Suara langkah kaki terdengar berjalan mendekat kearahku. Kubuka mataku dan mama berada didepanku dengan sebuah dress hitam ditangannya. Kututupi mukaku dengan selimut, menandakan aku tidak ingin diganggu oleh siapapun. Mama selalu menjadi orang yang paling pengertian padaku, dia meletakkan dress tersebut tidak jauh dari tempat rebahanku dan berjalan pergi. Pikiranku mulai tertuju pada dress tersebut.
Aku mengintip dari balik selimut seperti anak kecil, memastikan bahwa mama sudah tidak ada lalu menyambar dress itu diam – diam. Kulihat dress tersebut dan sadar bahwa ada bagian yang berbeda. Mama sudah memperbaikinya sesuai dengan ukuranku. Kucium dress ini yang memiliki aroma aneh, seperti wangi parfum yang kucium saat akan pulang tadi, namun rasanya ada yang sedikit berbeda. mungkin hanya perasaanku saja, kuletakkan dress itu dan pergi mandi.
Aku mandi lebih cepat dari biasanya, dengan bermodalkan sehelai handuk dibadanku, aku masuk kamar dan mengambil dress tersebut. Aku mengenakan dress tersebut dan begitu terkesima akan penampilanku didepan kaca. Terpaku untuk waktu yang agak lama, akhirnya aku melepaskan dress tersebut dan mengantungkan dress tersebut dengan baik disalah satu gantungan kosong dalam lemari. Aku menyalakan hpku dan membalas pesan undangan pesta dansa tersebut. Aku akan datang.
Aku tidak perlu mengajak siapapun. Kubalas pesan tersebut dengan kata sederhana ‘hadir’ dan kembali mematikan hpku. Aku sempat melihat ada beberapa pesan dari Rio disana dan sengaja kuabaikan dengan tujuan agar dia bisa mengerti bagaimana rasanya terabaikan. Kuhabiskan sisa hari ini dengan memasak makan malam, membersihkan rumah dan tidur. Aku tidak bercerita apapun kepada mama soal pekerjaan atau apapun yang berhubungan dengan dress yang dia berikan.
“TIDAK !! JANGAN PERGI !!” aku berteriak sekeras yang aku bisa dan tanganku berusaha mengapai dia.
Dia berusaha melakukan perlawanan namun tidak berdaya, membuat dia dibawa pergi oleh segerombolan orang berpakaian hitam. Aku mulai menagis dan tidak bisa mengejarnya karena ada seseorang yang memegangi tanganku dengan erat disampingku. Aku tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas, tapi bisa kurasakan dia adalah seorang wanita.
Dia semakin menjauh dan tangisku mulai terdengar. Aku meronta sekuat tenaga dan berusaha melepaskan diriku dari cengkraman tangan disampingku. Aku terlalu kecil untuk melawannya. Aku menagis sekuat tenaga memohon agar dia tetap tinggal, dan semuanya sia – sia. Aku melihat dia dibawa pergi, meninggalkanku sendirian didinginnya malam ini. Aku melihat dia pergi dan menghilang dalam kegelapan untuk selamanya. Dan perasaanku mulai berkata bahwa dia tidak akan kembali.
“Dia tidak akan kembali.” Suara kasar itu berbisik ditelingaku.
Aku tidak melihat siapapun didekatku. Suara itu terus terulang ditelingaku dan semakin lama semakin besar. Kututup telingaku sekuat mungkin namun suara itu terus terdengar dengan jelas.
“TIDAK…. TIDAK…” aku berusaha melawan suara bisikan tersebut.
Kali ini suara tersebut diiringi oleh suara tawa yang nyaring.
“TIDAK… TIDAK… !!” aku berteriak sekuat tenagaku.
(to be continue…)