Sebuah rumah kecil mulai tampak tidak jauh dari tempat kami berhenti. Jalanan disini bisa dikatakan sangat jelek dan masih belum dipolesi aspal. Jika Jean memaksakan mobilnya untuk masuk, bisa dipastikan kami akan mendorong mobil ini. aku ragu untuk berjalan kerumah itu, selain berada dikawasan jalanan yang penuh semak, aku sebenarnya sangat membenci peramal.
Kuperhatikan Jean yang sudah menukar heelsnya dengan sandal jepit, penuh semangat untuk melewati tanah liat yang panjang itu, kuhela nafasku, bersyukur mengunakan sepatu setiap hari. Akhirnya aku mengikuti Jean, aku memegangi tangannya dengan kuat karena hampir terpeleset beberapa kali. Kami menghabiskan hampir 10 menit untuk sampai kerumah itu.
Aku bisa melihat rumah ini dengan lebih jelas, sebuah gentong berisi air sedang dipanaskan diatas tumpukan kayu tidak jauh dari depan rumah tua itu, ditemani beberapa potongan pohon yang dijadikan kursi serta dikelilingi beberapa pohon tinggi disekitarnya, menjadikan rumah ini terlihat menakutkan.
Namanya juga peramal. Pasti seram ! batinku terus.
Dinding rumah ini terbuat dari bambu yang didesain sedemikian rupa, begitu juga dengan atapnya. Tidak ada bantuan semen ataupun batu bata sebagai pondasi rumah ini, hebatnya rumah ini tidak roboh begitu ada angin kencang ataupun hujan deras. Aku mengetahui hal ini dari Jean, dan dalam hatiku berpikir bahwa ini pastiah kekuatan mistis. Sungguh ini akan menjadi kali pertama dan terakhir aku mendatangi tempat begini.
Pintu rumah ini juga termasuk unik. Terbuat dari kayu tua dan berwarna hitam, dihiasi sebuah bell kecil berbentuk kepala kambing didepannya, Jean mulai mengetuk pintu tersebut. tidak ada sahutan apapun dari dalam. Jean mengetuk kembali, kami menunggu dan tetap tidak ada sahutan. Hembusan angina disiang ini terasa dingin bagiku. Mungkin lebih baik kami kembali. Aku menarik baju Jean dan berharap dia mengerti bahwa aku ingin pulang. Jean melihatku dan kembali mengetuk pintu rumah tersebut. tetap tidak ada sahutan.
Lumayan lama menunggu, akhirnya Jean menyerah. Kami memutuskan untuk kembali sebelum sore dan saat melangkah tidak jauh dari rumah itu, sebuah suara menghentikan langkah kami.
“Jeannn….” Panggil suara misterius.
Kami menoleh kebelakang bersama dan seorang wanita berdiri didepan pintu yang sedari tadi kami ketuk tanpa sahutan. Jean mulai tersenyum dan mengajakku untuk kembali kesana. Aku mengikuti Jean tidak jauh dari belakangnya.
Kuperhatikan wanita yang kini berada didepanku, jika kutebak dia berada diusia 30an. Rambutnya hitam panjang dan dibiarkan terurai begitu saja. Dia juga lebih tinggi dari Jean dan mengenakan dress panjang hitam, membuatnya terlihat seperti penyihir bagiku, mungkin ini adalah pakaian standart peramal.
Dia dan Jean berpelukan seperti teman yang sudah lama tidak bertemu, saling bertanya kabar sebelum akhirnya Jean menyuruhku berkenalan dengannya. Kuulurkan tanganku untuk berkenalan dengannya saat aku menyadari expresi Jean yang serius menatapku.
“Mika.” Aku berusaha terdengar hangat dan tidak takut, namun gagal.
Dia menyambut tanganku, tangannya terasa dingin,kuperhatikan jari – jarinya yang kurus dan panjang dan kembali menatapnya, dia tersenyum dan tidak melepaskan salaman tanganku. Aku mulai panik dan melihat terus kearah Jean.
“Kamu takut kesini ya. Jean. Kamu pasti maksa dia kesini kan.” Kata peramal tersebut.
Wanita itu membaca dengan baik pikiran kami. Aku berusaha melepaskan pegangan tangannya namun dia mengengam tanganku dengan erat.
“Kamu sering mimpi aneh belakangan ini ?” tanyanya lagi.
Aku terkejut dan berhenti merontakan tanganku. Bagaimana dia bisa tahu hanya dengan memegang tanganku.
“Kamu bisa panggil aku Rose.” Lanjutnya, dan dia melepaskan tanganku.
“Jika ingin mengetahui apa maksud mimpi anehmu, dan kenapa kamu mengalaminya, kamu bisa masuk kedalam. Tapi jika kamu takut, lebih baik kamu pulang.” Kata Rose.
Rose membalikkan badannya dan berjalan masuk kedalam rumahnya. Pintu dibiarkan terbuka. Jean melihatku dengan serius. Ada semacam kekhawatiran didalam diriku untuk masuk kedalam rumah itu, namun sesuatu dari dalam diriku berkata lain. Aku akan mencari tahu maksud dari mimpi burukku.
Aku melihat Jean dan mengajaknya untuk masuk kedalam.
Rumah ini hanya memiliki sedikit penerangan. Kuperhatikan sekeliling rumah ini, ada beberapa pajangan aneh dan beberapa lukisan kuno. Dinding rumah ini juga dikelilingi oleh tulisan aneh. Aku tidak mengerti sama sekali arti tulisannya, aku hanya mengengam tangan Jean dengan erat dan berjalan ketempat dimana ada banyak asap berkumpul, Rose duduk disana.
Aku dan Jean memandangi satu sama lain bergantian, dan memutuskan untuk duduk didepan Rose bersama. Rose memasukan beberapa tumbuhan kedalam sebuah mangkok kecil dan membakarnya, membuat asap diruangan ini semakin tebal, dan ajaibnya kami tidak batuk karena asap. Ada aroma lain didalam bakarannya. Sejenis bebauan herbal.
Rose memejamkan matanya dan menikmati aroma yang ada disekeliling ruangan. Aku dan Jean hanya diam saja.
“Jadi, apa yang ingin kamu ketahui, Mika ?” Rose bertanya dengan mulut yang mulai komat kamit.
Aku melihat Jean sesaat dan dengan penuh keyakinan mulai bertanya kepada Rose.
“Aku ingin tahu kenapa akhir – akhir ini aku bermimpi aneh.” Tanyaku akhirnya.
Rose terus memandangku, membuatku merasa sangat tidak nyaman.
Dia mengambil kartu didekatnya dan menebarkannya didepanku. Lalu, menyuruhku memilih salah satu kartu dari sana. Kutunjuk salah satu kartu yang berada paling pojok, Rose membuka kartu tersebut dan 8 hati. Apa maksudnya mendapatkan hati ditengah mimpi buruk !
“Apakah ada undangan yang akan kamu datangi ?” tanya Rose sambil terus memperhatikan kartunya.
Pertanyaan Rose sentak membuat aku dan Jean terkejut. Bagaimana dia bisa tahu. Kulirik Jean yang diam saja disampingku, pasti dia memiliki rasa penasaran yang lebih besar dariku saat ini. Aku mengalihkan tatapanku kekartu dan menjawab setiap pertanyaan Rose.
“Iya.” Jawabku.
“Kamu diundang tidak hanya karena dia ingin kehadiran kamu. Jika dari cerita kamu yang mulai mengalami mimpi buruk dan kartu hati ini. bisa jadi undangan ini juga akan menjadi sebuah perpisahan.” Kata Rose.
Aku masih sulit mencerna penjelasan Rose.
“Siapa yang ingin bertemu denganku ? lalu berpisah ? apakah dia teman lama ?” aku bertanya penasaran.
Rose tidak menjawab pertanyaanku dan memintaku untuk memilih kartu lainnya. Aku begitu ingin mendapatkan jawaban atas penjelasannya dan dengan cepat aku menunjuk sebuah kartu lainnya. Rose membuka kartu tersebut. Death (?) !
Rose menghela nafasnya dan melihatku dalam – dalam sedikit lebih lama daritadi sebelum menjelaskan artinya padaku. Jantungku mulai berdebar kencang, berusaha kelihatan tenang dan mengharapkan jawaban yang baik.
“Kamu harus siap jika berada dipilihan antara melupakan masa lalu ataupun mengulangi masa lalu kamu. Kamu harus siap menghadapi rasa takutmu. Jangan sampai keegoisanmu menghancurkanmu.” Pesan Rose.
“Aku bahkan tidak ingat akan masa laluku.” Bentakku.
“Aku tidak percaya dengan ramalan, jikapun apa yang kamu katakan benar, kamu seharusnya tidak hanya bercerita, melainkan memberikanku penjelasan !” aku mengambil salah satu kartu dan melemparkannya kearah Rose, lalu berjalan pergi.
Jean yang kaget sontak bangkit dan menyusulku dengan cepat. Sungguh aku tidak mengerti kenapa aku bisa berubah semarah ini mendadak, tetapi jelas sesuatu yang dia katakan barusan tentang masa lalu membuatku teringat akan masa pahit dimana ayahku pergi. Kenangan itu mulai datang, dan mimpiku menjadi semakin jelas. Mimpi dimana aku berteriak agar dia tidak pergi ! Dan jika aku kaitkan dengan semua hal aneh belakangan ini. bisa jadi undangan yang diberikan adalah undangan dari ayahku sendiri !
“Mika !!” Jean berteriak dari belakang dan berusaha menghentikanku. Aku berjalan dengan cepatnya dan tidak berhenti sedikitpun sampai aku tiba dimobil. Tidak lama Jean sudah berada dibelakangku, bajunya tampak basah dan nafasnya putus – putus. Aku hanya menatapi dia.
“Aduh Mika, aku tidak biasa olahraga ! Kamu kenapa sih !” suara Jean tidak beraturan.
Jean mengeluarkan kunci mobilnya dan aku masuk kedalam tanpa penjelasan sedikitpun. Jean yang mengerti dengan perubahan perilakuku akhirnya menyalakan mobilnya.
“Mika, kamu tunggu disini ya dan tenangi diri kamu. Aku harus pamit baik – baik sama Rose. OK !” Jean meninggalkanku dan berlari kembali kerumah tersebut.
Aku masih diam, tidak ingin menjawab apapun dan yang ada dipikiranku saat ini hanyalah ingin pulang kerumah, mandi dan melupakan kejadian hari ini.
AKu berusaha keras menenangkan diriku dari semua pikiran buruk yang datang seketika. Akan menjadi hal kejam juga jika aku tidak datang keacara tersebut karena Rio sudah bersedia menemaniku. Kupejamkan mataku dan mulai berpikir.
Rio…
Tunggu ! Bagaimana Rio bisa tahu bahwa undangan yang aku terima buat sabtu ini adalah sebuah undangan pesta dansa ? Padahal aku hanya memberikan info bahwa hari sabtu aku mendapatkan undangan. Dan dia menyuruhku untuk mendatangi pesta tersebut. dan bagaimana bisa dia dengan mendadak menawarkan dirinya untuk pergi bersamaku ! aku berusaha memikirkan segala kemungkinan yang ada.
Apakah Rio juga diundang kepesta tersebut ? wajar jika itu benar. Karena Rio lah orang yang menanyakan acaraku sabtu ini. Jika begitu…
Rio pasti mengenali siapa orang yang memberikan undangan ! aku akan bertanya padanya.
Sebelum aku sempat keluar dari mobil untuk menghubungi Rio. Jean masuk kedalam mobil dan membanting pintu mobilnya. Keterkejutanku hilang seketika saat melihat Rose juga ikut masuk dan duduk dibagian belakang mobil Jean.
Tidak ada percakapan apapun. Hanya keheningan dan suara laju mobil yang mengantarkanku hingga kerumah.
(to be continue…)