Chapter One : Pars

1

Tongkat tersebut mulai terangkat keatas dan kilau ujung tongkat tersebut dapat kulihat dengan jelas.

Spread the love

(ayo cepat..)

“ugh…”

(Beritahu tuan segera !)

(Apakah tuan muda mau dibangunkan ?)

(Tidak usah, nanti saja !)

“Ughh….”

Mataku terbuka dengan berat. Kupandangi jam yang baru menunjukan pukul 2 malam. Suara ribut orang – orang ini sungguh tidak biasa terjadi. Aku bangkit dari kasurku dan dinginnya lantai diujung kakiku membuat kesadaranku terkumpul dengan sempurna.

Tanpa menyalakan penerangan yang ada, aku berjalan menuju pintu kamarku dan mulai mengintip keluar melalui sebuah lubang kecil yang kubuat tanpa diketahui oleh siapapun. Hening !

Mungkin kebisingan tadi hanyalah perasaanku saja. Kuputuskan untuk mengabaikan suara – suara itu dan kembali tidur.

<Kita harus periksa !>

Sebuah suara mengejutkanku. Kupandangi sekelilingku dengan panik dan tidak ada seorangpun didalam kamar ini. Perasaanku terasa aneh dan bulu kudukku sedikit menegang.

<Cepat !>

Suara itu kembali terdengar. Kata hati !

Kuraih mantel yang berada disalah satu kursi terdekat dan membuka pintu kamarku perlahan. Dinginnya angin malam terasa mulai berusaha menyusup kedalam tubuhku. Tidak ada tanda – tanda kehadiran seorangpun diterowongan ini, namun entah kenapa hatiku seolah menujukan arah mana yang harus kulalui.

Aku berhenti tepat didepan sebuah ruangan dengan pintu berhiasan ukiran kuno. Sibuk dengan imajinasiku, aku bahkan tidak sadar jalan apa yang sudah kulalui dan ruangan apa ini sebenarnya. Perasaan takut mulai menjalar seluruh tubuhku. Keringatku mulai turun padahal disini terasa begitu dingin.

<Jangan takut !>

Suara bisikan itu kembali hadir dikepalaku. Memberikan perintah padaku.

“Tidak .. Tidak !!” aku berusaha menghilangkan bisikan aneh tersebut dan berjalan kembali dari arah datangku.

<Cepat ! Jangan sampai terlambat !>

Bisikan itu terasa semakin kuat dan nyata. Seolah dia berada didepanku dan menuntunku kali ini. Antara keraguan dan dorongan yang kuat, kuputuskan untuk melihat kedalam ruangan tersebut. Kubuka sedikit pintu besar tersebut dan mengintip kedalamnya. Ruangan itu redup karena hanya diterangi oleh lampu obor disekelilingnya.

“Jangan !!!”

Teriakan seorang wanita terdengar dari ujung ruangan itu.

“Lepaskan !!!”

Kupicingkan mataku untuk melihat kedalam ruangan tersebut. Samar – samar bisa kulihat ada beberapa orang berdiri disana. Wajahnya tidak jelas karena mereka mengunakan pakaian aneh dan berwarna gelap. “Kamu akan menyesal !!” teriakkan wanita itu mulai melengking.

Aku melihat seorang wanita diatas kasur. Kedua tangannya diikat mengunakan tali dan dilentangkan pada masing – masing sudut kasur tersebut, begitu juga dengan kakinya. Wanita itu berusaha melepaskan dirinya namun tidak ada satu orangpun yang berdiri disana terlihat akan menolongnya. Mereka hanya memperhatikan wanita tersebut.

Kuperhatikan seorang pria berjalan mendekati wanita tersebut. Ayahku !

Aku mengenalinya dari tongkat yang selalu dia bawa kemanapun dia pergi. Sebuah tongkat kuno yang memiliki kepala singa diatasnya. Tongkat keluarga Pars yang diturunkan secara turun temurun. Apa yang ayah lakukan disana !

“Hentikan !!” jerit wanita itu.

<Itu ibumu !>

Aku harus menyelamatkan ibuku dari mereka !

Aku melangkah masuk dengan cepat ! Begitu ceroboh sampai semua orang yang berdiri disana memalingkan wajah mereka kearahku, namun tidak dengan ayahku, dia tetap tenang ditempatnya. Tongkat tersebut mulai terangkat keatas dan kilau ujung tongkat tersebut dapat kulihat dengan jelas.

“Tidak !!” jeritku sambil berlari mendekat.

Ayah tidak mengubris teriakanku, aku melihat tongkat itu membelah udara, menancap kedalam tubuh ibuku. Pekatnya darah terciprat kesegala penjuru ruangan, matanya terbelalak dan jeritannya terhenti. Langkahku terasa kaku dan kumpulan orang itu mulai mengeluarkan suara bising yang tidak dapat kumengerti. Dengan sisa tenagaku, aku berusaha mengapai tempat ibuku.

Setiap langkahku membuatku semakin jauh dari sana.

“Tidak !!”

Aku mulai berlari dan mereka terlihat semakin jauh dariku.

“Tidak !!!! Ibu !!!”

“Ibu !!!!!”


(to be continue….)

Spread the love

1 thought on “Chapter One : Pars

Leave a Reply

Verified by MonsterInsights