Dia mondar mandir berkali – kali dipabrik itu, tampak sedang berusaha keras menenangkan kembali dirinya. Dia meninju beberapa barang didekatnya untuk membantunya meredakan emosi yang sedang dia rasakan. Hampir semua orang disana tidak ada yang berani mendekatinya ketika sedang marah. Ya, dia benar – benar marah hari itu. Sebagaimanapun dia berusaha menyembunyikan amarahnya, wajahnya tidak bisa tersenyum dengan baik !
Dia sadar bahwa dia sudah sangat melukai Risa dengan pesan itu. Dia juga membuat Poni menangis dan malah mengusirnya jika wanita itu tidak menghentikan tangisannya. Dia tidak tahu kenapa dia mengirimkan pesan yang begitu kejam kepada Risa. Dia juga melarang semua orang yang berada disekitarnya menyebutkan nama tersebut didepannya. Dia menjadi pemarah dan pendiam secara bergantian. Dia berhenti untuk berbagi cerita dan bersikap baik kepada siapapun. Bahkan Kennypun tidak berani bertanya tentang Risa padanya.
Buku diarynya menjadi tempat dia meluapkan segala kemarahan, kekecewaan dan juga kesedihannya. Dia juga sudah merencakan pengunduran dirinya dibulan depan. Dia tidak ingin terus berada ditempat yang membawanya kembali pada ingatannya tentang Risa. Seseorang yang telah membuatnya kagum dan jatuh cinta lalu ditinggalkan tanpa bertanya akan perasaannya.
Bagi dirinya, Risa yang dia kagumi sudah mati !
[Kenapa dia masih begitu peduli ! Jika dia memang peduli padaku, dia tidak akan meninggalkanku sendiri disini ! Aku tidak pernah melarangnya untuk membantu usaha orangtuanya, aku hanya ingin dia tetap berada disini. Aku begitu membenci diriku sendiri karena aku lah penyebab diriku terluka. Aku terlalu berharap akan mendapatkan balasan perasaan yang sama, namun aku salah ! Dia mungkin hanya memanfaatkanku selama ini, oh tidak ! dia hanya memanfaatkanku ! Makian itu bukanlah hal yang perlu aku sesali, dia bukan siapa – siapa bagiku, dan selamanya bukanlah siapa – siapa ! Dia tidak pernah ada dalam hidupku !]
(to be continue….)
