Aku masuk kekantor tidak jauh dari dapur dan mulai memeriksa pekerjaan yang kutinggalkan seperti biasa. Kulihat hpku dan kubuka pesan Rio, salah satu pesannya adalah menawarkan dirinya mengantarkanku keacara dansa sabtu besok. Aku tidak membalas pesannya.
Seharian berada dicafe ini aku lewati tanpa kehadiran Rio ataupun makan siang bersama. Aku pulang lebih awal lagi hari ini karena aku sudah masuk dari subuh. Kembali teringat akan sampah tadi pagi. Aku bertanya kepada salah satu karyawan sore. Anehnya mereka hanya berkata bahwa sampah mereka hanya ada 1 kantong. Dan apa isi 1 kantong lagi kalau bukan dari mereka.
Aku lupa untuk mencek sampah tersebut karena larut dalam pekerjaan yang ada. Saat akan kembali kerumah, aku memutar kebak sampah pagi tadi dan sudah tidak ada sampah apapun disana. Tarikan nafas panjang keluar dari mulutku karena kesal, dan aku pulang kerumah dengan perasaan kesal seperti kemarin.
Sebuah mobil mewah hitam terparkir didepan rumahku lagi hari ini. Mobil ini terlihat begitu familiar bagiku tapi aku tidak berani berasumsi apapun karena takut pemilik mobil ini adalah orang yang berbeda. Tanpa basa basi aku langsung menghentikan motorku didepan mobil tersebut dan mengintip melalui pintu depan. Seorang pria dengan jas hitam panjang dan sebuah tongkat ditangannya sedang berbicara dengan mama didalam rumah.
Aku menunggu didepan dan tidak masuk karena akan terkesan sangat tidak sopan, apalagi jika dia adalah salah satu langganan mama ataukah dia adalah kakakku. Badannya yang tinggi membuatku kesulitan memandang wajahnya. Mama kaget melihat aku yang berada didepan pintu dan langsung menyelesaikan transaksi mereka dengan memberikan sebuah plastic hitam padanya. Kutebak itu adalah baju.
Mama berjalan kearahku dan menyuruhku memarkirkan motorku kebelakang dengan alasan mobil dia tidak bisa lewat. Aku berusaha melihat pria tersebut namun dia tidak memalingkan mukanya. Aku memberikan sedikit perlawanan kepada mama dan berjalan mendekatinya, dan mama dengan marahnya langsung membentakku untuk memindahkan motorku sekarang juga.
Akhirnya aku menuruti mama dan berputar dengan cepat dan pria itu kembali berlalu sesaat ketika aku mulai memutar motor ini. Satu hal pasti bahwa aku tidak salah adalah parfum khas pria ini tercium sangat familiar, sama persis dengan pria yang datang ke café happy kemarin. Tidak salah lagi. Dia pasti adalah seseorang yang mengenal kami.
Aku tidak berbicara sepatah katapun dengan mama sejak kejadian sore itu, dan aku akan mencari tahu sendiri siapa pria tersebut. Apakah benar dia hanyalah orang kaya biasa, atau dia adalah kakakku yang sudah hilang selama ini.
Mobil itu melaju dengan kencang meninggalkan rumah kecil itu, dia sangat marah karena melihat wanita itu dengan mudahnya membentak Mikasa. Tongkat itu tadinya ingin dia gunakan untuk menghantam wanita itu namun dia urungkan karena akan membatalkan semua rencananya. Tidak seharusnya Mika kembali kerumah begitu cepat, dan apa yang terjadi pada anak buahnya itu. Apakah dengan sengaja memberikan izin pada Mika untuk pulang lebih cepat sehingga Mika dapat bertemu dirinya langsung. Ataukah terjadi sesuatu diluar rencana dia. Dia mengenggam tongkat itu dengan eratnya dan urat – urat ditangannya timbul dengan jelas.
Tidak dibutuhkan waktu yang lama untuk sampai kesebuah bangunan megah, tempat pesta dansa akan diadakan besok malam. Dia turun dari mobil itu dan berjalan masuk kedalam. Bertemu dengan salah satu pemilik bangunan itu dan membicarakan banyak hal. Sebuah plastik kecil yang tadi dia terima dari wanita itu dia berikan kepada pemilik gedung tersebut. Lalu dia kembali masuk kedalam mobilnya dengan mengukir sebuah senyuman kecil dibibirnya. Mobil itu kembali melaju melewati jalanan yang biasa dilalui MIkasa setiap hari. Dia memutuskan untuk bertemu dengan Rio secara langsung.
(to be continue….)