Aku mulai pandai memanipulasi.
Semenjak SMP, penampilan fisikku mulai berubah. Mataku yang awalnya cacat kini mulai membesar, aku mulai pandai memanjangkan rambutku dan badanku juga sudah mulai memiliki benjolan kecil. Aku mulai mengikuti tren terbaru dilingkunganku. Saat aku tidak memiliki uang untuk memenuhi kebutuhanku, hal yang aku lakukan adalah memanipulasi keluargaku sendiri.
Mamaku kini adalah tulang punggung keluarga, setiap minggu dia selalu memintaku untuk mengambil uang hasil penjualannya diberbagai tempat, dan aku selalu memanfaatkan kesempatan tersebut untuk bisa mendapatkan uang lebih. Dan saat aku sungguh terdesak, aku akan bangun pagi saat papaku sedang mandi dan memanjat keatas lemari untuk mencuri uang yang berada didalam dompetnya tanpa rasa bersalah.
Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Itulah hal yang kurasakan semasa pertumbuhanku di jenjang SMP. Aku melihat bagaimana mama bisa mendapatkan uang dari dompet papaku, dan aku mengikutinya. Nilai yang aku ambil juga sama dengan curian mama. Dan jika ketahuan, mama selalu dipukuli saat itu.
Setiap kali pemandangan kekerasan tersebut ada didepan mataku, setiap saat aku merasakan kebencian didalam diriku semakin bertumbuh pesat. Aku membenci keluargaku. Rumah bagiku hanyalah tempatku untuk tidur, mandi dan makan. Aku menghabiskan waktuku disekolah, dan mulai berpetualangan sendiri. Aku pergi keberbagai mall berlandaskan keberanianku untuk mencoba berbagai angkutan umum dan tidak ada satupun keluargaku yang mengetahuinya, lebih tepatnya aku anggap mereka tidak peduli padaku.
Aku tidak menjadi Karen yang dulu lagi, Karen yang polos dan jujur serta bodoh kini sudah mati. Aku membunuh diriku yang lama dan mulai berubah. Aku bahkan tidak tahu lagi bagian mana dari setiap perkataanku yang bisa kupercaya. Dan aku tumbuh menjadi anak yang membanggakan dikalangan guru. Aku rajin dan pandai dikelasku. Meskipun tidak menjadi bagian osis sekolah, aku adalah anak yang bisa diandalkan oleh teman – temanku saat ada tugas ataupun ujian.
Salah satu hal yang aku sadari semasa SMP adalah aku bahkan merasa malu ketika aku harus pulang bersama papaku. Aku lebih memilih berjalan kaki hingga kerumah ataupun naik angkutan umum daripada harus dijemput olehnya. Aku tidak tahu darimana perasaan tersebut datang, namun aku merasakannya dengan jelas. Aku bahkan tidak pernah mengakui bahwa kerupuk yang dijual dikantin sekolah adalah kerupuk buatan mamaku. Aku terus berbohong sehingga tidak ada satupun teman yang mengetahui kenyataan yang ada. Saat itu, bagiku teman bukanlah hal yang penting. Aku menciptakan duniaku sendiri dan aku mulai suka berimajinasi sendiri dengan topic ‘seandainya’.
Kekerasanku akhirnya runtuh saat aku mengenal Anna. Bicaranya yang lembut dan kesabarannya yang sungguh luar biasa dalam menghadapiku serta bagaimana dia bisa menerima diriku membuatku mulai merasa begitu nyaman memilikinya sebagai teman. Kami berada dikelas yang sama dan mulai menghabiskan waktu bersama disekolah, bahkan diluar jam sekolah.
Anna juga menjadi temanku setiap kali ada tugas kelompok. Dia tidak membiarkanku mengerjakannya sendiri dan aku selalu mengikuti apapun perkataannya. Perlahan mulai kusadari duniaku akan lebih indah saat aku mulai memiliki teman kembali.
(to be continue)