“Lisa…” sahut Nana.
Ruangan itu hanya tersisa Lisa dan Nana. Beberapa menit berlalu namun Lisa hanya terus tersenyum tanpa berkata apapun.
“Lisa.. Maafkan aku..” kata Nana pelan.
Nana mendekatkan kursi rodanya didepan Lisa namun dia tidak bergerak dari tempatnya. Dia tidak memberikan pelukan. Lisa hanya tersenyum.
“Aku ingin memelukmu.” Lanjut Nana.
Lisa mulai tertawa terbahak – bahak. Ketika dia membuka mulutnya, suaranya berubah menjadi suara yang begitu ditakuti oleh Nana. Suara Audrey.
“Hello, Dear..” suara itu, tatapan dingin itu. Semua terasa begitu familiar bagi Nana.
Nana berusaha memutar kursi rodanya namun tidak bisa. Sekujur tubuhnya gemetaran. Dia memandagi Lisa didepannya. Perlahan muka Lisa mencair dan berubah menjadi wajah kecil Audrey.
“Aud…. Rey…” suara Nana tersendak dan dia tidak mampu berteriak.
“Sebenarnya aku tidak ingin mengorbankanmu. Namun teman – temanku yang bodoh menemukanmu. Dan kamu, begitu ingin berjumpa denganku. Apakah kamu ingin menyusul ayahmu ?” kata Audrey sambil tersenyum.
“Si… Siapa kamu ! Apa tujuanmu !!!” suara Nana pelan dan penuh dengan ketakutan.
“Aku ? Lisa Covey !” wajah itu kembali berubah menjadi wajah Lisa.
“Apa maumu ! Apakah kamu yang membunuh Audrey !!” lanjut Nana.
Lisa berjalan memutari ruangan itu sambil tertawa. Lalu dia menangis dan tertawa lagi. Nana berusaha meraih apapun yang bisa dia raih disekitarnya. Nana akan membunuh Lisa dengan tangannya.
“Well, kamu benar. Sebagai bonus, aku akan memberitahumu rahasia kecilku.”
Lisa terus bercerita dan tertawa sendiri. Nana berhasil meraih pisau kecil yang berada disamping kasurnya. Pisau buah itu cukup kuat untuk membunuh Lisa jika dia mengerahkan seluruh tenaganya.
“Setelah kematian Audrey, Max terlalu bodoh untuk melihat kenyataan. Dia malah mengambil kitab iblisku dan berusaha membangkitkan Audrey. Well, aku sangat berterimakasih padamu, Nana. Berkat tulisan namamu. Max menemukan arti sesungguhnya dari pemujaan iblis. Dan Cowel, ohh poor Cowel. Dia terlalu baik untuk bisa membangkitkan Andrew. Membuang waktu saja.”
“Apakah kecelakaan itu adalah bagian dari rencanamu !”
Nana mengenggam erat pisau yang berada ditangannya. Dia menunggu saat Lisa berjalan kedekatnya.
“Oh, kecelakaan itu ? Itu adalah bagian dari pekerjaan iblis. Tentunya sesuai keinginanku. Ibuku adalah seorang penyihir. Dia mempelajari berbagi ilmu hitam sehingga sangat mudah bagiku untuk menciptakan drama itu. Ayahmu adalah orang yang baik, begitu juga dengan ibu Dave. Aku tidak pernah menyia – yiakan jantung mereka.”
“Iblisss !!!”
Nana mengangkat pisaunya dan menghantamkannya ketubuh Lisa ketika jarak mereka begitu dekat. Tangan itu terhenti sebelum mengenai Lisa. Nana begitu terkejut melihat Lisa. Dia bahkan tidak menyentuh Nana sama sekali namun tangan Nana terhenti begitu saja didepannya. Ketika senyum Lisa hilang, tangan Nana berputar arah dan menghantam mata kirinya. Nana tidak mampu mengendalikan tangannya.
Darah dari mata itu berceceran dilantai. Lisa kembali tersenyum dan berjalan memutari kursi roda Nana.
“Kamu begitu bodoh. Baiklah, terimakasih Nana. Aku akan memanfaatkan jantungmu dengan sangat baik.”
Nana lalu menarik kembali pisau dari matanya. Dengan penuh rintihan dan ketakutan, Nana tidak mampu mengeluarkan sepatah katapun. Tangannya kini terarah tepat dijantungnya. Pisau itu lalu ditancapkan kedadanya. Pisau itu memotong bagian tubuh Nana dan tangan itu terlepas dari pisau itu. Lisa mendekati Nana dan memasukan tangannya secara paksa pada bagian tubuh Nana yang terbuka. Lisa mengeluarkan jantung Nana dan tersenyum.
Dia meletakkan jantung yang masih berdenyut itu kemeja didekat kasur Nana. Seluruh ruangan itu dipenuhi oleh darah. Dia lalu mencium kening Nana dengan penuh cinta. Dia mendorong kursi roda itu kedekat kaca dan membiarkannya disana.
Sebelum Lisa sempat mendorong kursi roda itu kebawah, sesuatu yang keras menghantam kepala Lisa, membuat dia terjatuh. Mora muncul dari belakang Lisa dengan wajah yang dipenuhi kengerian. Tangannya memegang erat kapak kecil yang didapat dari samping apar kebakaran. Dia melihat semua hal yang dilakukan Lisa pada Nana. Dia mengangkat kembali kapak itu dan tangannya terhenti.
Airmatanya mengalir. Dia bukanlah monster seperti Lisa. Dia sudah membunuh Lisa, tidak perlu menghancurkannya hingga tidak berbentuk. Ketika hatinya luluh dan dia menurunkan kapaknya. Dia berbalik arah dan Lisa bangkit berdiri. Lisa menarik pisau yang berada didada Nana lalu menghantamkan pisau itu ketubuh Mora dari belakang. Kapak itu terjatuh dari tangannya. Lisa menarik pisau itu lalu menusuknya kembali. Berkali – kali sambil tertawa keras.
“Kamu kira sebuah pukulan itu bisa membunuhku ??? Bitch !!!” geram Lisa sambil terus menusuk tubuh Mora.
Terus menerus berkali – kali. Dia lalu menarik jantung Mora dan meninggalkan mereka berdua disana. Kedua tangannya memegang jantung yang masih berdenyut kecil dan pergi dari sana. Entah mantra apa yang dibacakan Lisa sebelum masuk kesana. Tidak ada seorangpun yang memperhatikan Lisa ketika dia berjalan keluar dari RSJ itu dengan baju yang dipenuhi darah dan jantung dikedua tangannya.
Dani, yang bersembunyi dipintu ketika kejadian itu terjadi hanya bisa menahan jeritan dan tangisannya. Seluruh tubuhnya bergetar hebat. Ketika Lisa pergi dari sana, Dani mengambil pisau kecil yang digunakan Lisa untuk membunuh mereka berdua dengan plastic dan menyimpannya. Dia akan memberikannya kepada polisi. Dia lalu mengikuti Lisa dari belakang. Dia akan mencari tahu apa tujuan Lisa sebenarnya.
(to be continue…)