Aku memuntahkan seluruh makanan yang kumakan. Badanku mulai mengigil kencang dan aku mulai kehilangan penglihatanku. Samar bisa kulihat Toma berlari mendekatiku dan ayahku berdiri didepanku. Bibir kakunya membentuk kata yang kutangkap dengan jelas, “Tidak berguna.”
Toma segera mengangkatku dengan kedua tangannya dan berlari dengan cepat. Membawaku kembali kekamarku dan penglihatanku mulai hilang. Samar bisa kudengarkan detak jantung Toma yang terasa begitu kencang dan penuh ketakutan meskipun wajahnya berusaha untuk tetap tenang. Disusul langkah kaki lainnya yang berada dibelakang kami. Apa yang sebenarnya terjadi padaku.
∞
Keringat mulai membasahi sekujur tubuhnya. Dia semakin panik saat melihat wajah tuannya yang sudah kehilangan kesadarannya. Perjalanan dari ruang makan terasa begitu panjang baginya.
“Apakah mau kubantu ?”
Dia menoleh dan melihat Jean mengikutinya dari belakang. Dia hanya menggelengkan kepalanya dan terus membawa tuannya berjalan dengan cepat menuju kamar.
Dia segera meletakkan tuannya dengan hati – hati diatas kasur. Dibuka jasnya dan dilipat lengan kemejanya. Satu persatu kancing kemeja tuannya juga dia buka agar tuannya tidak merasakan sesak. Dia berlari menuju kamar mandi dan mengambil sebaskom air hangat. Dicarinya kain terdekat dan mulai membasahi kain tersebut, dan dengan penuh kelembutan dia membersihkan wajah tuannya dari bekas muntahan tadi.
“Pasti pekerjaan ini berat bagimu.” Kata wanita itu.
Dia tidak memperdulikan wanita itu dan terfokus untuk membersihkan bekas muntahan tuannya. Dibuangnya air baskom yang kotor itu segera setelah badan tuannya bersih.
Dia mengambil salah satu lilin terapi dan mulai menyalakannya. Membiarkan seisi kamar tersebut mulai dipenuhi oleh wewangian yang tenang.
“Kamu harus memberitahu kenyataan kepada dia, Toma.” Wanita itu kembali membuka pembicaraan dengannya.
Dia hanya diam dan duduk dengan tenang disamping tuannya. Tatapan matanya dalam dan penuh kepiluan. Merasa bersalah atas apa yang menimpa tuannya. Namun dia juga tidak bisa melawan perintah dari tuan Loren yang melarangnya untuk memberitahukan apapun. bagaimanapun juga, tuan Loren adalah orang yang telah menyelamatkan hidupnya.
“Toma, kalau kamu diam, aku akan beranggapan bahwa kamu tidak peduli pada tuan muda. Aku akan memberitahukannya segera setelah dia menyadarkan dirinya !” wanita itu mulai kehilangan kesabarannya.
“Diam !” dia mulai marah mendengarkan perkataan terakhir wanita tersebut.
“Kamu pasti tidak pernah menduga bahwa obat penghilang ingatan jangka pendek itu bisa berdampak buruk pada kesehatannya bukan ?” wanita itu mulai melanjutkan pertanyaan berikutnya.
Dipandanginya wanita itu dengan penuh kemarahan. Wanita itu tidak takut sama sekali dengan dirinya karena mereka sudah saling mengenal sejak mereka kecil. Ya, mereka adalah dua anak kecil yang diselamatkan oleh tuan Loren.
“Aku hanya menjalankan perintah tuan besar.” Dia menjawab pertanyaan wanita itu dengan dingin.
Wanita itu menatapnya lalu bangkit berdiri dan berjalan pergi meninggalkannya.
“Aku akan memberitahu tuan muda saat waktunya sudah tepat.” Dia melanjutkan jawabannya.
Wanita itu berhenti sejenak dan melanjutkan langkahnya, meninggalkannya sendirian bersama tuan mudanya yang tidak sadarkan diri.
Dia duduk kembali dan terpaku menatap tuan mudanya. Tangannya tergenggam erat dan kepalanya tertunduk. Tidak tahu apa yang harus dilakukannya.
(to be continue….)