Disuatu hari yang membosankan, aku membuka lemari didalam kamarku. Lemari yang sudah lama tidak pernah aku buka, padahal keberadaannya begitu dekat.
Lemari itu adalah lemari yang berisi barang – barang tidak penting.
Bukan tidak penting, mungkin lebih tepat disebut barang yang jarang dipakai ?
Biasanya berupa hadiah atau barang yang sekedar dibeli secara random. Kadang juga diisi dengan souvenir dan barang lainnya.
Hal pertama yang aku temukan adalah sebuah kotak pink besar.
Kubuka kotak tersebut, ah…
Didalamnya berisi begitu banyak foto.
Mulai dari foto lama, hingga foto yang aku sendiri lupa kapan aku mendapatkannya.
Kutatap fotoku ketika masih kecil, sangat kecil.
Gambaran diriku ketika kerasnya hidup belum menghantamku.
Aku merindukan senyum itu,
Aku merindukan kepolosan itu.
Setelah puas melihat foto kecilku. Pandanganku terahli pada foto bersama temanku saat masih bersekolah.
Pada masa itu, rasanya begitu wajib untuk pergi kefoto studio setiap kali keluar bersama teman.
Mengumpulkan uang bersama, berpose konyol, pokoknya cetakan foto harus sebanyak anggota yang berfoto didalamnya.
Kuperhatikan foto demi foto, perubahan dari waktu ke waktu. Wajah orang – orang yang berada didalam foto itu tidak berubah, masih sama.
Paling hebat, hanya model rambut saja yang berbeda.
Lalu pikiranku melayang jauh,
Kapan terakhir kali kami melakukan hal ini ?
Seiring berjalannya waktu, kenangan yang tercetak ini hanya sekedar kenangan kecil yang tersimpan rapat.
Mungkin, jika foto studio masih setenar zaman dulu, wajahku sudah pasti menghilang dari sana.
Ketika kehidupan menghantamku dengan begitu keras, apa yang awalnya aku pikir bakalan terus ada, menghilang begitu saja.
Menginjak suatu keadaan dimana semuanya tidak baik – baik saja, menginjak suatu keadaan dimana aku sendiri hampir kehilangan harapan dan ingin menyerah.
Hal terakhir yang aku pikir tidak akan hilang,
Ternyata, menghilang juga.
Kubaca diary lama yang ikut tersimpan disana.
Masih tercatat dengan jelas hari – hari bahagia meskipun sederhana.
Hari dimana kami keluar bersama, hari dimana kami pergi menikmati semangkok mie ayam yang tidak jauh dari rumah.
Saat itu, kupikir inilah dia.
Orang yang akan selalu ada dikala keadaan senang ataupun susah.
Aku mulai menyadari bahwa pada akhirnya, yang akan terus ada dan menemani kita hanyalah diri sendiri.
Ya,
Hanya diri sendiri yang setia. Baik didalam keadaan susah ataupun senang.
Ternyata..
Selama ini aku salah, karena yang kupikir akan selalu ada, hanyalah kenangan disaat keadaan masih baik – baik saja.