Chapter Ten : A Room [03]

0

Aku berjalan mendekati salah satu jeruji yang berada disisi kiriku.

Spread the love

Kami akhirnya sampai. Theo meletakkan obornya disalah satu sanggahan obor disamping tangga. Sepanjang sisi kiri dan kanan lantai ini berisi jeruji besi – besi tua dan tidak ada penerangan sama sekali. Hanya ada beberapa obor kecil disetiap perselangan 3 jeruji. Bulu kudukku mulai berdiri, ada perasaan ngeri yang menerjangku seketika.

“Theo, tempat apa ini ?”

“Apakah tuan takut mengetahui kenyataan ?”

Kuperhatikan sekelilingku dan tidak ada siapapun disini. Theo tidak berjalan kedalamnya sehingga aku tidak tahu apa isi dalam jeruji tersebut. Jika aku berkata untuk kembali saat ini, aku tidak akan pernah mengetahui kenyataan apapun tentang keluargaku. Kubulatkan tekatku dan kuberanikan diriku untuk mengikuti Theo.

“Tunjukan padaku. Aku siap.”

“Baiklah tuan, mohon tuan tidak bertanya pada saya sepanjang perjalanan hingga keruangan khusus. Tuan bisa ?”

“Ruang khusus ?”

“Tuan percaya pada saya ?”

“Iya.”

Kami meneruskan perjalanan kami menuju sebuah pintu kayu yang berada tidak terlalu jauh didepan. Theo tidak menoleh kejeruji – jeruji tersebut. Aku mengikutinya tanpa menoleh sama sekali awalnya sampai sebuah suara gesekan kecil membuatku merasa begitu penasaran. Kuputuskan untuk terus mengikuti Theo tanpa melihat. Aku akan bertanya padanya begitu kami sampai diruangan khusus tersebut.

(grek….. grek….)

Suara gesekan tersebut terdengar lagi olehku. Kali ini lebih dari satu. Theo tidak menghiraukannya dan terus berjalan menuju ruangan tersebut. Aku memelankan langkahku sejenak, membuat jarakku dan Theo terpisah agak beberapa meter. Aku berjalan mendekati salah satu jeruji yang berada disisi kiriku.

Penerangan yang minim membuatku kesulitan melihat kedalam jeruji tersebut. Aku terus memicingkan mataku dan menyesuaikan pandangan mataku dengan cahaya yang ada. Tidak pasti namun aku bisa melihat ada rantai yang bergerak pelan dalam jeruji tersebut.

(grek… grek..)

Saat mataku mulai menyesuaikan diri dengan kondisi yang ada, seseorang berdiri didalamnya, aku terus memperhatikan sosok tersebut. Hilang !

“TOLONGGG !!!!!”

Sebuah lolongan keras dari dalam jeruji dan hentakan keras rantai pada pintu jeruji seketika membuatku begitu terkejut dan terjatuh. Aku kehabisan kata dan tidak mampu untuk meminta pertolongan Theo. Sosok tersebut mulai meraung – raung meminta pertolongan dan tangannya berusaha mengapai salah satu kakiku. Aku segera menarik kakiku dengan panic dan bangkit berdiri. Kuperhatikan sosok tersebut, kurus dan hanya mengenakan sebuah celana pendek hitam. Rambutnya berantakan tidak terurus.

“Kumohon… TOLONG AKU !!!”

“Siapa kamu ?”

“Aku… aku…”

Dia seketika terdiam dan matanya melotot penuh ketakutan, dia merangkak masuk kedalam tanpa menyelesaikan perkataannya. Theo kini berada disampingku. Kenapa dia begitu takut pada Theo. Apa yang sebenarnya dilakukan Theo ditempat ini.

Theo memandangku dan memberikanku intruksi untuk kembali meneruskan perjalanan. Aku tidak bertanya padanya karena aku tidak ingin kehilangan kesempatanku untuk mengetahui kenyataan. Kami meneruskan langkah kami, semua jeruji ini pasti diisi oleh mereka – mereka yang sama.

Sebuah pintu kayu lapuk kini berada tepat didepanku. Theo berhenti disana dan menoleh padaku.

“Tuan siap untuk masuk kedalam ?”

“Aku sudah siap sejak pertama aku kesini.”

“Baiklah tuan, mohon ikuti saya.”

Theo mengeluarkan sebuah kunci dari sakunya dan memasukannya kedalam lubang pintu tersebut. 3x putaran dan pintu itu terbuka. Theo berjalan kepinggir dan mempersilakanku untuk masuk kedalam ruangan tersebut terlebih dahulu. Tanpa keraguan aku berjalan melewati Theo dan masuk kedalam ruangan gelap tersebut. Theo mengikutiku dari belakang dan menutup kembali ruangan tersebut, membuat seluruh penglihatanku menjadi gelap seketika.

“Theo, aku tidak bisa melihat apapun disini.”

Theo tidak menjawabku.

“Theo !”

Tidak ada jawaban dari Theo. Tidak mungkin ini adalah jebakan. Kuberanikan diriku untuk melangkah secara perlahan dan tanganku sibuk bergerak keberbagai arah, berusaha mencari sesuatu agar dapat menjadi peganganku.

“Theo !”

Tanganku liar ditengah ruangan yang gelap dan lembab. Aku tidak bisa melihat apapun. dimana Theo.

(Trak.)

Sesuatu berguling mengenai kakiku. aku berusaha mengerakan kakiku untuk menyentuh barang kecil tersebut. Perlahan aku berjongkok kebawah dan tanganku berusaha mendapatkan barang tersebut. Kubiarkan setiap indra dijariku berusaha mengenali barang yang kini berada ditanganku. Barang ini keras dan sedikit memiliki tonjolan kedalam pada bagian atasnya. Kudekatkan barang tersebut kehidungku dan berusaha menciumnya.

Amis !

Segera kujauhkan barang tersebut dari hidungku dan berusaha meraba kembali barang tersebut hingga lampu diseluruh ruangan ini kembali menyala dan membuatku terkejut.

“Theo !” aku bangkit berdiri dan tanganku erat mengenggam barang tersebut.

Mataku mulai menyesuaikan diri dengan kondisi cahaya yang barusan menyala. Didepanku ada sebuah meja kayu panjang. Keempat sisinya sudah terpasang borgol besi yang kuat. Seluruh bidang meja ini berwarna sedikit kehitaman, berbeda dengan warna pada kaki meja yang masih kecoklatan.

Disamping meja ini terdapat setumpuk peralatan bedah. Mulai dari gunting kecil berbagai ukuran hingga pisau bedah yang tersusun dengan rapi disampingnya. Diujung ruangan ini berdiri kokoh beberapa rak yang berisi cairan – cairan dengan warna berbeda dimasing – masing botol kecil yang sudah tersusun rapi. Masing – masing botol tersebut diberikan label.

Pandangan mataku terhenti pada sebuah baskom berisi cairan merah yang berada dirak paling bawah botol – botol tersebut. Baskom ini tidak ditutup sama sekali. Perlahan kuberanikan diriku mendekati rak – rak disana. Kuperhatikan label kecil yang tertempel dimasing – masing botol tersebut, ditulis dengan bahasa latin. Segera kuahlikan pandanganku pada baskom yang kini berada dibawahku.

Tanpa keraguan, kuperhatikan baskom tersebut dengan detail. Berwarna merah sedikit ketuaan dan terdapat beberapa gumpalan didalamnya. Mataku dengan jeli melihat ada sesuatu yang putih didalamnya. Kumasukan tanganku untuk mengambilnya dan betapa terkejutnya aku saat kulihat sebuah gigi keluar dari cairan tersebut. Tanganku secara spontan melepaskan kembali gigi tersebut kedalam baskom dan membiarkannya tenggelam kedalam cairan itu.

Tangan kananku yang sejak tadi kukepal mulai berkeringat. Kuangkat tanganku dan kubuka perlahan. Sebuah gigi lainnya ! dengan cepat segera kubuang gigi tersebut dan beranjak dari sana. Theo sudah berada tidak jauh dari tempatku sambil memegang napan berisikan satu teko minuman yang masih mengempulkan asap beserta 2 gelas kaca kecil disisi kanannya.

“Ruangan apa ini Theo !”

“Tuan, mari duduk dulu. Ini sudah waktunya menikmati tea sore.”

“Aku butuh penjelasan sekarang, Theo !”

“Saya akan menjelaskan semuanya saat tuan duduk disana.”

Theo berjalan kesalah satu meja yang tidak jauh dari pintu masuk kami tadi. Disana terdapat sebuah meja kecil dengan lampu kecil diatasnya. Dua kursi kayu turut menjadi pendampingnya. Dengan lembut Theo meletakan napannya dan menyusun teko beserta gelasnya diatas.

Dia berjalan kembali kesisi lainnya yang terdiri dari sebuah kompor kecil dan wastafel, lalu meletakkan napannya disana. Aku mengikuti intruksinya dan kami berdua kini duduk berhadap – hadapan. Kupandangi dirinya yang tetap tenang sambil menuangkan tea kedalam gelas yang sudah dia siapkan.

“Silakan tuan.”

Aku tidak menyentuh teanya sama sekali, takut jika tea ini sudah diberikan obat bius didalamnya. Theo melihatku dan lalu mengambil gelasku, meminum tea yang ada dan meletakkannya kembali didepanku.

“Tuan, saya tidak akan meracuni anda.”

“Aku tidak berpikir begitu !”

“Saya bisa membaca seluruh pemikiran tuan jauh sebelum tuan sampai keruangan ini.”

“Siapa kamu sebenarnya, Theo !”

“Saya hanyalah pelayan setia keluarga Pars, tuan.”

“Tuan, silakan diminum teanya, jika dingin, rasanya akan berbeda.”

Kuangkat tea didepanku dan kudekatkan kebibirku. Aku terus menyakinkan diriku bahwa semuanya akan baik – baik saja. kutenguk perlahan tea tersebut dan aroma tea hijau menjalar keseluruh mulutku. Begitu nikmat. Aku minum dengan cepat dan menikmatinya.

“Tuan, anda saat ini berada disalah satu ruangan kesukaan tuan Loren.”

“Maksudnya ?”

“Ini adalah ruangan praktek keluarga Pars secara turun temurun, tuan.”

“Kenapa kamu membawaku kesini, Theo ?”

“Karena tuan akan segera menjadi penerus keluarga sah berikutnya.

“Aku tidak mengerti !”

“Tuan Loren akan digantikan sebentar lagi karena tuan memiliki kemampuan yang lebih hebat darinya.”

“Bohong !”

“Apakah tuan akan percaya pada saya jika saya menceritakan apa yang terjadi ?”

Aku hanya terdiam, mengantikan posisi ayahku adalah hal yang sungguh kuinginkan !

“Baiklah, aku akan mendengarkan ceritamu, Theo ! dan jika aku menemukan keanehan didalamnya. Aku tidak akan segan membunuhmu !”

Theo hanya tersenyum melihatku, melipat tangannya dan mulai bercerita padaku.


“Disaat matahari mulai menyembunyikan dirinya, disitulah keinginan itu semakin kuat. Akan kubunuh dia ! akan kubalas kematian ibuku ! aku akan menjadi penguasa baru yang akan menciptakan era yang baru !”

(to be continue….)

Spread the love

Leave a Reply

Verified by MonsterInsights