Sudah setahu lebih rasanya kita semua berperang dengan yang namanya Covid. Belum berakhir 1 fase, muncul variant lain and terus berkembang pesat.
Dari yang awalnya biasa saja, hingga saat ini negara Indonesia menjadi negara ke-2 terbesar dengan pasien covid.
What is wrong with us ?
Dulu pada awal covid, kita semua sudah disarankan buat menjalankan protocol kesehatan. 3M, Menjaga jarak, Memakai masker and Mencuci tangan. Kemanapun kita, harus memakai masker and mencuci tangan sebelum memasuki suatu wilayah, terutama cafe and tempat umum.
Beberapa bulan berlalu sejak awal kedatangan Covid ke Indonesia, pemerintah mengeluarkan kebijakan PSBB. Kita gak bisa duduk dicafe buat makan and everything must take away. Jalanan sepi karena ditutup which make udara berasa segar, kita semua membeli persediaan makanan and bahan lainnya karena takut kehabisan and mati kelaparan didalam rumah.
Pada awal PSBB and covid, masker menjadi barang langka. Diikuti oleh hand sanitizer, hand soap and product yang dipercaya bisa membantu kita mencegah covid. Then, there is a devil arise. Harga bahan – bahan tersebut dijual diluar nalar and akal sehat. Orang kaya membeli semua bahan untuk dijadikan stock, sementara yang miskin tidak mampu berbuat apapun. Again, masa itu akhirnya lewat (meski sampai hari ini ada beberapa bahan yang masih mahal).
In 2021, we are very happy. Setelah meneliti lumayan lama, akhirnya ada vaksin yang dipercaya dapat mengurangi gejala Covid. Berbagai jenis vaksin beredar dari negara – negara yang berbeda pula. Namanya virus 1 dunia, tentu semua orang berlomba meneliti dan mencari solusi agar masalah ini selesai.
In my country, when pemerintah telling us to get vaksin, we got protest.
Awal virus menyerang, kita meminta dicarikan vaksin. Vaksin akhirnya keluar.
Kita meminta diuji halal, and akhirnya halal.
Kita minta president test dulu, then he doing that.
We keep saying it was vitamin and fake. LOL
Yah namanya manusia, bakalan ada yang pro and non dong ya.
Sebagian orang menerima vaksin, and sebagian hingga saat ini masih menolak vaksin.
Padahal gratis. Kemakan oleh hoax, menolak vaksin then berakhir dirumah sakit yang sampai hari ini terus bertambah.
I just wonder what gonna happen ketika pemerintah mengatakan jika orang yang divaksin akan mendapatkan BLT, pasti bakalan banyak yang mau divaksin lengkap. Percaya atau enggak, ketika BLT diberikan, there is never a complain. They enjoy the money and didn’t say a lot about that. Hmm..
Masa vaksin mulai berakhir. Kini vaksin berasa susah bangat didapatkan and pasien covid terus bertambah.
Pemerintah akhirnya mengeluarkan kebijakan PPKM, yang menurutku ini makin parah dibandingkan dengan tahun sebelumnya (PSBB). What is wrong with that ??
Aku memang mendukung pemerintah dalam memutuskan rantai covid. But, mengeluarkan kebijakan ditengah perekonomian yang mulai bangkit ? The economy shut down again. PPKM membatasi cafe beraktivitas diatas jam 8 malam.
Membatasi jalanan dan membuat macet beberapa tempat. Coba bayangkan ketika jalanan ditutup, semua orang yang masih bekerja and butuh akses bakalan menganti rute. Secara gak langsung, kemacetan gak bakalan bisa dihindari bukan ?
Covid terjadi karena orang banyak bertumpuk, then with PPKM ?
You can see polisi berkumpul untuk membatasi jalan, sementara warga diminta dirumah saja. What happen if we need to work to feed our family ?
Is that fair for us in working class ?
Is that fair buat kita yang jualan makanan ?
I don’t blame the rule but it’s not logic anymore.
Ketika jalanan dibatasi dan membuat tumpukan disuatu tempat dengan alasan agar orang malas keluar, apakah aturan tersebut memikirkan warga yang berada dikelas pekerja ?
Polisi boleh beramai – ramai melakukan razia and berkumpul menutup jalan, apakah mereka kebal terhadap covid because their uniform ?
Pedang kecil kehilangan penghasilan, karyawan terkena dampak PHK, pejabat semakin kaya dan PNS tetap bisa makan tanpa keluar rumah. How I am suppose to keep their rule if I am about to die slowly ?
Rasanya masa sebelum ada vaksin itu lebih OK dibandingkan masa after vaksin.
Memang sih mau mencegah covid, but for the other ?
Why didn’t keep it normal but ask people to keep 3M ?
Membatasi pergerakan orang dengan PPKM and make other people die slowly.
Kenapa gak yang bandel and non vaksin itu dipunish ketika kena covid ? Suruh biaya sendiri aja karena mereka yang bandel and gak mau ikutin ajuran negara ?
Why we all must get the same punishment ?
PPKM itu berasa seperti hukuman karena warga diberi kebebasan then lupa diri and bikin covid up bangat. Sementara warga sendiri berada seperti dipenjara, TKA malah boleh masuk dengan catatan sudah vaksin and ikutin prosedur ?
What is wrong with us all ?
Apakah dengan dijalankan PPKM membuat jumlah covid semakin menurun ?
I don’t think soo.
People still get out because they need to feed their family.
People still fighting because they didn’t get any help,
Orang tetap berkumpul dijalanan karena jalanan ditutup tanpa arah yang jelas and berubah sesuai keinginan hati petinggi.
Bukannya covid itu harus menjaga jarak ?
If you ask me what different PPKM make, I think I know it well.
First, ekonomi yang mulai bangkit kembali anjlok,
Second, para pekerja yang mulai bekerja normal kembali harus dirumahkan,
Third, orang lebih banyak berkumpul dijalanan karena semua jalan ditutup tanpa arah and waktu yang konsisten,
Four, pedagang kehilangan penghasilan dan berakhir pada kelaparan and PHK massal,
Five, pejabat meminta fasilitas istimewa and gaji mereka tetap sama.
If things still like that. No wonder kenapa orang malas memilih dihari pemilihan. Rasanya gak ada perubahan sama sekali and semua janji yah cuma janji. Aturan dibuat seperti piramid terbalik, tajam kebawah, tumpul keatas.
I really didn’t wonder why people make a group call resistant because the rule is killing poor people slowly.
I just hope this PPKM will end soon.
Masyarakat gak bisa diatur itu karena mereka butuh uang untuk menghidupi keluarga. Minimal, bikin aturan yang keras buat mereka yang melanggar. Kalau mereka gak mau 3M, kasih sanksi, jangan semua orang dikasih sanksi yang sama padahal gak semua orang ngeyel.
It’s just not fair anymore.