CHAPTER THIRTY SEVEN : PRISONER

0

Dani menikmati tea hangatnya tanpa banyak bicara. Dia berusaha menepis segala kecemasannya dan berharap bisa segera kembali kekota.

Spread the love

Mereka bangun begitu pagi. Dengan busana hitam dan mata yang terlihat seperti habis dipukuli, mereka bergegas kepemakaman Weisu. Tidak banyak orang disana, hanya beberapa warga desa yang ikut prihatin dan juga beberapa polisi. Pemakaman itu dipenuhi dengan tangis sedih Mora. Dani berusaha menenangkannya sementara Neo menyembunyikan kesedihannya dibalik payung hitam yang dipinjam dari salah satu warga.

Ketika Weisu sudah dikuburkan, Mora menghapus airmatanya dan mengucapkan salam perpisahan terakhir pada Weisu didepan batu nissannya. Dia melihat Lisa tersenyum kecut. Matanya tidak tertuju pada kuburan Weisu, melainkan kuburan lain. Berbeda beberapa baris jaraknya dari tempat mereka berdiri. Dia mencuri pandang kearah yang sama, kelihatan bukan seperti kuburan baru. Lisa tidak sedang meratapi kuburan Cowel, melainkan orang lain. Kuburan itu terlihat begitu kusam dan dari bentuknya, Mora tahu itu adalah kuburan yang sudah lama.

Setelah gilirannya selesai, Mora berdeham kecil, membuat Lisa segera mengahlikan pandangannya dengan cepat. Dia lalu memberikan penghormatan terakhir pada Weisu, disusul oleh Dani dan Neo. Ketika semua proses pemakaman selesai, mereka beranjak dari sana namun tidak dengan Mora. Beralasan ingin bersama Weisu lebih lama, dia tinggal sendiri disana.

Ketika teman – temannya sudah pergi agak jauh, dengan cepat Mora berlari ketempat dimana Lisa memberikan senyum kecut. Dia tiba didepan batu nissan yang sudah terlihat tua dan mulai retak. Terlihat tidak terurus sama sekali. Tumbuhan – tumbuhan liar menjalar mengelilingi sebagian liang itu. dia membersihkan nissan itu dan melihat nama Leila Covey tertera disana. Meninggal pada tahun 1980 lalu.

Lisa juga memiliki akhiran Covey. Mungkin itu salah satu keluarganya. Dia lalu segera berlalu dari sana dan menyusul teman – temannya kembali kepenginapan.

Sesampainya dipenginapan, Dani segera menganti bajunya dan berjalan keluar kamar. Dia duduk diruang tamu sambil menunggu segelas tea hangat disajikan oleh pemilik penginapan. Untuk pertama kalinya sejak ketibaannya didesa tersebut, dia merasakan kedamaian yang indah sambil melihat indahnya salju yang mulai turun.

“Pertama kali melihat salju, nak ?”

Nenek itu memberikannya segelas tea hijau dengan asap yang masih mengepul diatasnya lalu duduk disamping Dani. Penginapan sederhana itu memberikan pemandangan desa yang bagus. Bulir – bulir salju turun dengan indahnya dan Dani menikmati tea hangatnya tanpa banyak bicara. Dia berusaha menepis segala kecemasannya dan berharap bisa segera kembali kekota.

4 orang polisi lalu masuk kedalam penginapan itu. Dani terkejut dan segera memanggil teman – temannya. Polisi itu adalah polisi yang sama ketika mereka berada dirumah sakit. Mereka membawakan tas mereka kembali kepenginapan.

“Guys.. please come here now..” Dani bangkit dari tempat duduknya dan tersenyum panik. Polisi itu berdiri disana dan sang pemilik penginapan menawarkan tea hangat namun ditolak dengan cepat oleh seorang polisi yang agak gemuk.

Begitu Mora, Neo dan Lisa keluar. Salah satu polisi itu berjalan mendekat sambil memperlihatkan sebuah kantong plastik ditangannya. Berisi ½ jari yang sudah membusuk. Polisi tersebut menemukan jari tersebut ditas Neo. Tanpa banyak bicara, dengan kasar polisi itu memborgol tangan Neo. Mereka semua panik, termaksud pemilik penginapan.

“Kami akan membawanya untuk penyelidikan. Ini tas kalian. Tas Neo kami sita sebagai barang bukti beserta jari didalam tasnya.” polisi yang memborgol Neo menjelaskan secara singkat dan tajam.

“Tidak mungkin…” Perkataan Mora dipotong oleh Neo.

“Keep going, Mora. Selesaikan apa yang sudah kita dapatkan. Aku baik – baik saja. Keep going. You too Dani !” Tidak ada rasa takut dalam setiap perkataan Neo. Dia membiarkan polisi – polisi itu membawanya tanpa perlawanan sama sekali.

Setelah keempat polisi itu pergi bersama Neo, Mora berusaha tidak panik dan masuk kedalam kamarnya sambil membawa tas – tas itu. Lisa, Dani dan Mora lalu saling berpelukan. Suasana hening terpecahkan dari ide Dani.

“Kita akan kembali kekota sekarang dengan mobil Leo ! kita akan mencari pengacara dikota untuk Neo ! Aku harus mengeluarkannya dari sana.”

Lisa dan Mora tertegun sejenak. Dani mencari kunci mobil Leo dan menemukannya dengan cepat disalah satu saku tasnya..

“Apa yang kalian temukan Mora ?” Lisa akhirnya buka suara.

“Well, ada seseorang di RSJ yang ingin bertemu denganmu. Please, jangan tanyakan padaku kapan aku bertemu dengannya ! Aku rasa lebih baik kita pergi melihatnya sebelum kita kembali kekota. Mungkin dia adalah seseorang yang kamu kenal. Karena dia ingin meminta maaf padamu. Neo juga pasti menginginkan hal yang sama.” Mora menjelaskan segalanya pada Lisa tanpa menaruh rasa curiga apapun lagi. Harapannya untuk kembali menjalani hidup normal sudah sirna dengan ketiadaan Neo disekitarnya.

“Well, aku akan tetap kemobil dan menunggu kalian disana. Aku bisa gila jika tetap berada disini.” Dani mengangkat tas – tas itu lalu keluar dari penginapan.

“Kami akan menyusul. Tunggu kami disana.” jawab Lisa cepat. Ada secerca cahaya didalam matanya dan tidak ada yang tahu apa yang benar – benar berada didalam pikiran Lisa saat itu.

Sambil menghela nafas kesal, Dani memutuskan berjalan sendiri keparkiran mobil sementara Lisa dan Mora menuju ke RSJ.

(To be continue….)

Spread the love

Leave a Reply

Verified by MonsterInsights