Aku melihat foto ini dengan perasaan binggung, tangan mama mengambil foto itu dan mulai bercerita. Foto tersebut diambil oleh seorang teman mama yang sudah meninggal beberapa tahun lalu. Foto ini diambil ketika kami sedang berlibur kekampung halaman mama dan berada diperkarangan rumah nenek.
“Sudah lama aku tidak kesana, bahkan aku sudah lupa bagaimana perasaanku pertama kali kerumah nenek.” Jawabku lirih.
Mama yang melihatku terkenang akan rumah nenek dan berusaha mengingatnya akhirnya mendekatkan kursinya denganku dan mulai bercerita sedikit tentang rumah nenek.
Rumah nenek merupakan tempat terbaik untuk berlibur karena disekitaran rumahnya masih dikelilingi oleh lahan hijau dan pepohonan kelapa yang sejuk. Selain itu, disana juga masih merupakan daerah yang belum banyak diketahui orang sehingga membuat nuansa disana masih sangat asri.
“Aku ingin bertemu dengan nenek !” seruku antusias.
Mama terkejut dan berpikir sebentar sebelum meneruskan ceritanya.
“Nenek sudah lama tiada, dan foto ini diambil saat kita bersama – sama pulang untuk mengantarkan kepergiannya.” Kata mama pelan.
Seketika aku teringat mommet tersebut. Kupandangi kembali foto tersebut dan aku teringat masa dimana aku tidak bisa menahan air mataku saat mengantar kepergian nenek ketempat peristirahatan terakhirnya.
Meskipun aku baru akan memasuki usia 5th, aku mengerti rasa kehilangan disana. dan aku menjadi salah satu cucu yang menagis sangat kencang sehingga saudara – saudara disana berusaha menghiburku saat itu.
Dan aku teringat pada lelaki yang ada difoto tersebut. Dia adalah kakak kandungku. Dia memilih untuk pergi bersama papa kami dengan alasan kehidupan yang lebih baik. Kami juga memiliki selisih umur yang bisa dikatakan lumayan jauh, terpaut hingga 18 tahun. Ketika foto itu diambil, dia genap berusia 22 tahun. Mama dan papa sudah berpisah sejak aku masih kecil.
Hebatnya, kenyataan akan perpisahan mama dan papa tidak membuatku sedih saat itu. Aku sangat bersyukur akhirnya mama memutuskan untuk berpisah. Jika saat itu aku berada dipilihan memiliki sosok seorang papa namun mama tidak bahagia, lebih baik aku tidak mendapatkan sosok seorang papa. Melihat mama yang menagis diam – diam setiap malam menjadi kenangan yang tidak pernah bisa kulupakan, apalagi ketika melihat papa memukuli mama. Meskipun aku masih sangat kecil, aku mengerti akan kepedihan yang dirasakan mama ketika dia memelukku setiap malam dan menagis. Kebencian pada papaku tercipta dengan sendirinya.
Aku teringat saat itu mama harus memulai kehidupannya dari pertama lagi dan bersusah payah bangkit, tidak pernah sedikitpun dia mengeluh padaku dan aku bahagia bersamanya. Dan sejak perpisahan, aku tidak pernah lagi melihat mama menagis disetiap malamnya, dan tidak ada luka yang tersisa diwajahnya setiap pagi. Setiap perjuangan mama untuk bisa membesarkanku hingga saat ini adalah hal yang menjadi motivasiku untuk lebih kuat sebagai anak gadis kesayangannya.
Kupandangi mama disampingku dan mulai menyadari kesalahanku telah membentaknya.
Jika dulu dia memutuskan untuk meninggalkanku, mungkin aku tidak akan ada lagi saat ini.
“Ma, jadi tamu itu.” aku tidak sanggup berkata lebih jauh dan memeluk mamaku.
“Ya, dia adalah orang yang ingin mengambil kamu dari mama. Setelah meninggalkan kita, dia kini kemballi untuk membawamu bersamanya. Kakakmu.” Jawab mama pelan.
Mama tidak ingin seorangpun mengambil aku dari kehidupannya. Makanya dia memilih untuk diam daripada bercerita, sampai nomor tadi kuberitahu, ternyata nomor tersebut adalah kepunyaan kakakku yang telah meninggalkan kami sejak masih kecil, bahkan wajahnya tidak kukenali lagi sama sekali. Dan tamu tadi adalah dia, yang datang dan menginginkan diriku.
“Tidak akan Ma ! aku tidak akan ikut dengan dia !” Aku menyakinkan mama.
Aku sungguh membenci orang ini. Ada perasaan marah yang begitu besar dalam hatiku. Bukan karena cerita mama barusan, aku sendiri tidak mengerti kenapa aku memiliki rasa ini, namun perasaanku begitu meluap dan ingin rasanya kuungkapkan semua perasaanku kepada dia secara langsung. Termasuk agar dia tidak datang lagi kerumah dan pergi selamanya dari kehidupanku dan mama. Untuk apa dia datang kembali saat ini ? kemana dia ketika aku sangat membutuhkan dia ? kenapa dia meninggalkan kami hanya demi alasan kehidupan yang lebih baik ! Rasa sayangnya hanya sebatas materi !
Dengan perasaan marah kurebut foto yang ada ditangan mama, aku merobek foto tersebut dan membuangnya. Kuhapus nomornya dari hpku langssung.
“Apakah uang kemarin adalah uang yang diberikan olehnya pada mama ?” aku bertanya kembali pada mama.
Mama hanya diam saja. Dan jelas aku tidak akan merobek uang ini seperti foto dan nomor hp.
“Kenapa masih mama terima !” bentakku.
Suaraku meninggi tanpa kusadari. Aku sangat membenci orang ini. Dia berusaha membeli kami dengan uang ini !
“Jawab ma, buat apa dia kasih uang ini kekita !” kukeluarkan uang tersebut dari tasku.
“Jika mama tidak menjawab, aku akan mendatangi dia langsung ! apakah mama tidak sayang padaku dan menjual aku kepadanya ?” Perasaan marahku meluap.
Suaraku makin keras dan mulai terasa ada getaran disetiap kalimat yang terucap dari bibirku. Mata mama terbelalak, dia menatapku dan seketika aku menyadari bahwa aku sudah sangat keterlaluan. Mata mama memerah seketika saat mendengarkan setiap amarahku dan air mata itu terjatuh dari matanya. Aku hanya terdiam dan menyadari bahwa aku sudah sangat salah kali ini.
“Tidak ! darimana datang pemikiran kamu bahwa mama menjual kamu karena uang !” Mama mulai beerbicara dengan suara yang bergetar.
Aku tidak sanggup menjawab apapun karena tidak seharusnya aku berbicara seperti tadi.
“Dia datang secara tiba – tiba, dan memberikan uang tersebut karena ingin membantu kita ! dia tidak ingin kamu bersepeda setiap hari dan dia tidak ingin kamu bekerja disana ! bagaimana dia bisa mengetahui kehidupan kamu lebih baik daripada mama ! dan apa sebenarnya yang kamu kerjakan selama ini !” suara mama kini terdengar perih dan tinggi.
Aku tidak sanggup melihat air matanya yang mulai turun membasahi pipinya. Aku juga tidak sanggup memberikan penjelasan apapun saat ini.
“Dia tidak ingin kita kesusahan, dan dia berjanji jika mama mengambil uang ini. Dia tidak akan menampakkan dirinya padamu Mika ! mama hanya ingin melindungimu dan mama tidak ada pilihan selain menerima uang itu. Dan kita membutuhkannya saat ini !” Mama mulai menjelaskan padaku apa saja yang telah terjadi selama aku tidak ada.
“Ini aneh Ma ! tidak ada alasan membantu hanya karena alasan tidak ingin kita kesusahan ! kemana dia selama ini, kenapa baru sekarang dia datang, dan.. apa – apaan perkataan dia. Apakah dia memata – matai kehidupan kita !” Aku akhirnya menjawab karena semua yang dilakukan kakakku tidaklah masuk diakal.
“Bagaimanapun dia anak mama juga Mika ! Mama mengerti betul apa yang dia katakan dan dia selalu memenuhi semua janjinya !” Mama memotong jawabanku dengan cepat.
Perkataan mama menyadarkanku bahwa bagaimanapun masa lalu, aku tidak bisa menghilangkan kenyataan bahwa kami adalah keluarga. Kami juga memiliki darah yang sana, dan perbedaannya adalah bahwa aku tidak mengenalnya sama sekali. Dan aku juga tidak seharusnya langsung berpikir jelek tentang dirinya hanya karena apa yang pernah dia lakukan dimasa lalu.
“Mama benar, aku tidak mengenalnya jadi aku tidak akan pergi bersamanya, apapun alasannya ! dan tidak seharusnya dia memata – matai semua kehidupan kita !” jawabku menyudahi perkelahian kami.
Aku masih merasa berat atas perbuatannya yang satu ini. Memata – mataiku daripada mendatangi aku. Apa alasan dia melakukan hal begini !
“Sudah mama bilang sama dia. Dan dia hanya ingin memastikan bahwa kita baik – baik saja. Hanya itu.” suara mama memelan, pertanda setuju untuk menyudahi perselisihan diantara kami.
Disaat mama menjelaskan padaku semua hal yang dilakukan oleh kakakku, yang ada dipikiranku adalah mama berusaha membela dia. Pasti ada sesuatu yang disembunyikan mama, aku akan tetap mencaritahunya.
“Dan pekerjaan seperti apa yang sebenarnya kamu jalani ?” mama akhirnya bertanya padaku.
Seketika aku berpikir bagaimana aku akan memberikan jawaban padanya. Apakah aku harus tetap mempertahankan kebohonganku padanya, atau jujur dan mengaku bahwa aku sudah kehilangan pekerjaanku. Selama ini mama sangat senang ketika mengetahui bahwa aku bekerja dikantoran. Dan bagaimana reaksinya jika dia mengetahui bahwa selama ini aku hanyalah seorang buruh pabrik.
Ditambah kakakku yang secara misterius hadir kembali dalam kehidupan kami. Apakah mama sengaja bertanya padaku untuk melihat kejujuranku, apa saja yang sudah diketahui mama saat ini. aku tidak ingin mama berpikir selama ini aku hanyalah seorang pembohong, itu akan menambah beban pikirannya dan membuatnya jauh lebih kecewa padaku.
“Aku sudah tidak bekerja Ma ! aku berhenti hari ini karena aku sudah tidak tahan dengan perlakuan mereka yang melihat rendah seorang pembantu !” Aku akhirnya berkata jujur pada mama.
Ada perasaan lega ketika aku berhasil mengutarakannya pada mama, tidak akan ada lagi kebohongan antara aku dan mama. Kulihat mama yang tidak berkomentar apapun atas pernyataanku barusan.
“Apakah mama kecewa jika aku hanya menjadi seorang pembantu ?” kuberanikan diriku untuk bertanya padanya.
Mama hanya menatapku tanpa berkata dan aku tahu dia pasti kecewa padaku.
“Maafkan aku, Ma. Aku akan mencari kerja yang lebih baik lagi besok.” Kusambung ucapanku untuk mencairkan suasana diantara kami.
Aku bangkit dari kursi, kuraih ransel dan ponselku. Aku akan ke warnet terdekat untuk membuat beberapa surat lamaran dan besok aku akan mulai mencari pekerjaan.
“Mama senang kamu jujur, dan mama tidak pernah kecewa akan apapun yang kamu lakukan Mika.” Mama memberikanku jawaban dengan lembut.
Mama bangkit berdiri dan mengikutiku kebelakang.
“Semangat ya Mika.” Kata mama sambil terseyum sebelum aku mengeluarkan sepedaku.
“Jangan lupa membayar uang sewa rumah ya.” Kembali mama mengingatkanku perihal uang yang diberikan kakakku itu.
Aku tidak berargumen lagi dengan dia, jika aku berkeras menolak uang ini, tabunganku tidak mencukupi dan mama pasti tidak memiliki uang saat ini. Akan sangat malu jika kami mengundur lagi waktu pembayaran sewa karena selalu terjadi setiap tahunnya. Meskipun pemilik rumah ini termasuk orang yang sangat pengertian dan tidak banyak menuntut, aku berusaha semaksimal mungkin untuk tidak pernah telat membayar.
Ku anggukan kepalaku dan bergegas pergi. Hal pertama yang akan aku lakukan sore ini adalah membayar uang sewa rumah, lalu membuat surat lamaran dan bersiap memulai perjuangan mencari pekerjaan baru.
(to be continue…)