Part Thirteen : Reason

0

Didn’t know why, but …
That is HURT !

Spread the love

Sudah 3 bulan berlalu sejak dia memulai kehidupan barunya. Dia mulai terbiasa dengan suasana kerja disana dan juga sifat bosnya yang terkadang sungguh membuatnya begitu kesal. Dia mulai bisa bergaul dan mengenal beberapa karyawan – karyawan yang bekerja disana. Meskipun tidak semua orang menyukainya, dia mengambil sikap masa bodoh selagi tidak menganggu pekerjaannya ditempat itu. Kenny juga tidak pernah bertanya apapun lagi padanya sejak hari dimana Hanze bertemu dengannya dikantor itu.

Kedua anaknya tumbuh dengan sehat. Meskipun Male sedikit kesulitan berbicara, dia tidak pernah berhenti mengajarinya setiap malam sebelum tidur. Mola juga tumbuh dengan sehat. Terkadang rasa sedih membuatnya patah semangat karena membayangkan bagaimana nasib kedua anaknya tanpa sosok seorang ayah. Tetapi melihat semangat ibu dan ayahnya yang mendukung dia dan tidak pernah meninggalkannya, dia memilih untuk tetap bersemangat menjalani kehidupannya dan berusaha keras membesarkan anaknya sendiri tanpa Yoki. Menjadi ibu sekaligus memberikan sosok seorang ayah kepada kedua anak kecilnya bukanlah pekerjaan mudah.

Satu hal yang membuat dia tidak nyaman adalah sifat Yoki yang suka menganggu kehidupannya. Yoki selalu menjadikan kedua anaknya sebagai alasan agar dia tetap bisa menelepon setiap malam ataupun mengirim pesan. Bertanya kabar anak ataupun terkadang meminta video call kepada kedua anaknya. Dalam hati Risa, dia tidak ingin sosok Yoki melekat kepada diri kedua anaknya karena Yoki adalah pria brengsek. Dia tidak memiliki alasan buat menghindari Yoki karena bagaimanapun, Yoki adalah ayah kandung dari kedua permatanya itu.

Pagi itu dia tidak bisa fokus pada pekerjaannya seperti biasa. Entah bagaimana dia menjelaskan, tetapi rasa rindunya kepada Yoki muncul begitu saja. Dia merindukan sosok pria brengsek itu meskipun sebagian hatinya berkata bahwa itu adalah permainan hati. Dia tidak boleh jatuh kembali kepada pria itu, terutama karena pria itu sudah memiliki istri sah yang baru beserta seorang anak. Entah kenapa dia tidak mampu melawan rasa rindu tersebut sehingga dia membuat janji untuk bertemu dengan pria itu sore nanti setelah jam kerja selesai. Dia tahu bahwa apa yang dia lakukan adalah suatu kesalahan besar, namun dia tetap melakukannya.

Pikirannya kini sibuk dengan apa yang akan dia bicarakan ketika bertemu kembali pria tersebut sore nanti. Membahas anak atau sekedar bertegur sapa. Benarkah hanya itu yang dia inginkan ? bertemu kembali dengan pria yang sudah menjadi lelaki orang adalah hal yang bodoh. Dia hanya menabur garam pada lukanya yang masih basah. Rasa rindunya telah mengalahkan segala akal sehatnya hari itu.

“Hey ! masih pagi uda melamun !”

Risa terkejut mendengar Hanze yang berteriak disampingnya. Pria itu tersenyum manja dan duduk disampingnya pagi itu, bersiap mendengarkan keluh kesah Risa seperti biasa. Seiring waktu, mereka mulai menjadi teman kerja yang akur. Hanze tidak terlalu memperdulikan jabatan. Mereka tidak hanya membahas pekerjaan, tetapi juga mulai nyaman untuk berbagi berbagai cerita konyol. Terkadang mereka juga jalan – jalan sore berdua.

“Tidak ada kok. Uda sana pergi ngopi kek, kemana kek. Jangan gangguin deh pagi – pagi.”

Risa mengusir Hanze yang berada terlalu dekat dengannya. Pria itu selalu bisa membuatnya tersenyum ataupun kesal. Bagi Risa, pria itu adalah bos yang baik dan juga teman bercerita dikala hatinya sedang gelisah. Risa tidak pernah menceritakan kisah mantannya ataupun kehidupan pribadinya. Hanze juga bukan orang yang suka bertanya tentang masa lalu.

“Ayo mikirin apa, kasih tahu dulu baru aku pergi.”

Hanze memaksa pagi itu.

“Aku binggung apa yang akan aku bicarakan nanti sore ketika bertemu mantan suamiku.”

Jawaban itu terlontar dari mulut Risa begitu saja. Hanze tampak sedikit terkejut dan expresi bahagianya tampak jelas berubah drastic.

“Seharusnya aku tidak bertemu dia.”

Risa melanjutkan isi hatinya pagi itu sambil memandang Hanze yang kini duduk serius mendengarkan. Risa tidak mampu mengatakan alasan sesungguhnya bagaimana janji jumpa itu bisa terbentuk.

“Kamu bukannya pernah bilang dia brengsek dan tidak mau berjumpa dia lagi ? kok bisa ?”

“Iya, sebrengsek apapun dia, kami kan punya anak bersama.”

Pria itu kini terdiam seribu bahasa. Wajahnya tampak galau. Dia tidak mengerti kenapa expresi pria itu bisa berubah begitu saja. Hanze berjalan keluar dari kantornya dan mereka menghabiskan sore itu tanpa berbicara sepatah katapun sejak ucapan terakhir Risa.

Hari terasa lama berlalu karena Hanze tidak berbicara dengannya hingga jam pulang. Pria itu tampak menghindarinya tanpa alasan dan dia tidak berminat untuk mencari tahu. Dia memarkirkan motornya didepan pintu rumah yang sudah hampir setahun dia tinggalkan. Rasa rindunya membawa dirinya sampai kedepan rumah lamanya. Tempat dimana dia dan Yoki pernah hidup bersama.

Sedikit keraguan dalam hati namun dia tetap mengetuk pelan pintu rumah itu. Beberapa ketukan dan pintu itu terbuka. Jantungnya terasa berdesir ketika pria tinggi dan berkulit sedikit gelap berdiri dibalik pintu itu. Wajahnya tidak berubah, begitu juga dengan postur tubuh dan gaya rambutnya yang sedikit cempak.

“Sendiri saja ?”

“Ya. Apakah aku tidak boleh masuk jika datang sendiri ?”

Pria itu diam dan melihat sekelilingnya lalu mempersilakan dia masuk kedalam. Dia masuk kedalam rumah itu dan berjalan menuju kamar lamanya lalu segera membuka lemari baju yang berada disana.

“Tumben bikin janji ketemu mendadak gini ?”

Suara pria itu terasa mengetarkan seluruh tubuhnya.

“Aku mau ambil sisa bajuku disini.”

Bibirnya bergetar. Dia berusaha membuat alasan agar tidak terlihat bahwa dia merindukan pria itu. Saat dia sibuk membongkar lemari tersebut, pria itu mendekatinya. Hembusan pria itu terasa begitu dekat dengannya. Hatinya kini berdebar kencang, seluruh tubuhnya bergetar hebat. Dia berusaha keras melawan godaan yang kini tampak jelas berada didepan matanya. Pria itu kini adalah suami orang ! batinnya keras.

Kedua tangan pria itu lalu memeluk pinggulnya. Dia tidak melawan. Perlahan pria itu mencium lembut lehernya. Dia juga tidak berusaha melepaskannya. Sore itu seluruh pertahanannya runtuh seketika. Cinta kembali mengalahkan segala akal sehatnya.


Cleary, I am her bosses,
I can control her at work, but I can’t do the same after work,
I decided to send my worker to follow her, first for safety.
But….

The picture when she entry her ex house and the moment she didn’t get out,
It feel really hurt me,
Didn’t know why, but …
That is HURT !

(January 15, 1988)


(to be continue….)

Spread the love

Leave a Reply

Verified by MonsterInsights