Chapter Four : Dream [Part 10]

0

Mataku terasa berat untuk bangun, tanganku sibuk meraba sekitar untuk mencari Rio dan tidak dapat kutemukan.

Spread the love

Kami sampai dirumah lebih cepat karena jalanan yang sudah mulai sepi. Sebelum aku keluar dari mobilnya, Rio mendekat kearahku, berbisik lembut padaku bahwa dia akan menjemput dan pergi bersamaku kepesta dansa besok, aku sedikit terkejut dan sebelum aku sempat protes padanya, dia menciumku. Ciuman pertamaku. Aku panik dan langsung menarik diriku. Rio terlihat kaget melihat responku dan tanpa berkata apapun aku langsung keluar dari mobil. Masuk kedalam rumah dan mengintip melalui kaca. Tidak lama setelah aku masuk kedalam rumah, mobil Rio melaju pergi.

Kupegang bibirku dan masih terasa dengan jelas kehangatan bibirnya yang melekat. Nafasnya yang terasa begitu dekat denganku, aku tidak bisa melupakannya dan jantungku terus berdenyut dengan kencang.  Kenapa aku bisa sepanik ini, seharusnya aku membalas perasaannya. aku berusaha melawan perasaanku yang sedang meluap dengan pergi mandi malam. Kuhabiskan waktu agak lama dikamar mandi dan setiap kali aku menyentuh bibirku, aku selalu terbayang sentuhan bibir Rio. Inikah yang dikatakan cinta (?)

Aku masuk kekamar dan tersenyum sendiri, mama yang melihatku bahagia tidak bertanya apapun karena dia pasti sudah bisa menebak apa yang terjadi. Anaknya yang akan menginjak umur 20th sedang kasmaran. Hpku menyala, pesan dari Rio yang menginformasikan bahwa dia sudah sampai dirumah dan ucapan terimakasih telah menemani dia makan malam hari ini, aku membalas pesannya dengan cepat, masih sibuk dengan bayangan ciuman sesaatnya tadi.

Sebuah pesan lain dari Jean terlihat saat aku memeriksa pesan masuk. Dia bertanya apakah Rio ada menelepon balik, aku membalas pesan tersebut dan mulai bercerita apa yang terjadi, Jean juga merespon setiap pesanku dengan cepat. Tampak dia belum tidur, dan kami asik berbalas pesan.


Kupandangi bintang yang berkilau diantara gelapnya malam. Tangan Rio erat mengengamku. Kami berbaring disebuah lapangan bola yang sudah lama tidak digunakan, ini adalah tempat rahasia kesukaan Rio setiap kali dia ingin menyatukan diri dengan alam. Hatiku begitu bahagia melihat Rio berada disampingku dan secara diam – diam aku mulai berharap ada bintang yang jatuh sehingga aku dapat memohon kepada bintang tersebut untuk bisa membuat aku dan Rio terus bersama seperti saat ini. Aku memandangi wajah manisnya, dan dia juga melakukan hal yang sama padaku. Kudekatkan diriku padanya, dan dia memelukku, mengusir dinginnya malam dengan pelukan hangat dadanya.

Kami juga mendirikan sebuah tenda tidak jauh dari lapangan karena berencana menghabiskan malam berdua ditempat ini, aku membawa beberapa makanan fresh yang sudah ditusuk dan dibumbui sebagai makan malam. Ditemani indahnya bintang malam, ini merupakan malam terindah didalam hidupku.

Rio melepaskan dekatan hangat dadanya, dia bangkit duduk disampingku dan melihat kearahku dengan tatapan penuh cinta, perlahan dia mendekatkan wajahnya, hembusan nafasnya yang lembut dan hangat terasa jelas olehku. Aku tidak sanggup menahan diri, kupejamkan mataku dan sentuhan hangat bibir Rio melekat dibibirku. jantungku berpacu dengan nafasku. Kali ini aku tidak panik dan tidak menarik diriku, aku membalas ciumannya. Aliran darahku mengalir dengan cepat, kami sungguh menikmati kebersamaan kami malam ini, dibawah terangnya bintang malam, aku menyerahkan segala yang kumiliki padanya.

Dinginnya pagi mulai menusuk sekujur tubuhku. Mataku terasa berat untuk bangun, tanganku sibuk meraba sekitar untuk mencari Rio dan tidak dapat kutemukan. Kubuka mataku dan menyadari bahwa Rio sudah tidak berada disampingku pagi ini. aku menarik selimutku menutupi seluruh tubuh dan mulai berjalan mencari sosok Rio.

“Rio…” panggilku pelan.

Mataku berusaha keras mencari sosok Rio ditengah lapangan yang berembun, tidak dapat kutemukan sosoknya sama sekali, bahkan dia juga tidak menjawab panggilanku.

“Rio…” panggilku dengan lebih keras karena perasaanku sungguh tidak nyaman kali ini.

Aku memutuskan berjalan kembali ketenda dan mengenakan pakaianku. Hangatnya tubuh Rio masih bisa kurasakan dengan jelas.  Aku keluar dari tenda dan mulai mencari kembali Rio. Mungkin dia pergi membeli makanan, aku berusaha keras menghibur diriku yang mulai disinggahi rasa cemas.

Aku berjalan terus dan tidak bisa kutemukan jalan raya. Seolah hanya berputar ditengah lapangan secara terus menerus dan yang bisa kulihat hanyalah tenda kami. Aku mulai takut dan panik. Aku memanggil Rio berkali – kali dan tidak dapat kudengar sahutan apapun. semalam kami jelas berada dilapangan yang tidak jauh dari jalan raya, dan kemana arah menuju jalan raya tersebut ! jika ini adalah lelucon, ini adalah hal paling konyol dihidupku.

Aku terus berputar, berteriak dan tidak ada satupun sahutan. Tidak terasa air mataku mulai terjatuh. Apakah aku hanya sendirian ? kemana perginya Rio ? apa yang terjadi padanya ? Rio tidak mungkin meninggalkanku ! ditengah keputusasaan aku terduduk dan tangisanku meledak.

Sekelompok orang berpakaian hitam berjalan mendekat, aku membuka mataku untuk melihat siapakan mereka, dan sayangnya mereka mengunakan topeng aneh. Kuhapus airmataku dan bangkit mendekat kearah mereka, berusaha bertanya dan menghentikan langkah mereka, namun mereka hanya terus berjalan seolah aku tidak ada. Aku mengikuti mereka, berharap mereka bisa membawaku kejalan yang benar, dan aku akan melaporkan hilangnya Rio kepada polisi setelah keluar dari sini. Aku mengikuti mereka, kami terus berjalan dan memasuki sebuah gua. Antara percaya atau tidak, sejak kapan ada gua disini ! mungkin aku sedang bermimpi. Ada keraguan yang sungguh besar didalam diriku, namun aku tidak memiliki pilihan apapun. aku mengikuti mereka memasuki gua tersebut, berharap ini semua hanyalah mimpi.

Gua ini gelap dan hanya diterangi oleh beberapa api unggun yang dipasang didinding gua. Ada bau yang aneh dan tidak bisa kuungkapkan. Aku terus berjalan mengikuti mereka dan akmi sampai disebuah ruangan agak besar dipertengahan gua. Ada seseorang disana. Mataku berusaha melihat didalam kegelapan. Dan salah satu dari mereka berjalan mendekat pada sosok tersebut. menyalakan api disekitar sana dan mulutku terbuka tidak sanggup berteriak. RIO ! itu RIO ! dengan tangan terikat dan tidak sadar, aku melihat dia berada ditengah ruangan dalam gua ini.

Mereka mulai berjalan terpisah membuat lingkaran mengelilingi Rio. Aku berusaha menerobos masuk agar bisa menolong Rio tetapi tidak bisa karena mereka sama sekali tidak bergerak tidak peduli seberapa keras aku mendobrak mereka.

Dia yang berdiri disana mulai mengeluarkan kata – kata aneh. Dan seseorang lainnya membawakan pancung kepada dia.

“TIDAK !! TIDAK.. RIOO BANGUN.. RIOO..!” aku berteriak dengan keras dan Rio tidak bergerak sama sekali. Aku terus berteriak berharap Rio mendegarkan suaraku. Tangan itu mulai terangkat tinggi kelangit. Tangan mereka mulai terangkat tinggi mengikuti dia. Aku berusaha menolong Rio namun sia – sia. Hanya teriakan yang disertai tangisan histeris yang bisa kuberikan, berharap Rio bisa menyadarkan dirinya.

Rio, mulai membuka matanya sedikit, dan….

….

….

“TIDAKKKKK !!!!!!!!!!!!!”

Tangan itu, menebas membelah udara dengan kuatnya. Menebas dan memisahkan kepala Rio dari tubuhnya.

“TIDAKKKK !!!!!!!!!!!!!!” jeritku.

Kepala itu terguling melewati mereka. mengarah dan berhenti tepat didepan kakiku.

Kulihat kepala itu, sebuah senyum dibibir Rio.

“TIDAKKK !! TIDAKKKKKKKK !!”

(to be continue…)

Spread the love

Leave a Reply

Verified by MonsterInsights