Chapter Four : Childhood [03]

0

Suaraku bergetar saat mengucapkan dialog – dialogku, mataku terpana pada ayahku, bibirnya tampak tersenyum kecil, hal yang tidak pernah kulihat sebelumnya.

Spread the love

Cerita pengantar mulai dibacakan oleh salah satu temanku yang berperan sebagai narator. Untuk pertama kalinya aku merasakan kegugupan yang luar biasa didalam hidupku. Dengan topi kerucut besar diatas kepalaku dan jas hujan hitam yang sengaja dibuat melebar kesamping, aku harus mampu memerankan diriku sebagai penyihir sesungguhnya. Tirai panggung mulai naik secara perlahan, cahaya lampu sorot mulai menerangi kami dan tepuk tangan orangtua yang hadir mulai terdengar.

Aku melihat teman – temanku masuk kedalam panggung dan mulai memainkan perannya sesuai dengan latihan yang sering kami lakukan. Sampai saat giliranku untuk tampil tiba, tanganku begitu dingin dan aku berusaha mengenggam tongkat kayuku dengan erat agar tidak terlepas. Suaraku bergetar saat mengucapkan dialog – dialogku, mataku terpana pada ayahku, bibirnya tampak tersenyum kecil, hal yang tidak pernah kulihat sebelumnya.

Hatiku semakin berdebar, kali ini bukan lagi diisi oleh kecemasan, melainkan semangat yang membara dan berharap ayahku akan tersenyum bangga padaku diakhir pertunjukan. Aku berusaha menjaga konsentrasiku hingga pada peran dimana seharusnya aku terjatuh dengan tebasan pedang kayu Luke, aku malah melakukan perlawanan dan menjatuhkannya dengan spontan.

Seluruh hadirin diruangan tersebut terdiam dan sebagian mulai ribut karena pertunjukan tersebut berubah dari jalan semestinya, penyihir telah mengalahkan ksatria pelindung. Aku terdiam seketika dan mataku memperhatikan Luke dan penonton secara bergantian. Aku terdiam kaku dan tidak tahu apa yang harus kulakukan selanjutnya. Luke mengerang kesakitan. Kuperhatikan wajah ayahku ditengah kekacauan yang kuperbuat, dia tetap tersenyum disana.

Tidak ingin kekacauan ini berlangsung lebih lama, aku segera menjulurkan tanganku untuk membantu Luke banngkit berdiri. Dengan tatapan kemarahannya, Luke menyambar tanganku sekuat tenaga dan bangkit berdiri kembali, sebelum aku sempat minta maaf padanya, sebuah dorongan kuat dari Luke membuat aku terjatuh dengan kerasnya. Seluruh penonton tampak terkejut menyaksikan kejadian tersebut. sebelum aku sempat berdiri, Luke berdiri diatasku dan pedang kayunya terpegang erat ditangannya. Melihatku dengan penuh kemarahan.

“Dasar penyihir, sudah seharusnya aku membunuhmu sejak awal !” teriak Luke keras.

Aku terkejut dan berpikir bahwa ini mungkin cara Luke untuk memperbaiki keadaan. Meskipun dialognya sudah berbeda dari naskah yang diberikan, aku tidak melakukan perlawanan apapun. kubiarkan dia melanjutkan sandiwaranya dan berharap setelah pertunjukan selesai, dia bisa memaafkanku.

“Wahai para penonton, penyihir ini telah memperbudak begitu banyak orang dan menjadikan mereka sebagai korban untuk ilmu hitam mereka. semoga dengan matinya penyihir ini, semua orang yang menjadi tawanannya bisa diselamatkan !” ucap Luke keras.

Seluruh penonton terdiam, menyaksikan seolah apa yang dikatakan Luke nyata. Aku berusaha meraih tongkatku kembali untuk melakukan perlawanan sedikit agar pertunjukan kami sedikit menyenangkan. Luke yang melihat tanganku langsung memijak tanganku.

(krak..)

“Aghh !!” teriakku.

Ini bukan panggung drama seperti yang kupikirkan. Tanganku mati rasa, tidak bisa kugerakan. Tulangnya pasti sudah patah.

“Tol…” peerkataanku terhenti saat sebuah hantaman kuat mendarat didadaku.

Luke menginjak dadaku sekuat tenaga ! Untuk anak berusia 10th seperti kami, tidak mungkin dia memiliki tenaga sekuat ini ! Aku tidak mampu melakukan perlawanan, bahkan untuk meminta tolong. Pandanganku mulai buram namun bisa kulihat dengan jelas teman – temanku yang berada diatas panggung tidak ada yang berani mendekati, mereka seolah tersihir oleh Luke dan menganggap bahwa ini masih merupakan bagian dari pertunjukan.

Mereka hanya diam disana, dan aku bahkan tidak bisa mendengarkan suara penonton yang ada sama sekali. Tatapanku pilu melihat Luke dan pedang kayunya terangkat tinggi diudara, saat itulah aku tahu kehidupanku akan segera berakhir.

(to be continue….)

Spread the love

Leave a Reply

Verified by MonsterInsights