Chapter Four : Dream [Part 13]

0

Aku melanjutkan ceritaku dengan sedikit keraguan, memberikan inti mimpi namun tidak menceritakannya secara detail.

Spread the love

Jean mulai mencicipi sayurannya dan menawarkannya padaku. Aku makan dan mencoba sayuran Jean, ada bronkoli yang dimasak dengan mengunakan minyak khusus, ada tumisan capcay dan toge. Dan Jean tidak tertarik pada makananku sama sekali karena mengandung banyak lemak. Penjelasannya sudah cukup bagiku untuk menjawab pertanyaan bagaimana cara Jean bisa terlihat begitu cantik dan tetap memiliki tubuh yang ideal.

“So, Tadi mau cerita apa, Mika ?” ulang Jean.

 Aku baru menyadari bahwa daritadi aku tidak menjawab pertanyaan Jean dan langsung keasyikan dengan menu didepanku begitu disajikan.

“Eh, maaf kelupaan jawab.” Jawabku malu.

Jean masih terus melihatku dan mulutnya sibuk mengunyah setiap sayuran yang masuk dengan cepat kemulutnya, tampak lapar.

“Aku sambilan makan ya. Lapar ni. Bangun terus langsung kesini. Maklum yah habis balas chat kamu, aku tidur lagi.” Dia menjelaskan terlebih dahulu sebelum aku mulai menebak – nebak.

Aku hanya bisa tersipu. Dia seolah bisa membaca pikiranku dengan mudah.

“Aku mimpi aneh belakangan ini.” kataku singkat.

Jean menghentikan makannya dan melihat sebentar kearahku, dan lalu kembali makan.

“Aku mimpi seperti berada disebuah tempat asing, lalu aku mimpi berada didalam tempat tersebut, aku juga bermimpi tentang sebuah tempat asing lainnya dan aku berteriak, dan..” aku menghentikan sekilas ceritaku karena ragu untuk menceritakan mimpiku terakhir kali.

“Dan.. ?” Jean menatapku kali ini, menghentikan kegiatan makannya dan memberikan perhatian yang serius pada ceritaku saat ini.

Sedikit ragu namun karena aku sudah memutuskan untuk bercerita dan berharap hal ini bisa membuatku merasa lebih lega ataupun berharap Jean bisa membantuku mengartikan setiap mimpiku, aku melanjutkan ceritaku dengan sedikit keraguan, memberikan inti mimpi namun tidak menceritakannya secara detail.

“Aku mimpi Rio mati didepanku.” Kataku pelan.

Hening, tidak ada jawaban apapun dari Jean. Tidak lama kemudian dia sudah menyelesaikan makan siangnya, melap bibirnya dengan lembut dan minum dengan cepat. Aku heran melihat dirinya yang masih tetap tenang. Mungkin itu hanya sekedar mimpi baginya, padahal aku merasa sangat tersiksa karena beberapa hari terakhir ini aku mulai sering mengalami mimpi aneh.

Aku tidak menghabiskan nasi lemakku dan focus pada kopiku, berharap Jean akan memberikan aku masukan agar aku tidak kepikiran terus perihal mimpi burukku, dan berusaha mencaritahu artinya sendiri.

Jean mengambil hpnya dan asik dengan hp beberapa saat sebelum dia kembali fokus padaku. Kali ini dia memperhatikanku dengan wajah serius.

“Jadi, kamu sudah sejak kapan mimpi aneh ?” akhirnya dia memberikan pertanyaan yang aku tunggu sedari tadi.

Aku berusaha mengingat dan memberitahu dia jika hari ini aku masih bermimpi buruk, berarti sudah hampir 1 minggu. Jean akhirnya bertanya akan mimpiku secara lebih detail, dan kami menghabiskan jam makan siang kami untuk menceritakan semua mimpiku, disisi lain, Jean berusaha mendengar dengan lebih fokus.

“Berarti ada seseorang yang ingin berjumpa sama kamu, Mika.” Jawabnya singkat.

 “Termaksud bagian Rio terbunuh ?” tanyaku.

“Tidak. Bisa jadi dia marah sama Rio. Dia punya musuh tidak ?” Jean bertanya terus kali ini.

“Musuh ? maksudnya ?” aku masih tidak mengerti.

“Iya Rio itu. tahu tidak siapa yang tidak suka padanya ?” Jean bertanya dengan gaya detektifnya.

Aku berusaha berpikir dan tidak bisa memberikan jawaban untuk pertanyaan Jean satu itu karena aku dan Rio masih beru menjalani hubungan beberapa saat, aku tidak mengetahui secara jelas seluk beluk kehidupan asli Rio. Kugelengkan kepalaku tanda tidak tahu, dan Jean yang melihat jawabanku hanya menghela nafas panjang.

Jean melambaikan tangannya dan memanggil pelayan yang berada tidak jauh dari sana, meminta bill pesanan kami. Kulihat jam tanganku yang sudah menunjukan bahwa jam makan siangku akan segera berakhir. Merasa sedikit tersia – siakan bercerita panjang lebat dan Jean yang aku harapkan bisa memberikanku jawaban atau setidaknya saran agar aku tidak bermimpi buruk lagi malah hanya menjadi pendengar yang baik kali ini. Sungguh berbeda dengan kesan pertama kali aku berjumpa dengannya.

Aku mengeluarkan dompetku karena tidak ingin Jean membayar semua pesanan kami. Kotak kecil yang diberikan Rio terpaksa harus kukeluarkan terlebih dahulu karena dompetku berada agak dalam ditas. Jean yang melihat kotak tersebut sedikit kaget. Aku memandanginya dengan keheranan.

Kami segera menyelesaikan pembayaran yang ribet karena Jean berkeras ingin membayar semua makan siang kami dan aku yang juga berkeras untuk membagi rata tagihan. Setelah berargumen didepan kasir, akhirnya aku membayar ¼ dari total tagihan karena ancaman Jean yang akan membiarkanku pulang sendiri. Aku sedikit merepet karena hal tersebut namun akhirnya mengalah karena ingin berteman lama dengannya.

(to be continue..)

Spread the love

Leave a Reply

Verified by MonsterInsights