Dia berhasil mendapatkan parkir setelah mengeser beberapa motor dengan susah payah. Setelah memastikan penampilannya masih rapi, dia berjalan pelan sambil melihat sekelilingnya. Beberapa orang memandang aneh dirinya. Matanya sibuk mencari nama perusahaan tempat dimana seharusnya dia akan memulai pekerjaannya hari ini. Sebuah reklame kecil berada diatas sebuah bangunan tua tidak jauh dari tempat dimana dia memarkirkan motornya. Perasaan ragu sempat menghinggapinya. Bangunan itu tidak terurus dengan baik. Apakah tempat ini akan menjadi tempatnya mengadu nasib ?
“Aku harus mencoba. Jangan takut, Risa !” batinnya dalam hati.
Dia menghampiri meja security untuk bertanya dimana dia akan bertemu dengan Ibu Kenny, salah satu tangan kanan perusahaan tersebut sekaligus merupakan kenalan mamanya.
“Pagi pak..”
Dia menyapa salah seorang security didepan meja itu dengan sedikit ragu. Pria itu melihatnya aneh dan lalu tersenyum ramah.
“Pagi bu, ada yang bisa saya bantu ?”
“Saya ingin bertemu dengan Ibu Kenny.”
Security itu tampak sedikit terkejut namun dia segera kembali tenang dan membuka sebuah buku besar yang berada tidak jauh dari mejanya.
“Sudah ada janji dengan Ibu Kenny ?”
“Iya, saya disuruh kesini hari ini untuk bekerja.”
“Oh, interview ? Ibu kenny belum datang jika sepagi ini. Silakan Ibu isi buku tamu ini dan saya akan mengantarkan ibu keruang tunggu untuk interview.”
“Oh baik.”
Dia mengambil pena yang diberikan security itu dan menulis namanya disana. Dia mencuri kesempatan untuk melihat beberapa nama yang ikut tertulis disana dan memang benar ada beberapa nama yang mengisi buku tersebut dengan keterangan interview.
Selesai dia mengisi buku tamu itu, security tersebut dengan sopan mengajaknya untuk masuk kedalam. Dia mengikuti pria itu menyusuri lorong yang sedikit gelap hingga keujung.
Serbuan dinginya AC menerpa kulitnya dari balik pintu yang berada diujung lorong. Pria itu membuka pintu tersebut dan mempersilakan dia masuk kedalam. Ruangan besar itu sungguh dingin. Dia melihat beberapa orang dengan pakaian rapi melihat kearahnya beberapa saat dan kembali dengan keasyikan mereka sendiri. Ada yang sedang membuat kopi, ada juga yang sedang mengobrol sambil tertawa pelan.
Dia bisa membaca beberapa devisi diruangan besar itu. Masing – masing devisi disekat dengan rapi dan bisa terlihat dengan baik. Kaca menjadi pembatas antar devisi dan setiap sudut ruangan itu memiliki tanaman organiknya sendiri. Toilet terletak dipertengahan ruangan yang besar itu. Sungguh akan merupakan tempat kerja yang baik bagi dirinya.
Pria itu lalu membawanya duduk disalah satu kursi tunggu tidak jauh dari ruangan accounting. Ibu Kenny adalah kepala accounting dikantor itu. Sesuai dengan keahlian dan tamatannya, sarjana akutansi, Risa akan menjadi bagian accounting. Pria itu lalu pamit dan membiarkannya duduk sendirian disana. Dia melihat jam tangannya berkali – kali menunggu jarum tersebut mengarah pada angka 8.
Suasana perkantoran itu semakin lama semakin ramai. Suhu yang tadi dirasanya cukup dingin kini sudah berubah menjadi normal karena ramainya karyawan – karyawan yang datang. Sebagian mereka memperhatikannya sebelum masuk keruangan mereka masing – masing. Ada yang hanya cuek dan ada yang berbisik sambil melihat kearahnya. Mungkin perasaannya saja, dia berusaha mengabaikan lirikan mata yang sesekali terarah padanya.
Dia melihat tawa kebahagiaan diwajah para karyawan itu, membayangkan hidupnya yang telah dia sia – siakan sedari muda. Perkenalannya dengan pria itu telah membuatnya lupa akan apa yang menjadi impiannya sejak kecil. Dia lupa segalanya dan mengorbankan segalanya demi cinta yang dipikirnya adalah cinta sejati. Perjalanan kisah cintanya sejak SMA hingga lulus kuliah, pernikahannya hanya mampu bertahan 4 tahun. Dia termaksud wanita yang beruntung karena mendapatkan sepasang anak, Male dan Mola. Setidaknya dia tidak akan kesepian dimasa tuanya.
Terkadang dia sungguh berharap bisa memutar kembali waktu. Dia menyesali setiap keputusan yang dia ambil kala itu. Jika dia menerima pernikahan kedua suaminya, mungkin dia hanya perlu bersabar dan tidak akan menderita seperti saat in. tetapi dia tidak tahan. Dia bukanlah wanita mulia yang mampu menerima kenyataan bahwa suaminya telah menikah lagi dengan perempuan lain dibawah tangan, tanpa persetujuannya sama sekali.
Dengan status single parent, dia memiliki tanggung jawab terhadap masa depan kedua anaknya. Dia juga tidak ingin bergantung terus kepada mantan suaminya. Inilah alasan kuat kini dia duduk dikursi ini, bersiap untuk mengadu nasibnya.
“Kamu Risa ya ?”
Suara serak seorang ibu membuatnya kaget. Dia melihat wanita itu berdiri didepannya. Rambutnya keriting dan dia mengunakan pakaian kantoran seperti anak muda. Dari kerutan diwajahnya, Risa bisa menebak usia ibu itu sekitar tahun 40an.
“Iya bu, pagi..”
Spontan dia menjawab dan segera berdiri secara refleks.
“Oh, sudah lama menunggu ya. Saya ibu Kenny.”
Sambut wanita itu dengan ramah sambil mengulurkan tangannya kepada Risa.
Dia menjabat tangan ibu Kenny dan lalu mengikutinya menuju kantornya. Beberapa karyawan yang awalnya memandang aneh dirinya kini mengucapkan selamat pagi ketika ibu Kenny lewat didepan mereka, sungguh bukan orang yang biasa saja, batin Risa dalam hati.
“Duduk dulu disana ya.”
Ibu itu mengarahkannya untuk duduk disalah satu kursi tidak jauh dari tempatnya. Beberapa orang disana memperhatikannya tanpa bertanya dan segera memulai kegiatan mereka pagi itu. Dia melihat ibu Kenny yang sedang kerepotan membersihkan mejanya, diatasnya terletak lumayan banyak kertas yang tidak tertata rapi, tidak seperti meja – meja karyawan lain yang dia lewati ketika menuju ruangan ibu Kenny. Tidak lama kemudian ibu Kenny memberikan intruksi kepada Risa untuk masuk kedalam kantornya.
Dia duduk dengan gugup dan matanya berusaha untuk menatap tepat pada bu Kenny.
“Jadi, kamu sudah pernah kerja sebelumnya ?”
“Belum bu, ini tempat kerja pertama saya.”
“Coba kamu ceritakan sedikit tentang kamu.”
Dia kaget mendengar pertanyaan itu. Binggung akan apa yang ingin diucapkannya. Apakah bu Kenny sudah mengetahui statusnya ? bagaimana jika salah bercerita dan dituduh mengarang. Dia bisa benar – benar tidak mendapatkan pekerjaan tersebut.
“Maaf, cerita tentang apa tepatnya bu ?”
“Iya apa saja, tentang kehidupan kamu contohnya.”
Setelah berpikir dengan cepat, dia memutuskan untuk menceritakan kebenaran akan hidupnya. Dia adalah wanita berusia 23th dengan 2 orang anak yang sekarang menjadi tanggungannya. Ibunya berjualan bakwan sementara ayahnya bekerja sebagai buruh lepas. Dia adalah anak sulung dari 3 bersaudara. Seorang adik perempuan, dan seorang adik laki – laki yang masih sekolah.
Dia menceritakan perkenalannya dengan mantan suaminya adalah ketika dia masuk kesekolah negeri. Orangtuanya tidak mampu menyekolahkannya disekolah swasta waktu itu. Seiring berjalannya waktu, hubungan mereka mulai terbangun dengan baik. Dia tahu bahwa orangtuanya tidak akan merestui hubungan itu sehingga hal yang dia lakukan adalah menikah meskipun tanpa restu.
Dia berbeda 10th dari umur mantan suaminya. Mereka tinggal dirumah mertua dan dikaruniai sepasang anak. Male dan Mola. Dia memustuskan untuk berpisah dengan suaminya karena sudah tidak sejalan. Dan kini untuk membesarkan anak – anaknya, dia harus bekerja. Meskipun mantan suaminya mengirimkan dia uang bulanan untuk susu anak, dia tidak ingin hanya berdiam diri dirumah.
Dia mengakhiri ceritanya dan wajah bu Kenny tampak agak terharu mendengarkannya. Dia terpaksa mengarang akhir kisahnya demi menjaga nama baik mantannya itu, atau hanya sekedar tidak ingin terlihat jelek karena diselingkuhi, dia masih tidak tahu alasan sebenarnya akan kebohongan yang dia karang itu.
“Jadi kamu tamatan sarjana akutansi ya, sekilas tentang akutansi pasti sudah kamu pahami seharusnya ya.”
“Iya bu. Saya paham meskipun tidak banyak. Dengan ditraining saya dapat menguasainya dengan cepat.”
“Baiklah, kamu akan memasuki masa training selama 3 bulan dan selama masa tersebut, kamu akan diberikan makan siang dan juga upah sesuai standart perusahaan. Bagaimana ?”
“Saya siap bu. Kapan saya bisa mulai bekerja ?”
Ibu Kenny melihat kalender yang terletak tidak jauh dari meja disampingnya lalu memberi isyarat agar Risa menunggu sebentar diluar kantornya. Kenny lalu menelepon seseorang lewat telepon. Raut wajah bahagia tampak jelas diwajah Kenny ketika mereka teleponan. Tidak lama pembicaraan mereka berakhir, dan Risa kembali disuruh masuk diruangan Kenny.
“Kamu bisa mulai besok, tetapi kamu akan ditempatkan dibagian lapangan. Mereka membutuhkan admin. Bagaimana, kamu siap ?”
“Bukan diadminitrasi accounting bu ?”
“Bukan, bagian saya sudah cukup ramai. Bagian lapangan tersebut akan menyenangkan bagi kamu kok.”
Dia terlihat tidak memiliki pilihan saat itu. Jika dia menolak, maka dia tidak akan mendapatkan pekerjaan, tetapi dia juga takut untuk menerima pekerjaan itu. Membayangkan dirinya akan berada panas – panasan dan bersama dengan pria – pria besar membuatnya bergidik.
“Bagaimana Risa ?”
“Siap bu. Saya akan kesini besok.”
Dia mengalahkan segala ketakutannya saat itu. Dia akan mencoba. Dia tidak tahu pekerjaan seperti apa yang akan dijalaninya, tetapi setidaknya dia akan mencoba.
“Baik kalau begitu, besok kamu kesini ya. Saya akan menemani kamu kelokasi tersebut.”
Perkataan itu sekaligus menjadi penutup pembicaraan Kenny dan Risa pagi itu. Dia mendapatkan pekerjaan itu ! meskipun dia tidak tahu secara jelas.
“Saya.. pamit bu.. Terimakasih banyak.”
Jawabnya sopan dengan suara bergetar, entah kenapa dia merasa terharu ketika Kenny menerimanya bekerja.
“Iya, saya tunggu kedatangan kamu besok saya. Saya juga mengucapkan terimakasih. Ibu kamu dulu banyak membantu saya.”
Kenny menutup percakapan pagi itu dengan memberikan sekilas senyuman hangat pada Risa. Dengan hati gembira dia keluar dari ruangan Kenny dan pulang. Ketakutannya berkurang karena rasa bahagia yang menjalari seluruh tubuhnya saat itu. Kehidupan barunya akan segera dimulai.
People just see me as who I am today,
They never want to know how I get through on my past,
All they care is how success I am today,
That’s why I never be with girl before,
Until she come and I don’t know why,
She changes my life.
(June 17, 1988)
(to be continue….)