Kalau butuh film yang bisa bikin kita depresi selama menonton, maka film ini adalah jawabannya. Beneren ini film depresi bangat and dark konsepnya. Kalau selama ini cuma lihat glamornya Korea, maka ada juga sisi gelapnya loh.
Film ini airing pada May 15, 2020 dengan durasi 127 menit. Ini film panjang bangat dan didedikasikan khusus buat seseorang in the end of film. Endingnya sad sih tapi sekaligus juga melegakan menurutku.
I dont know what happen to Se Jin before sampai dia jadi orang yang selalu melukai dirinya. Yes, scene awal dimulai dengan Se Jin yang meminum banyak obat dan melukai tanganya sendiri. Disekolah, Se Jin juga menjadi bahan bully-an but she just smile and pretend everything is OK.
Ini berasa nonton film kejiwaan yang dipadukan sama depresi sih. Gimana seseorang bisa terus tersenyum mau dilukai gimanapun, tetap senyum aja gitu. Sampai kita mikir, are she crazy ? Atau depresinya sudah level akut sampai gak bisa memberikan respon emosi.
Se Jin hanya tinggal bersama adiknya. Tidak ada kejelasan dimana orangtua mereka, but we all know the whole story is talk about Se Jin life and bagaimana dia berusaha keras untuk melakukan aborsi karena dia hamil.
Hidup tanpa arah, Se Jin bertemu dengan beberapa teman diperjalanan aborsinya. Bekerja diclub karaoke, minum pill, she try everything buat aborsi but selalu gagal.
Sampai akhirnya Se Jin bertemu dengan keluarga yang ingin merawatnya dan juga anaknya.
Hidup is not fair. Pas ingin aborsi, tidak diberikan kesempatan. Pas ingin melahirkan dan mulai menjaga diri agar sibayi sehat, malah keguguran in the end. This film teach us to follow the flow aja sih, karena pada akhirnya kita akan mendapatkan yang terbaik, in the right time tentunya.
Film ini dark, bikin depresi. Kehidupan anak muda yang hancur begitu saja, orang dewasa yang malah memanfaatkan setiap kesempatan yang ada. In the end, what is really matter is our ownself. Love it while we can !