Chapter Four : Dream

0

Aku selalu mengirimkan pesan kepada Rio setiap kali aku gagal diterima bekerja, dan Rio tanpa lelah selalu menyemangatiku hingga akhirnya

Spread the love

Udara sejuk menerpa diriku sepanjang perjalanan menuju cafe happy tempatku bekerja sekarang. Sudah satu minggu berlalu sejak hari pertama aku berhenti dari pekerjaan lamanku. Setelah melalui berbagai masalah yang ada dan melakukan berbagai pertimbangan, aku memutuskan untuk bekerja dicafe happy dan membeli sebuah motor second agar memudahkan diriku berpergian, dan aku juga bisa mengantarkan pesanan mama kelangganannya dihari off kerjaku serta membawa mama jalan – jalan mengelilingi kota saat kami memiliki waktu senggan berdua.

Setelah melakukan berbagai interview dibeberapa tempat, aku menyadari bahwa tidak selamanya orang baik padamu akan selalu baik hingga akhir. Aku memasukan beberapa lamaran keperusahaan yang tergolong besar, dan mereka menolakku karena mereka mendengar bahwa aku memiliki attitude kerja yang tidak baik dari perusahaan lamaku. Ada perasaan kesal didalam diriku karena mereka lebih mempercayai penilaian perusahaan lama daripada menilai langsung performaku saat bekerja nanti.

Penolakan dengan alasan seperti ini pastinya terasa menyakitkan bagi setiap orang, dan hal ini selalu kudengar disetiap sesi interview. Aku selalu mengirimkan pesan kepada Rio setiap kali aku gagal diterima bekerja, dan Rio tanpa lelah selalu menyemangatiku hingga akhirnya aku memutuskan untuk bekerja pada Rio, dia tidak menilaiku dari penampilanku ataupun dari riwayat bekerjaku sebelumnya.

Dia bahkan lebih menghargaiku dengan memberikanku gaji diatas rata – rata kota, dia juga memberikan kepercayaan kepadaku, dimana akhirnya membawaku kebeberapa permasalahan, yaitu rasa cemburu dan iri hati karyawan lainnya disini, dan aku berusaha melaluinya tanpa ada perkelahian yang akan melibatkan Rio didalamnya. aku bahkan tidak menduga bahwa Rio ternyata benar selalu membantuku kapanpun aku membutuhkan bantuannya.

Sebuah motor putih second yang kugunakan saat ini juga tidak lepas dari pertolongan Rio yang mencarikan motor ini untukku. Dia memiliki begitu banyak relasi terpercaya sehingga untuk mendapatkan motor dengan harga terjangkau bukanlah hal yang sulit baginya. Awalnya aku sempat ragu untuk membelinya meskipun harga yang ditawarkan sudah termasuk lebih rendah dari harga pasaran.

Hal ini dikarenakan aku tidak pernah mengunakan kendaraan bermotor sama sekali, dan aku juga takut untuk belajar mengunakannya. Namun, berkat Rio, dia berhasil menyakinkanku bahwa membawa kendaraan bermotor tidaklah seseram yang kubayangkan, dia bahkan rela memberikan waktunya bagiku demi mengajariku hingga aku berani seperti saat ini.

Aku dan Rio menjadi lebih dekat sejak aku mulai bekerja dicafenya. Café tersebut adalah milik salah satu kerabatnya, dan Rio diberikan kepercayaan untuk mengelola café tersebut, sehingga apapun yang terjadi dengan café tersebut, semua keputusan berada ditangan Rio. Dan sebagai salah satu orang yang sudah diberikan pekerjaan dan kepercayaan, aku memiliki tanggung jawab untuk memajukan café ini.

Kuparkirkan motorku tidak jauh dari pintu masuk café, hari – hariku terasa begitu bahagia sejak aku bekerja disini, dan jikapun ada orang yang berusaha merusak kebahagiaanku, aku memilih untuk mengabaikan mereka.

Ketika jam bekerja, aku dan Rio sepakat untuk berpura – pura layaknya atasan dan bawahan, kami tidak pernah menunjukan keakraban kami didepan karyawan lainnya, hal ini berat untuk dilakukan, namun aku harus bisa berpura – pura dingin seperti biasa pada Rio, demi menghindari prasangka buruk orang – orang yang berada disana padaku. Dan jam istirahat menjadi jam yang sangat aku sukai, karena aku selalu makan diluar café.

Aku dan Rio menentukan tempat makan siang kami, dan bertemu disana dengan waktu yang sedikit berbeda untuk menghindari kecurigaan, biasanya Rio akan pergi terlebih dahulu karena jam istirahatnya tidak terbatas, berbeda dengan diriku yang hanya terpaut sekitar 2 jam maksimal.

Kulihat papan piket hari ini dan mencek kebersihan café sebelum mulai beroperasional. Aku mendapatkan posisi yang sedikit lebih special dari karyawan lainnya, salah satunya adalah aku tidak perlu melayani tamu ataupun piket. Namun aku bertanggung jawab untuk memastikan keramaian café ini dan semua karyawan yang ada memberikan pelayanan terbaik. Tidak lupa aku datang ke dapur sekilas hanya untuk mencek apakah mereka menjaga kebersihan dengan baik. Hari – hariku terasa sangat menyenangkan disini.

Sebuah pesan masuk ke hpku, mungkin ini Rio yang ingin menginfokan tempat bertemu kami hari ini. Dengan sedikit senyum dibibir, aku berjalan ke wc dan mencek hpku. Kali ini bukan hanya ada pesan dari Rio saja, melainkan ada sebuah pesan lain yang berasal dari nomor yang sama dengan nomor pengirim undangan minggu lalu. Isi pesan ini bertanya apakah aku akan hadir ataupun tidak. Kututup pesan tersebut dan segera melihat kalender terdekat, sisa 2 hari dari tanggal undangan tersebut. Kenapa aku bisa melupakan acara itu, dan apakah aku sepenting itu dalam acara tersebut. aku kembali bekerja dan memutuskan untuk membahas hal ini dengan Rio.

(to be continue..)

Spread the love

Leave a Reply

Verified by MonsterInsights