Tidak jarang aku tersandung beberapa kali karena cahaya seadanya, aku tidak memperdulikan rasa sakit yang menerjang tumitku, lantai demi lantai aku naiki. Langkahku terhenti disalah satu lantai dengan aroma parfum yang begitu kental tercium olehku. Debaran jantungku berpacu cepat dengan tetesan keringatku, apakah Toma berada disini, seseorang telah mendatanginya.
Aku memelankan langkahku dan berjalan melihat sisi kiri – kanan sel disini. Aku tidak memanggil nama Toma karena pasti akan memancing keributan. Mataku tertuju pada sel dipojok kanan. Ada cairan berwarna gelap tergenang hingga melewati sel tersebut.
Seorang tahanan tergeletak didalamnya. Aku tidak bisa melihat wajahnya karena posisinya yang terkurap. Kuturunkan tanganku untuk menyentuh cairan tersebut, terasa dingin dan kental. Kuangkat tanganku dan kuencerkan kekentalan tersebut dijariku, berwarna merah merona, kudekatkan dengan hidungku dan aroma amis darah tercium. Dia sudah menjadi mayat lebih dari 10 jam, pikirku.
Punggungku mulai terasa panas, area bekas luka bakarku mulai berdenyut pelan. Ingin rasanya aku segera meninggalkan tempat ini dan meminta para pelayan membersihkannya, misteri keluargaku akan berakhir beriringan dengan datangnya para pelayan disini, tidak akan ada lagi korban yang tidak bersalah untuk dikorbankan. Mungkin aku hanya perlu kabur atau mengakhiri hidupku saja
Namun hatiku berkata lain, aku melangkah masuk dan mendekati mayat itu. Kudorong tubuh kaku tersebut dan melihat dengan jelas wajah Toma yang kini sudah tidak bernafas. Matanya tertutup penuh kedamaian. Sebuah lubang mendalam menembus dadanya. Seseorang telah membunuhnya.
Pipi Toma basah oleh airmataku, segera aku usap dengan jariku dan kembali kuletakkan tubuh Toma diatas dinginnya lantai bertanah sel ini. kupandangi sekeliling sel yang menjadi tempat tinggal Toma, jika aku mau mendengarkannya sekali saja, dia tidak akan mati dengan cara begini. dan jika memang dia adalah orang yang bertujuan jahat malam itu, tidak mungkin dia kini dibunuh.
Kukepalkan tanganku sekuatnya, gigiku bergetar hebat menahan seluruh amarah yang kini tersimpan didalam hatiku. Kutatapi dinding disebelah mayat Toma dan menemukan huruf E disana. ditulis setengah jadi, Toma meninggalkan pesan terakhirnya padaku. Apakah E adalah akhiran dari Monte ? aku berpikir dengan begitu keras dan salah satu ingatanku membawaku pada Luke, teman kecilku yang ingin kujumpai sebelum kejadian malam itu.
Aku lalu memberikan penghormatan terakhirku pada Toma, kuhapus huruf itu dengan kedua tanganku dan aku segera meninggalkan tempat tersebut. Aku harus berjumpa dengan Luke. Aku hanya terlambat berjumpa dengan Toma, aku tidak akan terlambat lagi kali ini.
Saat melihatku yang tergesa – gesa masuk kembali kedalam rumah, Jean bangkit dari tempat duduknya dan menghampiriku sebelum aku sampai kekamar.
“Bagaimana ?”
Aku hanya diam dan tidak berniat menceritakan apapun padanya. kudekatkan kepalaku padanya dan berusaha mencium aroma tubuhnya diam – diam, tidak mirip sama sekali. Aku lalu menjauhkan kepalaku dan melanjutkan langkahku.
“Josh, apa yang terjadi ?”
“Sudah terlambat Jean !”
Dan aku kembali meneruskan langkahku, masuk kedalam kamarku dan menutup pintu dengan hantaman keras.
Dia terdiam kaku, tidak pernah Josh memakinya begitu kasar tanpa adanya satupun penjelasan. Setelah dia mampu menenangkan dirinya, dia memutuskan untuk membersihkan peralatan menggambarnya dan membawanya kembali kekamar lalu menuju menara tersebut.
Dia berniat untuk bertanya langsung pada Toma, apa yang dia katakan pada Josh sehingga dia bisa semarah itu. Dia masuk kedalam menara tersebut dan berjalan dengan santainya karena sudah terbiasa akan cahaya remang didalam sana, dia bahkan tidak membutuhkan bantuan obor api dan dengan mudah dia bisa sampai ditempat Toma berada.
Dari kejauhan jantungnya berdebar, sel Toma terbuka begitu saja. dia lalu berlari kesana dan melihat lantai yang dipenuhi cairan merah maron. Dia menoleh kedalam sel dan menutup mulutnya, tidak sanggup mengeluarkan suara apapun selain wajahnya yang berubah menjadi merah dan airmata yang keluar begitu saja. Seseorang telah membunuhnya. Dia akhirnya mengerti maksud dari amarah Josh.
(to be continue….)