Bencana Menjadi Berkah (Bagi Orang Tertentu)

0

Jadi berasa bencana itu berubah jadi berkah buat mereka disini.

Spread the love

Setelah rapid migran selama beberapa hari, akhirnya sore ini migran aku sedikit berkurang. Kurasa karena aku banyak beban pikiran dan juga emosi yang tidak tersalurkan, semua disimpan didalam hati dan berakhir pada sakit kepala yang bakalan merugikan diriku sendiri.

Trying to fix what happen to myself, I try to control my emotions and be careless to every problem around me.
Dibanding aku nyimpan sendiri or cerita sama orang yang salah, rasanya bakalan lebih worth it kalau aku share mini stories disini. Mau yang baca baper or apa yah gak masalah karena aku cuma ingin mencurahkan isi hati.

Biasanya sih aku selalu bilang gini ketika aku bertemu sama temanku.
“Gak berasa bangat aku sudah kerja sekian tahun, Waktu cepat bangat berlalu.”
Pas aku ngomong gitu, ada expresi bahagia dari wajahku. Tandanya aku mendapatkan tempat kerja yang nyaman.

Sekarang ?
Saat aku ketemu sama temanku, hal yang bisa kukatakan hanyalah,
“Lama bangat. 2 bulan berasa 2 tahun !”
Dunia kerjaku sudah tidak seindah sebelumnya. Selain gak bahagia, aku juga merasa tidak nyaman dan rasanya itu aku pengen bangat cepat – cepat pergi dari tempat kerjaku.

Mungkin sebagian dari temanku sudah tahu bahwa aku bakalan leave this place in the end of years. Buat yang belum tahu, setelah baca stories ini pasti bakalan bikin cerita baru yang aneh dan tentunya dijadikan sebagai topic utama karena memang dilingkungan aku itu rata – rata manusianya gitu, sibuk kepo sama urusan orang.

Well, bagaimana aku bisa nyaman yah kalau kerja itu dituntut serba perfect ?
Selain harus kerja keras dan berusaha tidak membuat masalah, ketika ada kesalahan (which mean we are human !), itu rasanya langsung dilupakan gitu semua kerjaannya yang baik – baik selama ini. Jadi dimata mereka itu cuma hal buruk saja yang dinilai dan dibahas.

Hal yang membuat aku semakin merasa muak ditempatku sekarang adalah bagaimana cara mereka menghargai orang lain. Aku gak mau sebut merk yah karena gak disebut merk’nya pun yang ngebaca sudah pada ngerasa, gimana lagi kalau aku bikin merk dan nama ? Bisa jadi langsung dhe dijadikan masalah baru.
So, lets continue.

Bulan lalu rekan kerjaku mengalami kecelakaan ketika melakukan perjalanan dinas. Oleh karena itu, akhirnya kami memutuskan untuk mengunakan jalan tol yang biayanya cukup mahal. Selain biar cepat sampai, tindakan itu diambil untuk mengurangi resiko kecelakaan dan lain sebagainya.
But, something bad happen when we using tol 2 week after the crash.

Biasanya sih setelah perjalanan dinas, the next day itu yang kerja dikasih libur. Selain itu juga ada uang makan. Namanya juga yang kerja sendiri. Udah bawa mobil, bongkar barang terus jalan pulang. Belum lagi resiko dijalan dan lain sebagainya, jadi wajar dong yang bekerja keluar kota diberikan sedikit fasilitas biar semangat.

Nah, karena mengunakan jalan tol yang super mahal (Sebenarnya cuma sampai mobil besarnya bagus), akhirnya…
Jatah libur dan juga uang makan dihilangkan dengan kejam.
Aku sih nerima aja kalau jatah libur dihilangkan karena memang jam pulang kerjanya lebih cepat. But, uang dinas ikutan hilang pakai alasan naik tol mahal ?

Sejujurnya sih itu kurang masuk akal bagiku. Jadi ingat aja kejadian pas awal covid, semua dimanfaatkan dengan alasan covid dan rasanya tidak ada perubahan sama sekali meskipun covid membaik / makin buruk. Jadi berasa bencana itu berubah jadi berkah buat mereka disini.
(Sayangnya sisi negative !)
Kesal ? Oh iya dong ! Secara kan aku punya hati.

Setelah nego dan ngomong sama mulut berbuih, akhirnya uang dinas tetap dikasih tapi berubah drastis.
Dari 105K jadi 25K cuy !
Gila ?? Oh iya, bersyukur dong harusnya karena masih ada !
(versi mereka)

So, apa sih yang bisa bikin aku nyaman lagi berada disini ?
Memang sih based on plan aku itu bakalan pergi dari sini akhir tahun nanti. Udah gak dihargai, memperlakukan orangpun semena – mena bangat. Jadi ibarat ini orang udah dikasih gaji yah bersyukur gitu lho. Hal lainnya gak masuk dalam pertimbangan sama mereka.

As human and worker, I know how it felt.
Aku mutusin sih buat tetap kasih uang dinas sebanyak sebelumnya karena aku sadar betul pekerjaan yang mereka kerjain itu berat. Gak sebanding bangat sama resiko yang dihadapi.
Buat dicash ? Yah ikutin aja nominal 25K itu kan beres.

Disini aku mau ngasih tahu kalian, kadang orang susah itu lebih punya hati dibandingkan sama mereka yang punya segalanya. Gak ada kata cukup bagi mereka. Sudah ada lebih, uang sedikitpun diperhitungkan. Beda bangat sama orang susah or orang – orang yang beneran kaya. Ini mah kaya materi miskin nurani. Kalau orang kaya betulan yah makin merendah dan tahu bagaimana rasanya orang – orang yang berada diposisi bawah.

I just wish all the best for them and I really hope that what I am doing right now is a right things to do.
It’s OK to being poor but have a warm heart than being rich but heathless.
Really looking foward for my next journey.

Spread the love

Leave a Reply

Verified by MonsterInsights