Part Seventeen : I Won’t Fall Again

0

Dia mulai menulis surat pengunduran dirinya dengan perasaan sedikit bimbang.

Spread the love

Hari – hari berjalan normal setelah permintaan maaf yang dilakukan oleh Risa kepada Hanze. Hubungannya dengan Marlin juga berjalan normal seperti tidak terjadi suatu apapun meski hatinya terus bertanya kenapa hari itu Marlin begitu membela Hanze. Kemungkinan bahwa mereka saling kenal sangatlah kecil dan dia membuang jauh – jauh pikiran anehnya tentang mereka berdua.

Satu hal yang masih terus menganggu hidupnya adalah Yoki. Pria itu meganggunya hampir setiap hari. Sejak hari dimana Risa tidur dengannya, Yoki semakin gencar dengan aksinya. Harapan untuk kembali tampak jelas diwajah pria itu. Meskipun dia sudah beristri lagi, dia bersedia menceraikan istrinya itu asal bisa kembali bersama Risa. Sungguh bodoh jika Risa kembali pada pelukannya.

Yoki terus menganggunya dan sejak terakhir kali Risa menolak ajakannya untuk bercinta, pria itu mulai membawa – bawa status ayah kandung kedalam hidup Risa. Pria itu benar, dia adalah ayah kandung dari kedua anaknya. Risa tidak bisa menjauhkan mereka, setidaknya hingga saat ini, hal yang dilakukan Risa adalah membatasi komunikasi dan perjumpaan mereka. Bisa dikatakan hanya seminggu sekali anak – anak dipertemukan dengan ayah mereka, itupun dibatasi jam bertemu dan harus menjemput mereka kerumah Risa.

Sore itu keluarga Risa mengadakan rapat keluarga dimana mereka membahas rencana untuk berjualan minuman dingin. Mama Risa menyuruhnya untuk berhenti dari pekerjaannya saat ini dan focus untuk membangun usaha keluarga bersama. Awalnya Risa menolak dengan berbagai alasan. Namun karena melihat kondisi keluarganya, dia harus rela berhenti dari pekerjaannya sekarang. Penghasilannya yang pas – pasan juga menjadi satu alasan kenapa Risa akan berhenti. Memang benar usaha tersebut belum tentu bisa menghasilkan sebanyak gajinya, namun jika mereka bekerja keras, maka hasilnya pasti akan melebihi penghasilannya sebagai pegawai kantoran.

Risa membutuhkan penghasilan banyak karena Male sudah harus dimasukan ke taman kanak – kanak. Biaya sekolah tidaklah murah seperti zamannya dulu. Bekerja keras tentu menjadi satu – satunya jalan, karena selain bekerja dia tidak tahu bagaimana menghasilkan uang. Dia telah memutuskan untuk tidak meminta uang sepeserpun dari Yoki juga.

“Bagaimana kamu akan mengajukan resign nanti Risa ?”

“Aku akan menjumpainya besok ma.”

“Yakin ?”

“Iya ma. Kita akan berusaha sendiri tanpa bergantung pada orang.”

Rapat mereka akhirnya selesai dengan beberapa keputusan penting. Mereka akan memulai usaha minuman dingin dan Risa akan menyelesaikan urusannya diperkantoran terlebih dahulu. Dia akan mengajukan resign pada Hanze dan setelah semuanya selesai, dia akan bekerja pada Karen. Dia akan membantu menjalankan usaha adiknya tersebut dan menghitung setiap penjualan mereka setiap hari secara terperinci.

Risa hanya memiliki satu masalah sebelum melangkah sesuai rencana mereka, yaitu bagaimana cara memberitahu Hanze besok. Hanze pernah berpesan padanya, jika dia terkendala dengan masalah gaji, dia bisa mengatakannya pada pria itu. Hal itu tidak pernah Risa lakukan karena berprinsip keras bahwa dia tidak akan meminta kenaikkan gaji. Dia ingin setiap uang yang diterima adalah karena kemampuannya. Meskipun dalam hal pekerjaan, Hanze memang sering kesal padanya ketika melakukan kesalahan, tetapi pria itu dengan cepat juga kembali baik padanya. Mereka juga mulai sering makan siang bersama ketika jam istirahat.

Dia mulai menulis surat pengunduran dirinya dengan perasaan sedikit bimbang. Akankah dia masih tetap berteman dengan Hanze jika dia berhenti dari sana. Dia pergi tidur lebih cepat malam itu setelah kedua anaknya terlelap. Besok akan menjadi hari yang menyakitkan bagi dirinya dan Hanze.


Pagi itu dia sampai dikantor lebih cepat. Biasanya Hanze akan sibuk terlebih dahulu dilapangan baru masuk kekantornya. Dia sudah menghitung setiap aktifitas Hanze. Dia lalu membuat segelas kopi panas kesukaan Hanze dan meletakkannya disamping laptop Hanze. Hatinya tidak tenang pagi itu.

Tidak lama dia duduk termenung, pintu kantornya terbuka dan Hanze tampak sedikit terkejut melihat dia sudah berada dikantor. Dia tidak mampu tersenyum seperti biasa, membuat Hanze binggung. Pria itu berjalan ketempatnya dan melihat segelas kopi hangat disamping laptopnya. Dia lalu memandang Risa lalu kembali memandang kopi yang berada disana.

“Tumben bener kamu baik. Ada angina apa nih ?”

Tanya Hanze sambil tersenyum. Risa tidak menjawab pertanyaan Hanze. Wajahnya tampak sangat cemberut pagi itu. Hanze lalu mengambil kopinya dan berjalan kesamping Risa dengan senyum manisnya.

“Kenapa bu pagi – pagi cemberut ?”

“Tidak ada.”

“Ah, masa ?”

Keheningan memenuhi mereka berdua. Hanze lalu duduk disalah satu kursi yang berada didekat Risa. Kursi yang selalu dia gunakan ketika memiliki waktu luang untuk bercanda bersamanya. Dia menikmati kopinya seolah dia tahu bahwa Risa akan bercerita padanya.

“Aku ingin mengajukan resign.”

Mendengar perkataan Risa, wajah Hanze seketika berubah. Dia meletakkan kopinya diatas meja Risa dan pandangannya kini tampak serius.

“Ada masalah apa sampai resign ?”

“Tidak ada masalah, aku ingin membantu adikku membuka usaha minuman.”

“Oh, tidak bisakah jika tetap bekerja dan membantunya malam hari ?”

“Tidak bisa. Keputusanku sudah bulat.”

Risa lalu memberikan amplop coklat muda yang sudah dia siapkan kepada Hanze. Pria itu mengambilnya dan membaca isinya sesaat lalu wajahnya mulai memerah. Tanpa berkomentar apapun Hanze bangkit dari tempat duduknya dan menyobek kertas tersebut menjadi beberapa bagian lalu membuangnya ditong sampah dibawah meja Risa.

Hanze lalu berjalan pergi meninggalkan Risa yang masih shock. Dia mengatakan bahwa dia tidak setuju akan permintaan resign Risa, lalu dia pergi dari kantor itu tanpa berbicara lebih banyak.

Risa duduk terdiam ditempatnya, airmatanya jatuh. Dia tidak tahu kenapa dia menangis tetapi hatinya terasa begitu sedih. Pikiran bahwa Hanze sayang padanya hilang. Jika pria itu sayang padanya, pasti pria itu akan memudahkan permintaan resignnya dan mendukung usaha baru yang akan dirintis keluarganya, bukan dengan kemarahan dan menyobek kertas itu didepan matanya.

Hari itu mereka tidak bertegur sapa sejak kejadian pagi itu. Risa tetap mengemasi barang – barangnya dikantor dan pulang sore itu tanpa pamit sedikitpun kepada Hanze dan rekan kerja lainnya. Keputusannya tidak bisa diganggu oleh siapapun dan dia meninggalkan tempat itu tanpa rasa menyesal sedikitpun.

Dia telah belajar banyak dari masa lalu dan sekarang dia merasa mantap melangkah meninggalkan Hanze meskipun dia tahu ada cinta yang mulai tumbuh diantara mereka. Keluarga adalah prioritas bagi dirinya saat ini. Dan usaha itu akan menjadi tombak untuk hidupnya dimasa depan. Jika harus berada pada pilihan bertahan pada cinta atau mengejar impian, maka dia memilih untuk mengejar impian. Yaitu menjadi pengusaha yang sukses.


(to be continue….)

Spread the love

Leave a Reply

Verified by MonsterInsights