(blup…)
Kuperhatikan obat tersebut menghilang dalam lubang koslet. Sudah hampir seminggu aku selalu membuang obat yang disediakan Toma setiap pagi diatas mejaku. Aku mulai bertindak seperti orang yang sepenuhnya amnesia. Aku sudah mengetahui bahwa obat itu adalah obat penghilang ingatan yang mereka berikan padaku dari bisikan Dagon.
<Kita akan bermain dengan lebih pintar, partner>
Aku tersenyum pada diriku sendiri didepan cermin kamar mandiku. Yah, aku mulai berteman baik dengan suara – suara itu. Setiap tindakan yang aku ambil selalu aku bahas bersamanya. Bagiku Toma sudah bukanlah orang kepercayaanku. Aku hanya menjawab pertanyaannya sebatas apakah obat sudah diminum dan bagaimana les ku hari ini. Terkadang dia juga mengetes hasil belajarku, dan berkat suara bisikan itu, aku bisa menjawab setiap detail pertanyaannya dengan baik.
(tok.. tok)
“Tuan, apakah anda sudah siap ?”
Kupandangi jam dan masih ada 30 menit lagi sebelum jadwalku bersama Fabo hari ini.
“Aku akan belajar sesuai jadwal !” bentakku.
Aku mulai kehilangan sebagian jati diriku dan entah kenapa moodku mulai berubah tidak beraturan.
“Baik tuan.” Jawab Toma.
<Sebaiknya kamu jumpai Fabo.>
“Aku terlalu lelah melakukannya.” Jawabku.
<Percayalah padaku, partner>
Aku mengabaikan suara tersebut hari ini.
<Jangan memaksaku, partner>
Dengan helaan nafas berat, aku akhirnya bersedia menjumpai Fabo lebih awal hari ini.
Aku melangkah masuk kedalam ruangan tersebut dan bisa kulihat Fabo sedang membalik – balikkan beberapa lembar buku dengan asiknya.
“Bisa kita mulai ?”
Dia tersentak sedikit dan segera menutup buku bacaannya sambil berdeham kecil.
“Selamat pagi tuan muda.”
Aku tidak menjawab sapaannya dan langsung duduk disalah satu kursi kesukaanku. Fabo sedikit berlompat turun dari kursi tingginya dan tangan kecilnya memegang beberapa buku. Kaki kecilnya mulai terlangkah pelan kesampingku dan dengan sedikit usaha, dia akhirnya bisa duduk disampingku. Membuka buku yang tadi dibawanya dan didorongnya tepat kedepanku.
“Mari kita mulai pelajaran hari ini, tuan.”
∞
Setelah dia mengetahui bahwa tuan mudanya sudah memulai pelajarannya bersama Fabo, dia melangkahkan kakinya sepelan yang dia bisa. Rumah ini kosong karena dia sengaja memberikan pekerjaan lain pada pelayan – pelayan yang berada didalam sini.
Ditariknya sebuah kunci keemasan yang berada disaku jaketnya. Setelah memastikan kembali bahwa tidak ada siapapun disana, dia memasukan kunci tersebut kelubang pintu itu dan dengan pelan membukanya. Tanpa keraguan dia masuk kedalam kamar tersebut dan menutupnya kembali dari dalam.
Dia berjalan mengitari seluruh kamar tersebut dan berusaha mencari petunjuk apapun yang bisa dia temukan. Perasaan aneh terus menyelumutinya beberapa hari belakangan, ditambah kenyataan bahwa tuannya berbicara sendiri saat dia berada dibalik pintu kamar tuannya. Apakah tuannya membawa seseorang kekamar tersebut, atau adakah hal lain yang tidak dia ketahui. Dia memeriksa lemari pakaian hingga kolom tempat tidur tuannya, namun dia tidak menemukan petunjuk apapun.
Dia lalu menuju kamar mandi untuk membersihkan tangannya dan menyadari bahwa ada hal aneh dikamar mandi tersebut. Tidak biasanya tuan muda membiarkan koslet terbuka saat selesai digunakan. Dia berjalan mendekati koslet tersebut dan matanya seolah terbuka lebar. Dia menyadari bahwa air yang berada didalam koslet tersebut berwarna sedikit keruh. Tidak mungkin dari air seni ataupun kotoran lainnya karena keruhan itu sungguh berbeda.
Dia terus berpikir dan terpana didepan koslet tersebut, sampai sebuah pemikiran menyadarkannya bahwa tuan mudanya tidak meminum obat yang dia berikan. Pasti obat itu dibuang oleh tuan mudanya !
Dengan tangan gemetar, dia menekan tombol blush koslet tersebut dan membiarkan keruhan itu menghilang. Tangannya meraba salah satu kantong celananya dan mengeluarkan 2 butir obat yang sama dengan yang diberikan kepada tuannya setiap pagi. Dia lalu memasukan obat tersebut kedalam koslet tersebut. Sekali lagi, dia menekan tombol blush dan menyaksikan obat tersebut menghilang. Lalu dia menunggu. Berdiam diri dan melihat terus kedalam koslet tersebut.
Tidak dibutuhkan waktu lama, air yang berada didalam koslet tersebut perlahan mulai berubah warna dan menjadi keruh, tidak jauh berbeda dengan warna yang pertama kali dia lihat. Obat tersebut larut dan menyisakan bekasnya. Dia terdiam disana. Terkejut menerima kenyataan bahwa tuannya telah berbohong padanya.
(to be continue…..)