Makan siang hari ini begitu hening dan aku merasa tidak nyaman karenanya. Kuhabiskan makananku dengan cepat, biasanya kami selalu makan sambil bercanda dan sesekali suap – suapan. Namun hari ini tidak sama sekali, aku bahkan tidak berniat bertanya akan undangan tersebut padanya. Ketika aku bersiap kembali ke café, akhirnya dia mulai bertanya padaku.
“Ada rencana kemana sabtu besok ?” dia kembali bertanya padaku.
Sabtu tu adalah hari dimana undangan itu digelar. Aku menelan ludahku dan berada dipilihan antara bertanya ataukah mengabaikan pesan tersebut, hati kecilku berkata untuk menghadirinya.
“Ada undangan pesta.” Jawabku pelan dan sedikit ragu.
Dia tidak berkomentar, hanya mendengarkan. Mungkin memang bukan hari yang cocok untuk membahas apapun dengannya. Batinku. Aku bangkit dan berjalan pergi. Dia memegang tanganku.
“Kamu pergi kesana ya. Pasti seru.” Suaranya pelan dan berusaha untuk tersenyum.
Aku menatapnya dan melepaskan pegangannya. Berjalan pergi dan meninggalkannya sendiri. Ada perasaan yang tidak nyaman berada didekatnya hari ini.
Aku sampai dicafé happy lebih cepat karena membawa motor dengan kecepatan penuh. Rasa kesal ini tidak kunjung hilang. Aku menghabiskan dua jam dicafe untuk menunggu Rio dan dia tidak menampakan dirinya sama sekali. Tidak ada satupun karyawan yang meneleponnya karena biasanya mereka selalu memintaku menghubungi Rio. Dan karena suasana hatiku yang sangat buruk hari ini, mereka memutuskan tidak bertanya apapun soal Rio padaku.
Kulihat jam yang berada tidak jauh dari salah satu sudut ruangan, sudah hampir jam 5 sore. Kuputuskan untuk tidak menunggunya meskipun ada perasaan cemas dalam hati, aku tetap memutuskan untuk tidak menghubunginya. Kuambil ranselku dan menganti beberapa menu malam hari setelah mengintip sisa bahan yang ada didapur. Shift malam biasanya lebih sepi karena hampir rata – rata tamunya hanya suka minum kopi dan nongkrong hingga café tutup. Selesai membagikan tugas, aku memutuskan pulang lebih awal hari ini.
Kuturuni tangga dengan tidak bersemangat dan pikiran yang melayang tidak menentu. Seseorang melewati aku sambil berdeham kecil, wangi parfumnya begitu memikat. Aku memutar badanku untuk melihat dia namun dia sudah menghilang dengan cepat dibelokan tangga ini. Ada perasaan aneh dan gelisah sesaat, mungkin aku kelelahan. Aku tidak naik keatas untuk melihat tamu tersebut dan langsung bergegas menuju parkiran.
Ada sebuah mobil mewah hitam berada disamping café ini, terparkir rapi dan seorang supir pribadi sedang berada didalamnya menunggu tuannya. Aroma parfum yang tidak biasa tersebut sudah jelas mengambarkan tuannya berada dicafe ini. Kakiku ingin melangkah kembali kecafe untuk memastikan siapa dia namun segera kuurungkan ketika melihat mobil Rio mendekati café ini.
Tanpa menyapanya ataupun menunggu Rio turun dari mobil, aku langsung menyalakan motorku dan pergi dengan cepat.
Aku mendobrak masuk kedalam rumah dan langsung menuju kamarku tanpa menyapa reno ataupun mama seperti biasa. Kutengelamkan badanku dalam himpitan bantal dan guling dan memejamkan mataku. Yang ingin kulakukan saat ini hanyalah berada dikamar dan tidak digangu oleh siapapun. Kuraih hpku dan kumatikan tanpa membuka beberapa pesan yang masuk. Hening, begitulah suasana kamar saat ini. Jantungku berdetak kencang dan badanku mengeluarkan aura panas yang tidak biasa.
Amarah yang tidak bisa diungkapkan kepada siapapun. Sejak kapan aku mulai sering merasakan kemarahan ini. Aku bahkan tidak tahu mengapa aku menjadi pribadi yang mulai menyukai rahasia. Aku merahasiakan setiap ketidaksukaanku, dan hanya mengutarakan apa yang membuatku bahagia. Dan aku merasa tersiksa karenanya. Sungguh terkadang aku membenci diriku.
(to be continue…)