Kalau biasanya aku duduk dicafe buat merenung, belakangan aku duduk sendiri dicafe buat menangis. Agak aneh, tapi memang aku sedang menghabiskan jatah sedih aku, yang aku gak tahu butuh waktu berapa lama agar bisa pulih. Lukanya besar bangat.
Aku tidak hanya kehilangan usahaku, yang benar – benar aku jalani sepenuhi hati, tapi aku juga kehilangan teman baik. Aku gak tahu dia menganggap aku apa, yang jelas, pada detik – detik terakhir mau pisah, aku mulai sadar kalau dia mungkin takut sama aku, seperti mamanya juga. Dan jujur, itu sakit bangat.
Aku sayang sama dia, sepenuh hati. Bahkan sejak hari pertama kami berkenalan. Jika aku bisa memutar waktu, aku gak pengen kenalan sama dia, tapi yah itu, either jadi rekan baik atau lesson. Dan setiap saat, aku selalu mendapatkan lesson yang sungguh menyakiti hatiku, bahkan aku sendiri gak tahu kalau aku salah dimana.
Aku berusaha memberikan yang terbaik buat dia, dan aku senang. Aku tidak merasakan cinta sama dia, tapi aku gak pengen kehilangan. Hingga pada akhirnya aku berhenti bekerja dari JNP, ketika aku ingin memulai usaha, orang yang aku ajak adalah dia, dan kebetulan, dia belajar membuat candle di Jakarta, dalam hati… Aku mikir mungkin kami memang sudah diatur buat jadi rekan yang baik.
Sebelum memulai usaha, sudah ada banyak perdebatan. Aku sendiri ragu apakah bakalan bisa berjalan mulus atau tidak. Tapi, kalau gak dicoba juga gak bakalan tahu kan ? Akhirnya kita mencoba, dan meskipun berat and penuh perdebatan diawal, akhirnya kita bisa juga memulai usaha yang diberi nama LEX.
Semua berjalan dengan baik. Mau eventnya zonk, mau hujan badai, dan lain sebagainya. Semuanya berjalan dengan baik. Aku ingat ketika dia sakit, dan aku berusaha keras merawatnya, untuk pertama kalinya aku mendengarkan kata, “terimakasih” yang aku rasa tulus dari hatinya yang terdalam.
Selama 2 tahun mengenalnya, aku selalu spend Saturday sama dia. Mau sesibuk apapun kegiatan kami, khusus Sabtu itu selalu ada waktu, bahkan kadang buat sekedar makan malam saja, atau keliling bodoh dijalanan. Aku ngerasa kalau ada dia saja, hidupku bakalan baik – baik saja, dan aku gpp sendiri terus, asal ada teman baik untuk bercerita, yaitu dia.
Ternyata, orang yang paling menyakiti kita adalah orang yang paling dekat sama kita, dan yang paling kita sayangi. Menghabiskan waktu sekian lama dengan dia, deep down aku merasa kayak dia itu ada hati sama aku, cuma aku berusaha keras melawan rasa itu, karena aku gak ingin apa yang sudah aku miliki hilang nantinya, jika aku salah.
Sekian lama berusaha, akhirnya kami berhasil mengumpulkan uang cukup banyak. Memutuskan untuk liburan, aku merasa sangat bahagia, walau jujur saat itu aku gak tahu harus bagaimana untuk mendapatkan uang extra, tapi aku senang, dan itu semua terasa cukup saat itu.
Menjelang akhir tahun, kami memutuskan untuk pergi berbagi kasih. Siapa yang sangka, hal itu menjadi awal dari perpisahan kami ? Dari sekian banyak hal, kenapa harus masalah orang ketiga ? Sudah seperti drama percintaan saja rasanya, tapi memang itulah kenyataannya.
Sejak awal aku sudah curiga, kalau C punya orang dekat. Aku bukan cemburu dan lain sebagainya, aku hanya ingin tahu aja langsung dari mulutnya, masa gak boleh ? Jadi yah, meskipun dia gak ada bilang, ketika hpnya mendadak bunyi dan aku tahu kalau dia mulai dekat dengan seorang pria, aku spontan langsung cemburu.
Memang bahaya kalau sudah cemburu. Banyak hal yang bisa dilakukan tanpa berpikir panjang. Akhirnya aku malah salah ucap kedia, yang membuat dia mulai menjaga jarak dan merasa gak nyaman sama aku. Gak peduli seberapa besar aku berusaha memperbaiki keadaan, bagaimana dia memperlakukanku, harga diriku sungguh sangat diinjak – injak sama dia.
Aku selalu berusaha menyakinkan diri bahwa semua baik – baik saja, bahwa aku kuat, dan bahwa aku bisa. Tapi tanpa aku sadari, hal yang aku lakukan malah hanya menyakiti diri sendiri, dan itu lama – kelamaan terasa gak benar untuk aku. Aku ingin berubah, aku ingin keluar dari hal itu, dan pada akhirnya, aku memberanikan diri untuk berpisah. Menyakitkan, tapi aku tahu hal ini bakalan melegakanku.
Pertengkaran, menyalahi diri sendiri. Aku gak sengaja melukai tanganku. Gak duga akan ada darah yang banyak, aku yang sambil nangis kayak, what the fuck… LOL dan disinilah aku, mengetik dengan jempol yang membengkak besar.
But, setelah pertengkaran, dan melihat bagaimana dia menyiapkan semua barangku, aku semakin sadar kalau masa bergunaku buat dia sudah habis. Ditambah dia berpikir aku benaran mencintainya, lebih mudah dia memijak aku dan membuangku. Then I just back home, with my own stuff and crying a lot.
Aku menghabiskan jatah sedihku, dan ketika aku berpikir bahwa gak ada orang yang peduli sama aku, mulai semakin tersadar kalau sebenarnya orang yang sayang dan peduli sama aku itu banyak. Aku hanya terlalu menutup mata dan memaksa keadaan, bahwa harus dia. Harus dia, harus dia dan harus dia.
Ternyata, aku kuat. Setelah aku terluka, aku kuat. Aku mau berhenti memikirkan dia mau gimana kedepannya, mengingat bagaimana mamanya memandangku, semakin yakin bahwa selama ini semua hanya kepalsuan belaka. Sakit, terluka dan trauma, tapi aku gak mau menjadikan itu sebagai tembok penghalang bagiku untuk sukses kemudian.
Aku kuat ! Gpp nangis dan terlihat lemah. Aku kuat ! Yuk bangkit lagi dan mulai lagi. Karena pada akhirnya, yang menemani diri kita hanyalah diri kita sendiri. Lebih berhati – hari, lebih pandai jaga diri dan jangan mudah percaya sama orang saja. Karena yang namanya manusia, bakalan lupa sama kita ketika mereka mendapatkan yang lebih baik daripada kita.
So, gpp sedih ! Kamu kuat kok !