[Ch. 09] Life is A Choice

0

Aku kini dihadapkan pada pilihan untuk menyelesaikannya atau mempertahankan pekerjaanku.

Spread the love

Aku selalu bertanya pada diriku sendiri sebelum aku terlelap dimalam hari, kenapa hidupku tidak pernah berjalan mulus sampai akhir ?
Sejak aku kecil, aku tidak pernah merasakan kebahagiaan sebagai anak kecil sesungguhnya. Tidak memiliki teman, dibully dan harus bekerja dimasa SMAku.

Kini, seiring dengan berjalannya waktu, saat aku mulai memiliki rutinitas tetap dan pekerjaan yang baik serta bisa berkuliah, aku kembali dihadapkan pada pilihan untuk menyelesaikan kuliahku ataukah terus bekerja.

Dengan jadwal kerjaku saat ini, aku sudah dipastikan tidak bisa menyelesaikan kuliahku karena waktu yang ada tidak cukup. Aku juga harus selalu mengejar dosen untuk bimbingan. Dengan jarak tempuh sejauh ini. aku tidak akan bisa menyelesaikan skripsiku. Berlama – lama dikampus tidaklah masuk dalam perhitunganku. Aku kini dihadapkan pada pilihan untuk menyelesaikannya atau mempertahankan pekerjaanku.

Hidup tidak akan selalu berjalan sesuai dengan keinginan kita. Itulah hal yang aku pelajari didalam kehidupanku. Aku akhirnya memilih untuk meninggalkan pekerjaanku disaat aku berada diposisi puncak kepercayaan dan menyelesaikan kuliah adalah prioritasku pada saat itu. Hal yang aku pegang teguh dalam hati adalah bahwa aku percaya akan selalu ada hal yang lebih baik lagi dibalik yang baik.

Meninggalkan sebuah posisi nyaman memang tidak selalu menjadi pilihan mudah, apalagi dikala aku masih memiliki kewajiban untuk membayar kuliahku, menghidupi diriku dan berbagai hal lainnya. Tapi satu hal pasti yang aku ketahui, bahwa usaha tidak pernah menghianati hasilnya.

Satu mingu sebelum aku resmi mengundurkan diri dari pabrik, aku mendapatkan informasi lowongan kerja yang berada tidak jauh dari rumahku. Aku akan kembali mengulang kehidupanku dari bawah lagi. Kutekatkan diriku bahwa aku pasti bisa. Tekat tersebut membawaku ketempat kerja baru.

Memulai segala sesuatu dari awal tentunya bukan hal mudah bagiku. Aku harus bisa kembali beradaptasi dengan lingkungan baru dan kembali penolakan itu terasa bagiku. Sebagian orang masih melihatku dengan aneh dan tidak jarang ada juga yang meledekku. Aku kembali bekerja dari awal sebagai admin. Pada awalnya aku bekerja diperusahaan baru dengan tujuan menyelesaikan kuliahku lalu kembali ke pabrik lama. Namun seiring berjalannya waktu, aku mulai terbiasa dan beradaptasi dengan lingkungan yang ada.

Jika aku selalu mengharapkan penerimaan disetiap lingkungan, aku tidak akan pernah bisa berkembang dan pasti hanya akan terus bertahan ditempat sebelumnya. Aku memberanikan diriku untuk kembali belajar dan mengulang semua rutinitasku seperti saat pertama kali aku mulai bekerja. Meskipun terasa berat karena posisi baruku tidaklah seindah posisi lama yang kutinggalkan, dengan keyakinan penuh aku bekerja sepenuh hati ditempat baru. Dan perlahan tanpa kusadari, hasil kerja kerasku dilirik.

Memiliki pekerjaan tanpa seorang musuh adalah hal mustahil. Ada begitu banyak orang yang tidak suka padaku tanpa kuketahui penyebabnya. Aku terus menekankan didalam diriku bahwa tujuanku adalah bekerja. Bukan mencari pertemanan. Aku sudah terbiasa sendiri. Maka aku cukup menyelesaikan pekerjaanku dan memberikan hasil terbaik yang kubisa. Kuselesaikan kuliahku dalam waktu 3,5 tahun dan aku perlahan bangkit. Aku menyusun sedikit demi sedikit perjalanan kehidupanku.

Meskipun hanya hal sederhana yang aku dapatkan, setidaknya aku bisa berbangga hati karena apapun yang aku miliki saat ini adalah hasil kerja kerasku sendiri. Tidak pernah terlintas dipikiranku bahwa setelah masa perkuliahanku selesai, akhirnya aku bisa begitu menyukai pekerjaan baruku. Aku dipercaya didalam satu devisi dengan jumlah yang tidak terlalu banyak, ada sekitar 30 orang didalamnya dan aku dipercaya untuk berada disana. Awalnya aku merasa berat karena lokasinya yang jauh, namun saat pertama kali aku pergi kesana, aku bisa merasakan bahwa ini akan menjadi rumah keduaku. Memberikan kinerja terbaik adalah misiku untuk mencapai visi kehidupanku.

Disana aku mulai belajar akan arti persahabatan dan kepedulian.

Jika sebelumnya aku begitu suka akan duniaku sendiri, aku mulai belajar bahwa hidup akan terasa lebih indah dengan kehadiran seorang teman dikehidupan kita. Memang tidak semua teman akan tulus berteman denganku, namun satu hal yang kupelejari sejauh perjalanan kehidupanku, teman sesungguhnya adalah mereka yang tetap mendukungku dan akan marah padaku setiap kali mereka berpikir bahwa apa yang aku kerjakan itu salah.

Jika sebelumnya aku hanya terus mengejar keatas, mataku mulai terbuka lebar bahwa jauh dibawah kehidupanku, masih ada kehidupan yang tidak sebaik diriku.

Jika sebelumnya aku begitu membenci kata pulang, aku mulai sadar bahwa disaat aku sibuk menghabiskan waktuku diluar sana, ada orang yang begitu merindukan pulang.

Jika sebelumnya hal yang aku ketahui bahwa tidak akan ada satu orangpun yang akan peduli padaku, aku mulai sadar bahwa ada orang yang begitu peduli dan ingin mengetahui duniaku. Aku mulai belajar membuka diri dan tersadar bahwa keterbukaan dapat mengurangi kehampaan.

Jika sebelumnya aku berpikir bahwa luka lama seharusnya cukup kuperban setebal yang kubisa agar tidak terluka kembali, aku mulai berani membuka setiap balutannya, merasakan kembali setiap kesakitannya, hingga luka tersebut kering seiring dengan berjalannya waktu.

Jika sebelumnya hal yang aku ketahui adalah manusia tidak akan pernah berubah, aku mulai sadar bahwa saat aku masih sibuk membenci tanpa bisa memaafkan, saat aku selalu menyibukkan diriku dengan semua rutinitasku, saat aku semakin bertumbuh dewasa karena usia, disana ada seseorang yang selalu menanti kepulanganku, disana ada seseorang yang begitu ingin memperbaiki waktunya yang hilang denganku, dan disana ada seseorang yang sudah semakin tidak berdaya termakan usia.

(to be continue…)

Spread the love

Leave a Reply

Verified by MonsterInsights