Tanpa menunggu jawabanku, Rio berjalan kebelakang dan meletakkan gelas tersebut pada tempatnya, lalu berpamitan dengan mama dan mengandeng tanganku keluar rumah ini. Jantungku berdetak tidak teratur dan telapak tanganku basah oleh keringat. Ada perasaan bahagia dan juga binggung atas perubahan sikapnya yang mendadak, namun aku hanya ikut dia pergi, masuk kedalam mobilnya dan membiarkannya membawaku ketempat yang tidak pernah aku datangi.

Aku tiba disebuah tempat yang hanya diterangi sedikit lampu dan bintang – bintang terlihat jelas dari bawah sini, café dengan design atap terbuka, tempat ini terlihat begitu indah. Seorang pelayan dengan jasnya yang rapi menghampiri meja kami dan memberikan buku menu pada kami. Aku melihat beberapa menu yang mereka sajikan dan langsung menutup menunya. Menatap Rio dan berdeham, memberikan code padanya bahwa tempat ini bukanlah tempat makan sesuai dengan tarafku, meskipun aku menyukai pemadangannya, aku akan pulang karena harga makanan disini hampir 4x lipat dari café happy. Rio yang melihat kepanikanku hanya tersenyum dan berbisik padaku,

“Aku yang traktir, oke.” Kata Rio dan kembali melihat menu ditangannya.

Dia memesan beberapa makanan kesukaannya dan menutup buku menu sambil menunggu aku memesan sesuatu. Aku hanya memesan air hangat dan makanan dengan harga termurah yang ada dibuku tersebut, dan segera setelah pelayannya mengulangi pesanan kami dan beranjak, aku menendang kaki Rio memperlihatkan bahwa aku protes.

“Kamu lucu ya kalau panik.” Canda Rio.

Aku mengomel hingga hidangan kami sampai dan makan dengan cepat. Mungkin penampilanku termasuk yang paling jelek dicafe kelas elite begini, aku bahkan tidak sempat mencuci mukaku terlebih dahulu sebelum pergi bersama Rio, aku pikir kami hanya akan ketempat makan biasa saja, tidak menyangka dia akan membawaku ketempat bagus begini. Kami menghabiskan makanan kami dan duduk sebentar. Rio tidak melepaskan pandangannya dariku, begitu juga diriku.

Rasa kangen yang kusimpan sejak kejadian siang itu rasanya terbalaskan seketika hari ini saat dia duduk didepanku, makan malam bersama dan berada ditempat yang bisa dikatakan romantis, aku hanya mampu melihatnya tanpa mampu berkata apapun. Rasa egoisku untuk memulai percakapan duluan membuat kami hanya saling memandang satu sama lain.

Rio mengengam tanganku, menatap lurus kemataku dan bibirnya membentuk sebuah kalimat yang membuat seluruh keegoisanku luluh seketika.  

“Aku minta maaf ya, Mikasa.” Katanya dengan lembut, dan mencium lembut tanganku.

Perasaanku bercampur aduk seketika, aku bahkan tidak mampu berkata apapun saat mendengarkan perkataannya. Yang mampu kulakukan hanyalah diam terpana melihatnya. Dia melepaskan tanganku dan melepaskan kacamatanya. Menatapku dan memberikanku kesempatan untuk bertanya apa saja yang ingin aku ketahui, sungguh dia tidak ingin mengulangi perkelahian kami.

Aku berpikir sejenak dan mulai memberikan pertanyaan padanya. Rio menjawab semua pertanyaanku dengan memberikan penjelasan yang baik, dia juga menjelaskan bahwa dia terbiasa menyendiri setiap kali mendapatkan masalah. Hal ini dikarenakan dia tidak ingin orang – orang disekitarnya ikut mendapatkan dampak negative atas kekesalannya, dan tanpa dia sadari, justru sebenarnya sifat dia yang membuat aku kesal padanya, karena aku merasa dia tidak mempercayaiku. Dia berjanji akan memperbaiki sifatnya tersebut, dan aku menerima janjinya.

Aku melontarkan banyak pertanyaan pada Rio, dan dia selalu menjawabnya dengan tangkas, sampai pada pertanyaan tamu misterius dengan mobil mewah dicafe kami siang itu, Rio terdiam sebentar sebelum menjawab. Aku menatapnya dan menunggu dia menjawab.

“Dia temannya pemilik café.” Jawabnya singkat.

Aku tidak mempercayai jawaban dia kali ini. aku menatap Rio dengan serius, menunggu penjelasannya lebih lanjut.

“Kadang dia datang untuk duduk menikmati kopi dan mengobrol sebentar Mika. Kadang dia langsung pulang kalau aku tidak ada. Dia menawarkan aku bekerja ditempat dia. Aku merasa seperti menghianati owner jika pindah ketempat dia, dan mereka pasti akan berkelahi jika aku melakukannya. Makanya dia kadang datang untuk membujukku. Aku tidak tahu bagaimana hubungan mereka, namun yang jelas aku betah bekerja di happy.” Jelasnya. Aku berusaha mencerna jawabannya dan semuanya tampak sudah sangat jelas bagiku.

Rio akhirnya menutup sesi tanya jawabku dengan menghabiskan minumannya. Aku melihat jam yang sudah mengarah pada angka 11 malam, Rio masih harus mengantarkanku pulang. Dan penjelasannya hari ini sungguh sangat berarti bagiku, aku akan belajar mempercayainya.

(to be continue…)

Spread the love

Leave a Reply

Verified by MonsterInsights