“Tuan ! bangun tuan !”
“Tuan !! bangun !!” suara itu terdengar semakin jelas olehku.
“Tuan !!”
“Ugh,,,” aku mulai membuka mataku dan sebuah cahaya kecil mulai masuk kedalam penglihatanku.
<buat apa bangun>
Suara tersebut mengendalikanku. Aku kembali memejamkan mataku, biarkan aku tidur sebentar lagi disini, Gumamku.
“Tuan !! bangun tuan !!” suara itu terdengar lebih jelas kali ini.
Aku membuka mataku kembali dengan beratnya dan kubiarkan cahaya kecil tersebut masuk dalam penglihatanku untuk kedua kalinya. Bisa kurasakan ada kehangatan yang terpancar dari cahaya itu.
<kita harus tidur>
Suara itu kembali mengangguku, kali ini aku mulai mengabaikan suara tersebut dan tanganku berusaha menjangkau cahaya itu. Terasa jauh dan aku berusaha keras membuka mataku dan mengejarnya. Cahaya terang tersebut menghangatkan badanku ketika aku berhasil meraihnya.
“Tuan ??”
Kupandangi sekelilingku dan Toma sudah berada disampingku, wajahnya terlihat cemas.
“Tuan, apakah mimpi aneh itu kembali menganggu tuan ?” Tanya Toma lembut. Wajahnya kembali tenang seperti biasa.
Aku tidak menjawab pertanyaan Toma dan terus menggelengkan kepalaku, berusaha mengumpulkan kesadaranku sepenuhnya, badanku mulai berkeringat seketika, lenganku terasa panas.
“Berapa suhu ruangan ini Toma ? sudah berapa lama aku ketiduran ?” tanyaku panik. Badanku terasa semakin panas.
Toma berjalan ketempat pengatur suhu dan membacakan angka suhu yang tertera disana, normal seperti biasa. Lalu dia berjalan kembali dekatku dan mulai keheranan melihatku yang mulai membuka kancing bajuku.
“Ada apa tuan ? kenapa tuan berkeringat dan wajah tuan merah ?”
“Panas !!” teriakku.
Aku mulai tidak tahan dengan rasa ini, semakin lama terasa semakin panas.
Aku lalu bangkit dan berlari, keluar dari ruangan belajarku, menuruni tangga yang ada dan melewati pelayan – pelayan yang keheranan.
Aku melihat kolam terdekat dan tanpa berpikir panjang, aku langsung terjun kedalamnya. Berusaha memadamkan panas yang menjalar seluruh badanku. Aku bisa merasakan bahwa seisi rumah panik, binggung dan akhirnya saling berbisik – bisik kecil, mereka pasti sedang membicarakan diriku.
Aku menyelam semakin dalam, panas yang menyerangku perlahan mulai menghilang. Apa yang terjadi pada diriku ! aku berenang keatas dan segera mencari tempat yang bisa kududuki.
<kamu milikku>
Kupandangi sekelilingku dan tidak dapat kutemukan siapapun didekatku. Panas itu menghilang dan hembusan angin disekelilingku mulai dapat kurasakan. Dari kejauhan tampak Toma yang berlari keluar dari rumah dan tangannya memegang handuk serta baju untukku.
Toma meletakkan handuk dan bajuku pada salah satu kursi didekat kolam dan duduk disampingku. Dia hanya memperhatikanku.
“Toma..”
“Ya Tuan ?”
“Aku minta maaf..” Kataku singkat, aku bahkan tidak berani memperhatikan matanya saat percakapan kami berlangsung.
“Tidak masalah tuan, tuan juga tidak perlu meminta maaf padaku.” Jawabnya tenang.
“Aku merasa seperti bukan diriku sejak kepergian ibu.”
Toma hanya diam mendengarkanku. Aku berusaha menahan suaraku agar tetap terdengar tenang, namun getaran – getaran kecil itu tidak dapat kuabaikan, suaraku terdengar serak.
“Apakah tuan menangis ?” Tanya Toma lembut
“Tidak !! aku kedinginan !” aku tidak ingin terlihat lemah.
“Kenapa tuan masuk kedalam kolam tanpa membuka pakaian tuan dan begitu buru – buru ?”
“Badanku terasa panas, aku tidak tahu kenapa namun itu panas.” Tanganku berusaha meraih pundakku, berusaha menunjukan pada Toma dimana posisi panas itu berasal.
“Tuan, izinkan aku untuk membuka pakaian tuan.” Kata Toma kemudian. Tangannya dengan lembut membuka sisa kancing bajuku, aku membiarkan Toma melepaskan pakaianku dan wajah Toma berubah seketika begitu bajuku terbuka.
“Ada apa, Toma ?” tanyaku mulai panik,
Wajah Toma seperti bukan dirinya, kaku dan dingin.
“Tuan..” dia menahan kata – kata yang ingin dia ucapkan.
“Kenapa, ada yang salah ?” aku bertanya terus sambil berusaha melihat ada apa dipunggungku.
“Tuan, apakah tuan membuat tattoo ?” Tanyanya dingin.
“Tidak pernah !” bentakku.
“Sebentar tuan, akan saya ambilkan kaca.” Toma bangkit berdiri dan berjalan cepat kedalam rumah.
<kamu milikku>
“Siapa !” bentakku,
Suara tersebut terasa begitu dekat denganku, seolah berasal dari dalam diriku. Aku mulai memegang kepalaku dan rasa pusing menjalar seluruh badanku.
“Tuan !” teriak Toma.
Dia berlari menuju ketempatku dan membawakanku segelas air. Aku menolak pemberiannya karena aku pasti akan muntah jika minum air putih saat ini.
“Tuan, ini air suci.” Tegas Toma.
Bagaimana bisa dia membawakan aku air suci secepat ini, dan untuk apa air suci ini dia berikan ! namun tanpa berpikir panjang aku meraih gelas tersebut dari tangan Toma, seluruh jemariku terasa gemetar dan kaku.
<Jangan diminum !>
Jeritan suara tersebut memenuhi kepalaku. Aku harus minum ! aku berusaha membantin didalam diri, melawan suara tersebut dan mengerakkan tanganku dengan susah payah. Bibirku bergetar hebat seperti kedinginan yang menusuk, Toma melihat perubahan anehku lalu segera membantuku memasukan air tersebut kedalam mulutku.
Air itu menyentuh bibirku dan aku langsung minum dengan sangat cepat sampai tidak bersisa apapun didalamnya. Kuletakkan gelas tersebut dan berusaha melawan rasa pusing ini. Perlahan rasa pusingku menghilang dan tubuhku terasa panas sesaat. Lalu semua menjadi ringan. Aku bisa merasakan tanganku kembali bertenaga dan getaran bibirku menghilang. Aku merasa seperti arwahku telah kembali kedalam diriku.
“Toma, apa yang sebenarnya terjadi ?”
Toma menatapku serius dan mengangkat kaca yang tadi dibawanya, dia memberikan intruksi padaku untuk memperhatikan kaca tersebut. Dia mengangkat kaca tersebut perlahan dan wajahnya begitu datar, pandangannya dingin dan matanya tertuju pada satu titik yang berada dipunggungku. Aku mengalihkan pandanganku kearah kaca. Sebuah tanda hitam dan berbentuk seperti lingkaran tercetak dipunggungku.
Aku menyipitkan mataku dan berusaha melihat tanda tersebut. Sebuah lingkaran kecil dengan ukiran – ukiran aneh dilapisan bulatannya dan sebuah lilitan dipertengahan lingkaran tersebut. Tidak menimbulkan bengkak sedikitpun dan terlihat merah seperti baru ditempelkan. Apa yang terjadi padaku ! tanda apa yang berada dipunggungku !
“Tuan, apakah tuan melakukan perjanjian dengan sesuatu ?”
“Tidak !” jawabku.
Aku berbohong padanya karena tidak ingin dia tahu apa yang terjadi pada diriku sebelum aku paham terlebih dahulu.
“Tidak mungkin ada lingkaran..” Toma mulai berdebat lalu segera terhenti saat suara seseorang yang tidak asing terdengar dari kejauhan.
“Itu hasil seni ku !”
Toma menurunkan kaca tersebut dan pandangan kami langsung berganti pada arah datangnya suara tersebut. Jean berjalan dengan santainya kearah kami.
“Jean, dari mana saja kamu !” tanyaku cepat.
“Kan sudah kubilang jangan makan aneh – aneh karena akan membuat tattoo ini terasa panas dan gatal !” marah Jean.
Aku tertegun sejenak namun segera sadar ini pastilah sandiwara Jean didepan Toma.
“Iya, maaf ya.” Jawabku.
“Jean, sejak kapan kamu membuat tattoo ditubuh tuan muda !” Toma tampak marah dan bangkit berdiri.
“Sebelum aku pergi, masa penyembuhan tattoo kan lama. Salah sendiri Josh tidak bisa diberitahu !” Jean membantuku berdiri dan menutupi badanku dengan handuk yang dibawa Toma.
Tanpa menunggu Toma berbicara, Jean memapahku kedalam rumah, meninggalkan Toma dalam keadaan marah.
“Amarah, dendam dan kebencian. Mereka berpadu menjadi satu dan menciptakan rasa panas yang mampu melumpuhkan segalanya.”
(to be continue…..)