Tidak terasa warna rokku sudah berubah menjadi biru tua. Jika saat SD dulu aku selalu mendapatkan buku pelajaran bekas Willy. Masa SMP membuatku mulai berani melawan keras papaku untuk membelikanku buku pelajaran baru. Jika untuk mendapatkan sepatu baru, aku harus merusak sepatu lamaku saat SD. Aku sekarang mulai berani memanjangkan tanganku untuk meminta uang guna membeli sepatu. Jika dulunya aku hanya menemani mama bermain judi, masa SMP membuatku sudah berani bertaruh sedikit – sedikit.
Aku mulai diterima dilingkungan sekitarku seiring dengan berjalannya waktu. Jika dulu aku begitu takut diberikan tugas kelompok, masa SMP adalah masa dimana aku begitu mencintai tugas kelompok. Aku mulai belajar kewarnet dengan alasan mengerjakan tugas sekolah. Dan alasan lain aku mulai mencintai tugas kelompok adalah aku bisa mendapatkan lumayan banyak uang tambahan dari anak – anak yang malas.
Aku mengerjakan semua tugas tersebut dan mereka cukup menikmati hasilnya. Tentunya dengan bayaran yang sepadan. Aku tidak pernah mencuri lagi disekolah semasa SMP, namun aku mulai belajar bagaimana memanipulasi orang lain dan mencoba mencuri buku ditoko buku terbesar saat itu.
Aku tidak pernah benar – benar dimarahi ataupun dipukuli oleh kedua orangtuaku karena mereka sendiri asik berkelahi. Bagi mereka, aku cukup naik kelas setiap tahun dan mendapatkan nilai yang bagus. Mereka tidak pernah benar – benar peduli akan kebutuhan batinku saat itu sehingga apapun yang aku kerjakan, selalu benar dimataku sendiri sekalipun hati kecilku berkata itu salah. Aku belajar bertahan hidup dan memanipulasi berbagai hal disekitarku demi mencapai keinginanku.
Saat aku memasuki masa SMP, aku mulai menyadari bahwa papaku sudah memasuki usia pensiun sehingga hal yang dia lakukan hanyalah berada dirumah sepanjang hari. Dia tidak bekerja dan dia mengunakan sisa tabungannya untuk membayar sewa rumah dan uang sekolah aku dan Willy. Mamaku kini menjadi tulang punggung.
Mencari uang seorang diri untuk menghidupi dua orang anak dan seorang pria bukanlah hal yang mudah tentunya. Mamaku mulai semakin larut didalam perjudian dengan harapan bisa menang dan mengubah nasib kami. Pemikiran ini membuat mama mulai berutang kesana kemari. Ibarat kata mengali lubang untuk menutupi lubang lain. Mamaku mulai meminjam uang kepada renternir untuk bisa mencukupi kebutuhan kami sehari – hari.
Dengan bunga 40%, mama terperangkap dan terus terpuruk tanpa bantuan siapapun. Aku adalah anaknya yang selalu setia menemaninya. Aku tidak bisa berbuat banyak untuk membantu mama disaat itu. Aku hanya bisa melihat renternir itu memarahi mama dengan kasarnya dan melihat mama meminjam uang keberbagai tempat. Aku juga tidak pernah bercerita kepada papa karena aku tahu dia hanya akan memarahi dan memukuli mama tanpa solusi.
Seiring dengan berjalannya waktu aku mulai belajar bahwa hal terpenting didalam sebuah kehidupan kita bukanlah keluarga, melainkan uang. Aku sering membantu mama dalam mengarang kebohongan. Mama yang terjerat oleh utang mulai menelepon saudaranya untuk meminjam uang. Berbagai alasan mama utarakan pada mereka agar mendapatkan uang. Hanya ada 2 dari sekian banyak orang yang ditelepon mama. dan uang itu juga langsung habis begitu mama menerimanya.
Masa SMP memang masa yang sangat berjaya bagiku disekolah, namun jauh diluar sekolah, masa SMP merupakan masa terberat didalam kehidupanku. Seorang anak yang bahkan belum puber harus menerima kenyataan bahwa papanya kini adalah seorang pengganguran dan tukang pukul, sementara mamanya yang penuh kasih sayang kini terjerumus didalam dunia perjudian dan berutang dimana – mana, sementara kakaknya sibuk dengan dunia gamenya.
Aku mulai belajar bahwa berbohong juga berperan besar didalam kehidupan kita. Saat kita jujur, belum tentu ada orang yang akan membantu kita. Sementara dengan sebuah kebohongan manis dan sedikit airmata sebagai bumbu cerita, orang akan bersimpati kepada kita. Dan terkadang juga kita bisa dibohongi seperti yang dilakukan salah seorang teman mama yang berjanji akan meminjamkan uang pada mama, namun sampai hari yang dimaksud, saat kami berada didepan rumahnya, dia bahkan tidak pernah membukakan pintunya dan menghilang begitu saja.
Semakin hari, utang mama semakin besar karena sirklus yang dia lakukan tetaplah sama. Dan semenjak masa SMP, aku juga mulai rutin mendapatkan jajan lima ribu rupiah setiap hari. Aku tidak pernah merasa cukup namun aku tidak pernah benar – benar meminta kepada orangtuaku.
Aku tidak tahu apa yang sebenarnya kurasakan pada saat itu, yang ada dipikiranku hanyalah bagaimana aku bisa mendapatkan semua hal yang aku inginkan. Aku juga mulai membenci mamaku karena hal yang dia ajarkan padaku hanyalah berjudi, bermain togel, berbohong untuk mendapatkan uang. Dan setiap kali dia dimarahi oleh saudaranya, dia akan menangis dan berjanji tidak akan melakukannya lagi.
Mama juga sering mengatakan bahwa dia akan berubah begitu utangnya lunas semua, namun kenyataannya adalah setiap saat dia mendapatkan kesempatan untuk melunasi utangnya, beberapa hari kemudian dia akan pergi ketempat perjudian lagi dengan alasan bosan, dan kembali berutang saat dia kalah. Begitu seterusnya. Dimataku, mamaku tidak akan pernah berubah. Aku mulai membenci kehidupanku, terutama keluargaku sendiri.
(to be continue)