Dia berhenti didepan pintu rumahnya sendiri, ragu untuk melangkah masuk setelah sekian lama tidak pulang. Mobil mamanya terparkir rapi didalam bagasi, sementara mobil ayah tirinya tidak berada dirumah. Dia meletakkan motornya dengan rapi disudut kanan rumah itu, tempat biasa dimana dia parkir ketika masih berada dirumah.
Dikeluarkannya kunci kecil dari saku kiri celana panjangnya dan dibuka pintu itu. Dia kembali kerumahnya setelah beberapa saat pergi dari sana. Dia merindukan makan malam bersama Mola dan mamanya. Dia masuk kekamarnya dan melihat barang – barangnya masih terpajang seperti sedia kala. Kamarnya juga bersih, pasti Mola yang membersihkannya.
Namanya Male, saat ini dia sudah berusia 22th dan hanya sisa ½th perjalanan kuliahnya. Rambutnya keriting namun disisir rapi dengan minyak rambut. Postur tubuhnya tinggi sekitar 170cm dan berat badannya ideal diangka 55 kg. Dia memiliki mata yang begitu mirip dengan mamanya, Risa. Sehingga ketika salah satu teman Risa bertemu dengannya, mereka langsung sadar bahwa dia adalah anak Risa. Untungnya dia tidak hitam seperti ayah kandungnya, Yoki.
Dia duduk diatas kasurnya dan hatinya bergejolak hebat. Bukan perkelahian seperti ini yang dia inginkan. Dia begitu ingin mengatakan pada mamanya bahwa dia tidak pernah marah padanya. Dia hanya merasa sedih ketika dia tidak pernah dipertemukan dengan ayahnya. Dia sedih karena ibunya tidak pernah menceritakan kebenaran yang terjadi antara dia dan ayahnya itu. Dia juga tidak membela ayahnya, melainkan sebaliknya. Perjumpaan dia dengan ayahnya tanpa sengaja itu membuat dia sadar bahwa pilihan ibunya saat ini adalah benar.
Ayahnya bukanlah pria yang baik, dia sudah menikah ketiga kalinya dan memiliki banyak anak. Male bukanlah satu – satunya anak lelaki Yoki. Dia tidak membenci ibunya, dia memilih pergi karena merasa bersalah telah mengeluarkan kata – kata kasar kepada pria yang kini menjadi suami ibunya. Hanze tidaklah bersalah, tetapi dia menuangkan segala amarahnya pada pria itu. Lebih baik dia menjauhi kehidupan mereka. Dia juga sudah memiliki pekerjaan yang menghasilkan uang untuk menghidupi dirinya sendiri.
Dia sadar bahwa Hanze adalah pria yang pernah menjadi bos mamanya, dan berkat pria itu juga, dia dan Mola dapat bersekolah dan mulai memiliki kehidupan yang lebih baik. Dia sedih karena mamanya tidak pernah memberitahukan kenyataan pada dirinya, dia mengetahui semua detail perjalanan hidup mamanya dari Karen, bibinya yang juga merupakan adik ibunya.
Perjumpaan dirinya dengan sang ayah juga adalah rencana dia. Dia menegaskan kepada ayahnya bahwa kehidupan mereka sudah sangat bahagia, dan dia juga meminta ayahnya untuk tidak pernah lagi menganggu kehidupan mereka. Dia tidak membutuhkan pria itu sama sekali, mamanya adalah seorang pejuang tangguh yang bersusah payah demi membesarkan mereka. Dia tidak ingin mengakui Yoki sebagai ayah kandungnya dan terlalu malu menyatakan sayang kepada Hanze setelah apa yang telah dia lakukan.
Ketika dia pertama kali mengetahui bahwa Hanze adalah ayah tirinya, dia begitu marah dan melempar segala barang yang berada didekatnya. Meskipun tidak ada satupun barang yang mengenai Hanze, dia mencaci Hanze dengan kasar dan sempat menuduh bahwa Hanze adalah perusak rumah tangga mamanya. Saat itu mamanya berusaha menenangkannya, tetapi dia juga mencaci mamanya dengan kasar. Dia menuduh mamanya sengaja menjauhkan dia dari Yoki agar bisa terus bersama Hanze, dia juga mengatakan bahwa Mola bukanlah adik kandungnya.
Namun semua terjawab ketika dia bertemu dengan Karen. Awalnya dia tidak percaya akan semua cerita Karen, tetapi bibinya itu dengan sabar menerangkan padanya dan mengajaknya untuk kerumah mereka. Foto ketika Male dan Mola masih kecil tersimpan dengan baik disana. Foto ketika mamanya mengendong Mola dipelukannya dan mengandeng Male ditangannya membuat dia tersadar bahwa dia sudah sangat bersalah kepada kedua orangtuanya saat ini.
Berkat bantuan Karen juga, dia mendapatkan kontak Yoki dan berhasil bertemu dengannya. Ayahnya telah menikah 3 kali dan memiliki 3 anak dari ibu yang berbeda pula. Ditambah mereka, Yoki telah memiliki 5 orang anak dan sungguh misteri itu terjawab. Salah satu anak Yoki berusia diatas Mola. Ayahnya sudah berselingkuh. Mamanya yang tidak sangup menerima kenyataan akhirnya bercerai dengan Yoki dan mengambil hak asuh mereka berdua. Seandainya jika Risa membiarkan Yoki membawa mereka, mungkin hidupnya tidak akan sebaik saat ini.
Itulah alasan kenapa dia tidak pergi kerumah sakit sama sekali meskipun hatinya begitu merindukan mereka berdua. Dia sungguh berharap bahwa keputusannya bukanlah hal yang salah dan semua itu dia lakukan untuk mengurangi bekas luka yang berada dihati kedua orangtuanya itu saat ini.
Suara pintu depan terbuka, Mola pulang dari kuliahnya. Dia memang membuat janji bersama Mola untuk bertemu dirumah hari ini. Mola sengaja tidak memberitahu mamanya ketika dirumah sakit karena tahu bahwa mamanya akan segera pulang jika Male berada dirumah. Mola ingin memberikan kejutan kepada mamanya dan berharap kehadiran mereka bisa membuat Hanze segera sadar.
“Kamu siap kerumah sakit ?”
“Aku rasa tidak perlu. Bagaimana kondisi mereka ?”
“Lho, kenapa merubah kembali pikiran kamu sih Male !”
“Rasa bersalahku tidak hilang. Aku malu bertemu Hanze setelah apa yang sudah kukatakan padanya.”
Mendengarkan perkataan abangnya, Mola duduk disampingnya dan merangkul abangnya itu.
“Kalau kamu tidak menjenguknya dirumah sakit, rasa bersalahmu akan semakin besar.”
Male memandang adiknya sesaat lalu bangkit dari tempatnya, dia tidak bisa terus terpuruk pada rasa bersalahnya. Adiknya benar, tidak mengunjungi Hanze saat ini akan membuat dia semakin menyesal.
“Kamu sudah ketemu ayah ?”
Male terkejut mendengar pertanyaan adiknya.
“Sudah, aku sudah menyuruhnya untuk tidak menganggu kita lagi. Ayok kerumah sakit sebelum aku berubah pikiran.”
Dia bangkit dan langsung berjalan pergi dari kamarnya, tidak ingin melanjutkan pembicaraan akan ayah mereka dengan Mola. Mola bangkit berdiri dan mengikuti Male kebagasi, mereka mengunakan mobil mama mereka. Dia tidak tahu apa yang akan dia ucapkan kepada mamanya nanti, tetapi dia ingin mamanya tahu bahwa dia tidak membenci mamanya, dia hanya merasa sedih karena mamanya tidak pernah menceritakan apapun kepada dirinya setiap kali dia bertanya, hanya sebuah kata “Bekerja” saja yang selalu diucapkan.
Seandainya ibunya lebih terbuka, mungkin hubungan mereka akan lebih baik saat ini. Dan mungkin Hanze tidak akan berada dirumah sakit juga saat ini.
I just wonder how it feel to be a real single parent ?
I come to her home and find 2 little kid in their bed,
They grow up pretty well but they look like missing something,
A father portrait !
Maybe I can be the one for them ?
Well, let see how far it go …
(March 15, 1989)
(to be continue…)