Chapter Five : A Party [Part 05]

0

Semua tamu tampak sedikit terkejut awalnya dan segera terbiasa kembali dengan suasana pesta dansa yang akan segera dimulai.

Spread the love

Takut. Ada perasaan yang tidak biasanya bisa kurasakan disini. Aku harus segera pergi dari sini dan menjelaskan pada Rio alasan kepergianku besok pagi. Berharap dia mendengar. Atau sebaliknya, dia harus menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi dan siapa dia sebenarnya. Apa tujuannya mendekatiku ! dan jauh didalam hatiku, ada harapan bahwa semua yang terjadi dan apa yang aku pikirkan adalah kebohongan semata. Berharap semuanya hanyalah imajinasiku.

Kulihat pintu keluar tidak jauh dari tempatku berada. Aku berjalan tergesa – gesa agar bisa segera pergi dari sini sebelum acara ini dimulai. langkahku terhenti saat kulihat ada beberapa pria berpakaian gelap berjalan mendekati pintu keluar dan menutupnya. Seketika aku terbayang kembali akan mimpiku malam terakhir. Pria berbaju hitam yang memengal kepala Rio. Tidak ! Tidak ! ini pasti hanya imajinasiku.

Aku akan mencari Rio terlebih dahulu, kenapa tidak ada satupun tamu ditempat ini yang merasa aneh. Atau mungkin ada yang ingin Jean sampaikan padaku tadi. Bodohnya aku ! Aku kembali ketempat dimana Jean bertemu denganku dan dia sudah tidak berada disana. Lalu seluruh lampu ruangan ini mati ! acaranya dimulai !

Semua tamu tampak sedikit terkejut awalnya dan segera terbiasa kembali dengan suasana pesta dansa yang akan segera dimulai. Iringan pelan music classic mulai terputar dan lampu sorot mengarah kesatu titik. Semua orang memperhatikan. Dari balkon diatas sana, seorang pria berjalan pelan kedepan, berpegangan pada tongkatnya. Dengan topi hitam yang menutup kepalanya. Perlahan dia mengangkat topinya dan menundukkan sedikit badannya memberikan salam kepada para tamunya. Aku tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas dari kejauhan ini.

“Selamat malam dan terimakasih telah datang keundangan dansa ini. baik bagi yang sudah lama mendapatkan undangan ataupun yang baru dikirimkan beberapa hari sebelum acara.” Dia mulai memberikan kata sambutan.

Suaranya begitu familiar bagiku, tapi itu bukanlah hal yang penting saat ini.

Aku mengabaikan kata sambutannya dan memanfaatkan setiap moment yang ada untuk mencari Rio atau Jean minimal. Kulihat seorang wanita dengan balutan gaun putih sedikit keemasan dan kupanggil dirinya.

“Jean..” panggilku.

Wanita itu membalikkan badannya, dan.

“Kak Beka !” suaraku berubah.

Dia tampak kaget bertemu denganku. Begitu juga sebaliknya. Kuperhatikan penampilan Beka. Mulai dari gaunnya hingga sepatunya. Pakaiannya sama persis dengan Jean, jika Beka mengunakan aksesoris yang sama dengan Jean, semua orang akan berkata bahwa mereka kembar.

“Mika. Kamu disini juga ?” Beka bertanya dengan polosnya.

Beka melihat sekeliling seolah cemas. Ini saatnya aku bertanya pada Beka tentang Rio dan bagaimana bisa dia diundang juga keacara ini ? bisa dikatakan hampir sebagian kenalanku berada ditempat ini.

“Kak, Tamu yang suka bawa laptop dicafe kakak masih sering kesana pas aku tidak ada ?” tanyaku dengan cepat.

Beka berpikir dan ragu untuk memberikan jawaban padaku. Aku menjelaskan situasi yang ada dengan cepat, termaksud kecurigaanku terhadap Rio yang memata – mataiku. Ada harapan bahwa Beka akan bilang bahwa Rio masih suka disana seperti sebelumnya.

“Kak Mika. Dia tidak pernah kecafe lagi kalau kakak tidak ada disana.” Kata Beka akhirnya.

“Beka takut kak, soalnya ada undangan aneh tiba – tiba dikasih ke Beka, dan Beka disuruh pakai gaun ini. katanya ini acara penting.” Beka menelan ludahnya, matanya terlihat takut dan cemas.

“Kenapa kamu datang kalau memang undangannya tidak jelas !” aku kesal pada Beka.

“Undangan ini dikasih sama bos Beka kak. Makany..” Beka berusaha menjelaskan.

Lampu sorot terarah tepat diatasku sebelum Beka sempat menyelesaikan penjelasannya.

Aku berusaha melihat kebalkon atas namun terhalang oleh silaunya lampu sorot. Semua orang melihat kearahku dan tersenyum, seolah aku ini adalah bagian dari lelucon.

“Kak, jalan keluar lewat pintu depan ditutup. Coba cari tangga darurat yang ada. Apapun itu, kakak harus pergi dari sini. Dan jangan ikuti aku. Karena aku pasti incaran dia.” Aku mengengam tangan Beka sebentar dan berpisah dengannya, lampu itu terus mengikutiku dikerumunan. Dia sedang mempermainkanku. Siapa dia sebenarnya !

Lampu sorot yang sedari tadi mengikutiku dimatikan, dan lampu ruangan kembali dinyalakan. Suara tawa dari atas sana terdengar jelas olehku. Dia bertepuk tangan dan semua orang ditempat itu ikut bertepuk tangan.

“Hallo Mikasa Pars… “ sambut suara tersebut.

Beberapa layar disekeliling ruangan itu menyala. Mengarahkan langsung pada dia. Pemilik acara sesungguhnya. Aku seolah melihat pantulan diriku sendiri, dia begitu mirip denganku. Dan bagaimana dia tahu nama belakangku yang selama ini tidak pernah aku sebutkan sama sekali. Nama keturunan dari papa yang sangat kubenci.

“Aku sudah menanti hari ini, Mikasa.” Dia meneruskan perkataannya.

Layar itu kosong, dia tidak berada dibalkon itu lagi. Dimana dia. Kemana dia. Aku melihat sekelilingku dan berusaha mencari sosoknya.

Kepalaku terasa sakit. Pecahan – pecahan mimpiku terasa begitu nyata. Teriakan itu, itu semua itu bukan mimpi. Itu adalah ingatan masa laluku yang kembali hadir menjadi. dia kembali ! orang yang dibawa pergi dalam hidup berpuluh tahun lalu.

Orang yang begitu aku sayangi sekaligus orang yang berusaha kuhapus dalam ingatanku selama ini. Kakakku kembali. Josh Pars. Dia berada didepanku. Dengan senyum dibibirnya dan sebuah tongkat ditangan kirinya. Jantungku terpacu kencang. Wajahnya tidak berubah sama sekali. Dia hadir kembali dalam hidupku !

(to be continue…)

Spread the love

Leave a Reply

Verified by MonsterInsights