Part Twenty Five : Will You Marry Me ?

0

Dia tidak memiliki cinta yang besar pada pria itu, tetapi dia sungguh menyayangi pria itu.

Spread the love

Waktu berlalu begitu cepat sejak hari dimana mereka kembali berbaikan. Hubungan Risa dengan Marlin juga membaik seiring waktu. Mereka terkadang menghabiskan waktu bersama bertiga. Satu hal yang menyisakan pertanyaan bagi Risa adalah bagaimana Marlin bisa terus bertahan dengan status jomblonya. Dia tidak pernah mempertanyakannya secara langusng, tidak mau hubungan mereka kembali memburuk. Dia sendiri sudah memiliki hubungan yang pasti dengan Hanze. Meskipun mamanya sudah mengatakan bahwa dia tidak setuju, dia tetap menjalani hubungan tersebut.

Baginya, alasan mamanya tidak masuk akal. Hanya karena Hanze lebih muda darinya bukan berarti dia tidak bisa bersama pria itu. Dengan bersama Hanze, dia tidak hanya memiliki kehidupan yang lebih baik, bahkan mantannya juga mulai tidak berani menganggu kehidupannya sejak Hanze turun tangan. Untuk masalah anak, mereka memutuskan untuk tidak pernah mempertemukan Yoki dengan mereka lagi.

Awalnya Yoki sungguh keberatan, namun Hanze dengan tegas menantang mantannya itu untuk maju kejalur hokum. Bertaruh antara kehilangan hak asuh atau terbebas dari mantannya. Yoki tidak pernah memilih keduanya dan menghilang begitu saja. Sesekali dia hanya meminta foto anaknya dan Yoki tidak pernah kerumah mereka sama sekali. Sosoknya sudah mulai menghilang dari ingatan kedua anaknya.

Awalnya Risa merasa tidak nyaman, namun seiring waktu, dia mulai menikmati kehidupannya. Hanze tidaklah seburuk yang dia duga. Meskipun terkadang perasaannya suka membuat Risa binggung, pria itu dengan cepat bisa kembali baik. Hubungan Hanze dengan kedua anaknya juga terbilang baik. Dia terkadang membantu Risa mengantarkan anaknya kesekolah, membawa mereka ketempat less dan tidak lupa membelikan kue ulangtahun setiap kali mereka berulang tahun. Termaksud juga dengan keluarganya. Dia tidak memiliki cinta yang besar pada pria itu, tetapi dia sungguh menyayangi pria itu. Dia membayangkan kehidupannya jika Hanze tidak bersama dengannya, mungkin dia tidak akan sebahagia saat ini.

Sejak berhentinya Hanze dari tempat kerjanya, pria itu memutuskan untuk menjadi seorang editor. Dia juga menulis beberapa buku yang sangat sukses dan membuat kehidupan mereka berdua lebih baik. Pria itu juga suka mengoleksi berbagai mainan. Sebuah mainan langkanya bisa bernilai ratusan juta bagi para kolektor. Bisnis keluarga Risa sendiri mengalami peningkatan yang sungguh baik. Mereka mulai membuka beberapa cabang dan Risa bertugas untuk mengatur semua keuangan mereka dengan baik. Sementara Karen, sudah menikahi seorang pria yang kaya dan mereka memiliki seorang anak bersama.

Satu hal yang tidak pernah dilakukan Risa adalah memberitahu Male dan Mola bahwa Hanze bukanlah ayah mereka. Dia memilih untuk menyimpan rahasia itu. Kedua anaknya perlahan mulai melupakan sosok Yoki. Bagi dia, tidak memberitahukan cerita sesungguhnya akan lebih baik bagi kedua anaknya. Fakta terkadang menyakitkan, dan dia memilih untuk mengubur fakta itu. Hanze tidak pernah mempermasalahkan keputusannya tersebut. Meskipun kedua anaknya tidak pernah memanggilnya dengan panggilan yang dia harapkan, Hanze tetap mencintai mereka bertiga. Hal tersebut sudah lebih dari cukup bagi kehidupan Risa saat ini.

Hari itu dia memiliki janji untuk makan malam bersama Marlin disalah satu café terbaik yang ada dikota itu. Sungguh hal yang aneh bagi Risa. Dia sempat ragu akan ajakan Marlin dan bertanya kepada Hanze. Namun kesibukan Hanze mengejar deadline membuatnya tidak bisa menemani Risa dan Marlin makan malam bersama seperti biasa. Akhirnya Risa memutuskan untuk pergi bersama Marlin setelah 3 hari berturut – turut Marlin memberikan code padanya untuk mencoba makanan disana.

Setelah kedua anaknya pergi bermain bersama teman mereka, dia memilih baju terbaiknya. Terkadang dia keluar dari kamarnya dan menanyakan pendapat mamanya akan salah satu baju yang dia kenakan.

“Kemana sih kok sampai musti cantic begitu ?”

Tanya mamanya heran.

“Biasalah ma, Marlin ngajak makan ketempat yang super mahal. Malu dong kalau penampilannya seperti gembel. Aku bahkan tidak pernah kesana sama sekali sangking mahalnya.”

“Oh ya, dalam rangka apa ?”

“Tau tuh. Katanya sih dia udah lama pengen coba. Pas kebetulan Hanze tidak bisa hari ini. Jadi bisalah sekalian quality time.”

“Nah itu bagus.”

Mamanya tidak merespon setiap perkataan Risa yang berhubungan dengan Hanze. Mamanya membantu Risa mengikat tali dressnya dan memperhatikannya dengan seksama sebelum tersenyum pada Risa. Pertanda busananya sudah bagus.

“Jadi Marlin yang jemput ?”

“Iya ma. Nanti kalau anak – anak sudah pulang, bilangin ya mamanya pergi kelayapan sebentar.”

Risa lalu berjalan kepintu depan sambil sesekali melihat ponselnya. Tidak lama dia menunggu, mobil Marlin berhenti didepan lapak mereka. Marlin membuka kaca mobilnya dan menyapa mama Risa terlebih dahulu. Mereka lalu melaju pergi setelah mama Risa memberikan anggukan kepalanya, tanda persetujuan keberangkatan mereka.

Δ•Δ

Bertemankan gemerlapnya lampu led yang berkedap – kedip sepanjang halaman café, tampak mobil – mobil mewah terparkir dengan rapi disepanjang perjalanan mereka. Marlin menghentikan mobilnya tepat didepan seorang petugas café dan memberikan kunci mobil padanya. Pintu café tersebut terbuka dari dalam dan 2 orang pria tampan menyapa mereka dengan ramah. Dia mengikuti langkah Marlin dibelakang dan wajahnya tampak begitu kagum akan pemandangan didalam café yang baru pertama kali ini dia masuki.

“Pesanan atas nama Marlin.”

Wanita itu tampak sudah menyiapkan semuanya. Petugas disana memeriksa buku tamu lalu mempersilakan mereka mengikutinya kehalaman belakang. Halaman itu dipenuhi oleh tanaman – tanaman hijau yang unik. Dia sedikit heran melihat lampu yang mulai terasa remang – remang dan mereka terus berjalan ketempat yang bisa dikatakan gelap.

Tidak lama Marlin dan petugas tersebut berhenti lalu mereka menepuk tangan mereka bersama. Dalam hitungan detik, lampu dihalaman belakang café itu menyala dengan gemerlapnya. Dia panik seketika. Hanze berada disalah satu kursi tidak jauh dari tempatnya berdiri. Dia memperhatikan sekelilingnya yang ternyata sebagian adalah teman – teman lama mereka. Seluruh tubuhnya bergetar, dia melihat Hanze mengenggam sebuah bunga didekapan dadanya dan pria itu mulai berjalan pelan mendekatinya.

“Marlin, apa maksudnya ini !”

Tanya Risa gugup. Sahabatnya tersenyum dan berbisik padanya dengan lembut.

“Dia akan melamarmu !”

“Apa !”

Sebelum semua pertanyaan Risa terlontarkan, sebuah alunan lagu romantic mulai diputar. Hanze kini berada didepannya. Pria itu memberikannya bunga dan dengan tangan gemetar, Risa menerimanya. Semua orang bertepuk tangan. Jantungnya kini serasa ingin keluar dari rongganya.

Hal yang ditakutkan terjadi. Pria itu menurunkan lututnya sebelah dan mengeluarkan sebuah kotak dari sakunya. Dia lalu menunjukan kotak itu kepada Risa dan sekeliling mereka hening. Dengan lantangnya Hanze melamar Risa malam itu.

“Risa, setelah apa yang sudah kita lalui bersama selama ini. Aku ingin melangkah kearah yang lebih serius.”

Tanpa menunggu jawaban Risa. Pria itu membuka kotak tersebut dan tampak sebuah cincin dengan permata diatasnya berkilau dengan indahnya. Pria itu menyodorkan cincin itu lebih dekat pada Risa.

“Risa, Would you marry me ?”

Sorak dan tepuk tangan beriringan dengan kerasnya. Beberapa orang mulai berteriak memberikan Risa intruksi untuk berkata ‘Yes’ pada pria yang berada didepannya itu.

Malam itu, hal yang dia rasakan bukanlah kebahagiaan melainkan kepanikan. Seolah seluruh dunianya runtuh malam itu. Bibirnya bergetar hebat namun dia tidak berani mengucapkan 3 kata sederhana itu didepan Hanze.

Melihat keraguan Risa, semua orang disana mulai menghentikan tepuk tangan mereka. Mereka kini tampak tidak tersenyum. Risa melihat sekelilingnya dan menatap Hanze. Matanya berkaca – kaca, begitu juga Hanze. Wajahnya tampak begitu pucat.

“Maafkan aku.”

Risa mengakhiri kisah malam itu. Dia tidak menunggu Marlin. Setelah perkataannya tersebut, dia berlari kencang dan meninggalkan semua orang disana dalam keheningan.


Why I run ?
Why I scared ?
After tonight, I know for sure that I may really lose someone who love me much than everyone else.
I just…..
Not ready…


(to be continue…)

Spread the love

Leave a Reply

Verified by MonsterInsights