Saat pertama kali kuputuskan untuk bekerja paruh waktu, tidak ada respon apapun dari papa dan mamaku. Mereka membiarkan aku menentukan jalan hidupku sendiri. Aku mulai suka pergi ketoko buku setiap kali aku tidak memiliki kegiatan. Aku menghabiskan waktu berjam – jam disana karena aku bisa membaca sepuasnya tanpa mengeluarkan uang.
Salah satu pengeluaranku saat itu hanyalah membayar angkutan umum. Terkadang saat matahari sudah mulai menyembunyikan dirinya, aku memilih untuk pulang berjalan kaki. Tidak ada yang cemas padaku, karena memang kami hanyalah kumpulan orang asing didalam rumah yang sama.
Meskipun aku terkenal sebagai pribadi yang misterius dan pendiam, aku tidak jarang mendapatkan banyak undangan ulangtahun. Hampir semua anak disekolahku memberikan undangan special mereka disaat mereka berusia 17th. Orangtua mereka dengan bangga membuatkan acara semewah – mewahnya untuk anak mereka.
Terkadang aku menghadiri acara mereka jika memiliki uang lebih untuk membelikan kado, terkadang aku tidak hadir dengan berpura – pura sibuk.
Lalu, bagaimana dengan 17th ku ?
Sejak pertama aku terlahir, aku tidak pernah mendapatkan kue ulangtahun dari keluargaku. Terkadang saat ingat, mama akan memasakanku mie ditemani 2 butir telur pertanda penambahan usia. Mendapatkan kue tart adalah salah satu impianku yang tidak pernah terwujud, bahkan saat aku berusia 17th.
Aku pergi kesebuah café yang terletak tidak terlalu jauh dari rumahku dan duduk disana. Kupesan segelas teh dingin dan sepiring kentang lalu kuukir tulisan selamat ulangtahun diatas piring kentang tersebut. Kupejamkan mataku dan aku menangis. Untuk pertama kalinya aku kembali menangis diulangtahunku yang ke 17th dicafe tersebut.
Sebagian orang menyadarinya namun mereka memilih untuk berpura – pura tidak melihatku. Aku selalu menghabiskan hari ulangtahunku sendiri. Entah itu dengan membeli cookies dan meletakkan lilin diatasnya, ataupun dengan membeli makanan dan membuat ucapan dengan mengunakan saus. Semua kulakukan sendiri. Dan aku terbiasa karenanya. Aku tidak pernah berharap seseorang akan datang dan memberikan kejutan. Aku bahkan tidak pernah mengatakan tanggal ulangtahunku kepada siapapun lagi.
Club drama banyak membantuku. Diluar aku memasang wajah tersenyum, dan dikelas aku dikenal sebagai anak yang paling bahagia. Tertawaku sungguh keras dan aku bahkan tidak pernah menangis didalam kelas. Aku tidak pernah terlibat perkelahian dan aku juga merupakan anak yang pintar didalam kelas. Sebagian anak yang memiliki SD yang sama denganku awalnya sempat binggung kenapa aku bisa begitu pandai, terutama dalam pelajaran yang berhubungan dengan nilai – nilai social. Aku juga memiliki daya ingat yang baik dan bisa dikatakan aku adalah anak yang paling cepat dalam menghafal.
Tanpa musuh, tanpa masalah dan tanpa cacat. Aku adalah pribadi yang mulai sempurna dimata teman – teman sekelasku. Aku juga mulai menjadi andalan mereka disaat ujian melanda. Terkadang aku membagi jawabanku pada mereka, dan terkadang aku tidak memberikan apapun pada mereka. Kadang kala aku juga merasakan keirian yang sungguh luar biasa didalam diriku setiap kali kulihat temanku yang memiliki begitu banyak support dan fasilitas dari orangtuanya, tetapi tidak dimanfaatkan dan kerjanya hanyalah bermalas – malasan.
Terkadang rasa iri tersebut membuatku mulai membayangkan jika kehidupanku seberuntung mereka. Aku mulai sering menyalahkan Tuhan atas semua hal yang terjadi dalam kehidupanku. Aku selalu kesekolah minggu karena keinginanku, selain untuk memenuhi nilai agamaku, disanalah aku merasa begitu nyaman dan terkadang aku menangis ditengah kebaktian. Aku mulai dilanda pertanyaan akan dibawa kemana masa depanku, akan menjadi seperti apa diriku dimasa depan, akankah aku bisa berkuliah seperti anak lainnya dan kenapa aku terlahir begini.
Aku memiliki papa namun terasa seperti anak yatim,
Aku memiliki mama yang sangat aku sayangi namun kehidupannya habis dengan perjudian dan kebohongan.
(to be continue…)