didalam kelas. Ada beberapa pelajaran yang mulai kusukai dan aku juga mulai mendapatkan nilai yang lebih baik. Khusus pelajaran yang tidak kusukai, aku selalu membuat contekan sederhana. Sejenis meringkas. Aku tidak tahu darimana ide tersebut datang. Contekan tersebut hanya terlintas begitu saja dalam pikiranku dan aku segera mempraktekannya. Hal tersebut sangat membantuku ketika aku berada pada posisi tidak paham, contekanku membantuku memperoleh angka minimal 6.

Sebagai anak bungsu, seharusnya aku bisa mendapatkan segala sesuatu cukup dengan memanjangkan tanganku pada orangtuaku. Namun hal ini tidak pernah aku dapatkan. Penolakan dan perbedaan kasih sayang yang aku rasakan membuatku berubah menjadi pribadi yang mulai tertutup. Aku mulai paham bahwa menangis tidak membuat segala hal berubah ataupun menjadi lebih mudah bagiku. Aku belajar untuk tidak menangis lagi sejak saat itu.

(to be continue…)

Spread the love

Leave a Reply

Verified by MonsterInsights