Kuraih obor tempat dimana Theo pertama kali menunjukannya padaku, setelah kunyalakan, aku menaiki tangga berputar dan berhenti disel pertama yang aku jelajahi bersama Theo, kali ini aku tidak mematikan oborku, aku membiarkan cahaya apinya menerangi langkahku dan sesekali aku mencondongkannya kedalam sela sel tahanan. Mereka meringkukkan badannya dan tidak berani melihat kearahku.
Aku mengintip kedalam beberapa sel lainnya sepanjang perjalananku menuju ruangan rahasia Theo, perilaku mereka rata – rata sama, rambut mereka panjang tidak teruruskan, badan mereka kurus tidak berisikan daging dan tubuh mereka hanya dilapisi sehelai celana hitam pendek. Tidak tahu sudah berapa lama mereka dikurung disini.
Pintu kayu ruangan itu tidak tertutup rapat, sepertinya ditinggalkan secara terburu – buru. Kuberanikan diriku untuk masuk kedalamnya. Pintu tersebut kubiarkan tetap terbuka agar aku dapat mengetahui jika seseorang berada disini. Berbekalkan cahaya obor ditanganku, aku berusaha mencari saklar lampu diruangan tersebut yang terletak agak didalam.
Setiap pijakanku terasa tidak nyaman, ruangan ini berantakan, seseorang telah mengacak – acak tempat ini. Setelah menemukan saklar lampu, kunyalakan segera dan kutiup oborku hingga apinya padam.
Kuletakkan oborku dimeja terdekat dan memperhatikan sekeliling ruangan ini. Lantainya basah dipenuhi cairan – cairan lengket, pecahan – pecahan kaca juga ikut menjadi penghias lantai. Mataku berahli ke rak – rak dimana pertama kali aku melihat berbagai jenis cairan dan label disana, hampir sebagian botol – botol itu sudah tidak bersisa. Seseorang telah merusak tempat penelitian Theo. Aku memutari setiap detail ruangan itu dan tidak menemukan sesuatu apapun yang bisa kujadikan sebagai petunjuk.
Helaan nafasku kini terasa berat, aku tidak memiliki bukti apapun lagi. Dan aku bahkan tidak tahu kepada siapa aku harus bertanya saat ini. Jean adalah satu – satunya orang yang membangunkanku malam itu, dan kini dia juga yang menjadi orang yang memintaku untuk mempercayai Toma.
Jika dari awal dia mengetahui niat jahat Toma, seharusnya dia tidak membangunkanku malam itu. ataukah Jean memintaku menolong Toma malam itu ? Aku berusaha mengingat setiap detail malam itu, dimana Jean yang dipenuhi keringat dan wajah ketakutan mendatangiku dan meminta pertolonganku.
“Tolong Josh, kamu harus kemenara sekarang juga !”
Ya, Jean lalu berlari pergi dan aku segera menyusulnya. Aku melihat orang – orang itu berkumpul didepan pintu, orang – orang yang sama persis dalam mimpiku dan membunuh ibuku, orang – orang yang juga membunuh Monte dalam mimpiku. Mungkinkah mereka datang untuk membunuh Toma dibawah pimpinan ayahku ? aku yang panik dan tidak berpikir panjang hanya langsung menerobos dan mengambil Mikasa dari tangan Toma, lalu menyalahkan Toma dan melukainya. Aku bahkan tidak mendengarkan detail kejadiannya sama sekali dan langsung berkata begitu kasar pada Toma.
Tanpa mengambil oborku, aku mulai berlari sekencang yang kubisa keluar dari ruangan. Aku melewati sel – sel tahanan dan naik kelantai berikutnya. Aku harus bertemu Toma, aku harus berbicara padanya, dan dia harus memberitahuku kebenaran yang sebenar – benarnya jika dia ingin aku memaafkannya.
(to be continue….)