Chapter Six : Who is (s) he ?

0

Panggung itu berubah seketika menjadi darah, pria itu menusuk wanita itu berkali – kali.

Spread the love

Aku berdiri terpaku dan tidak percaya akan apa yang kulihat saat ini. Josh yang tidak pernah kembali lagi. Kenangan dimalam kami berpisah perlahan mulai menyatu kembali. Air mataku mengalir. Air mata ini, aku bahkan tidak tahu apakah aku sedang merasakan kesedihan, kegembiaraan ataupun ketakutan. Aku bahkan tidak tahu harus memukulmya saat ini, atau memeluknya, atau aku harus kabur sejauh yang aku bisa. Aku hanya terdiam disini, memandangi Josh dan tidak bergerak sedikitpun.

Dia mendekatiku, tersenyum dan memelukku. Aku hanya menyerahkan diriku dalam pelukannya.

Aroma ini adalah aroma yang tidak asing lagi bagiku. Hari dimana aku berpapasan dengannya dicafe happy, dan juga aroma yang aku cium saat dia pergi dari rumahku. Orang yang katanya adalah tamu mamaku. Kenapa mama berbohong padaku tentang keberadaannya ? ataukah dia yang meminta mama berbohong ? dan apakah dia juga merupakan orang yang memberikan uang pada kami. Berjuta pertanyaan didalam benakku. Dan jika ini semua benar, pasti dia adalah orang yang memantau semua kegiatanku selama ini. apakah Rio juga mengenalnya. Aku melepaskan pelukannya seketika.

“Mikasa..” katanya pelan.

Dia tampak marah karena aku mulai membuat jarak dengannya. Senyumnya hilang timbul. Josh adalah orang yang sangat aku sayangi karena dia selalu memberikan yang terbaik bagiku. dan perubahannya yang menjadi aneh ini. apa yang merubahnya. Kemana dia selama ini, dan darimana datang semua uangnya untuk mengadakan pesta dansa seaneh ini.

“Aku punya salam pembuka untukmu, Mika. Aku sudah menyusun acara ini sebaik yang aku bisa sebagai hadiah perjumpaan kita setelah sekian lama. Selamat menikmati dan sampai jumpa sebentar lagi.” Katanya sambil berlalu ditengah keramaian.

“Tunggu !” Aku berusaha mendapatkan semua penjelasan dan Josh sudah menghilang.

Tidak lama ruangan ini kembali menjadi gelap dan lampu sorot itu mengarah kesebuah panggung yang berada diujung kanan ruangan ini. aku tidak menyadari disana ada panggung pertunjukan kecil. Semua mata tertuju pada panggung tersebut, sebuah drama kecil dimainkan disana. Aku berusaha melewati kerumunan yang ada dan mendekati panggung untuk bisa melihat lebih jelas.

Seorang wanita dengan balutan dress merahnya berdiri diatas panggung, Tangannya terikat dan wajahnya ditutup. Tidak lama seorang pria dengan kemeja putih panjangnya berjalan dari ujung panggung. Sebuah tali berada dilehernya. wajahnya juga ditutupi topeng dan bagian mata pada topeng tersebut dibuka agar dia bisa melihat.

Dia berjalan dan terus berjalan kearah wanita tersebut. Dia pasti berusaha menyelamatkan wanita tersebut. dia sampai dan memeluk wanita itu, mungkin ini happy ending. Seperti akhirnya Josh menemukanku. Sungguh tidak penting ! Aku mengalihkan pandanganku dari panggung untuk kembali mencari temanku dan sebuah jeritan dari atas sana membuatku terkejut dan kembali memperhatikan panggung.

Panggung itu berubah seketika menjadi darah, pria itu menusuk wanita itu berkali – kali. Tidak ada yang menghentikan pertunjukan itu. semua tamu tercenggang menyaksikannya. Apakah ini bagian dari drama. Tidak ! Tidak ! ini adalah pertunjukan nyata. Aku menerobos kerumunan itu dan berjalan menaikki panggung. Aku memegang cairan dilantai ppanggung dan masih hangat. Ini darah asli.

Pria itu bergetar dengan hebatnya dan duduk tidak berdaya didepan wanita yang sudah tidak bernyawa itu. aku segera mengambil pisau yang terlepas tidak jauh dari mereka. Untuk jaga diri ! pikirku. Kuguncang wanita itu dan dia sudah tidak bernafas. Kupandangi semua tamu yang ada disini dan mereka tidak bergerak sama sekali.

“Ini pembunuhan ! lari !” pekikku. Mereka hanya diam dan tidak percaya padaku. Bahkan beberapa ada yang tertawa melihatku.

Aku turun dan meminta salah satu tamu naik bersamaku. Awalnya dia ragu dan akhirnya dia memegang darah hangat itu, diciumnya dan sadar bahwa itu asli. Dia memandangiku, expresinya berubah. Dengan tangan gemetarnya, dia membuka topeng wanita itu.

Kututup mulutku, aku ingin muntah. Adel tergeletak dengan mata terbuka, pipinya meninggalkan bekas airmata yang sudah kering disana. Aku menutup mata Adel dan berusaha fokus akan apa yang sebenarnya sedang terjadi. Pria itu berteriak begitu melihat sosok Adel. Tamu itu menjerit dan berlari dari atas panggung, seketika gedung ini terasa mencekam dan dipenuhi jeritan histeris karena panik. Semua tamu saling mendorong dan berlari mencari jalan keluar.

(to be continue…)

Spread the love

Leave a Reply

Verified by MonsterInsights