Chapter Three : Family [Part 08]

0

Jika tidak ada yang memberitahuku apa yang sebenarnya sedang terjadi, aku akan mencaritahunya sendiri !

Spread the love

Perjalanan kerumah terasa begitu membosankan karena aku tidak bisa mendengarkan musik seperti biasa, pikiranku sibuk membayangkan berbagai hal dan berusaha menerka pemilik nomor tersebut. Tidak jarang juga wajah Rio hadir dalam bayanganku dan membuatku tersenyum sendiri. Ada rasa nyaman setiap kali aku melihatnya, meski aku tidak banyak bicara, dari tatapan dan senyum hangatnya, aku bisa tahu ada koneksi yang kuat antara aku dan Rio, dan diam – diam aku mulai berharap bisa sering melihatnya.

Aku sampai dirumah lebih cepat, kali ini sengaja pulang melewati pintu depan karena aku melihat sebuah mobil hitam mewah terparkir didepan rumahku dan pintu rumah terbuka. Seorang tamu datang kerumah. Kuputar dengan cepat sepedaku dan masuk dari belakang, Reno tampak sangat senang dengan kepulanganku yang cepat dan mendadak ini, aku segera berlari kecil kedepan untuk melihat siapa tamu mama hari ini, dan sayangnya aku hanya bisa melihat bahunya yang menghilang dibalik mobil mewah.

Mama duduk diam dikursinya tanpa mengantar kepulangan tamu tersebut, tidak pernah mama begitu kepada tamunya, baik itu tamu baru atau siapapun yang berkunjung kerumah, mama selalu berjalan bersama mereka hingga mereka pergi dari rumah ini. Tidak seperti yang satu ini.

“Siapa itu Ma ?” aku langsung bertanya pada mama begitu aku melihat dia berlalu.

“Bukan siapa – siapa.” Jawab mama dingin.

 “Terus buat apa dia kesini ?” aku bertanya kembali pada Mama.

“Sudah mama bilang bukan siapa – siapa !” Mama membentakku.

Keheningan melanda antara aku dan Mama, hingga dia memutuskan untuk pergi dari ruang tamu. Pintu kamar terbanting dengan keras. Kuhela nafasku dan berusaha menjaga kekesalanku. Aku pergi mandi agar suasana hatiku menjadi lebih baik.

Aku akan mencaritahu siapa tamu tersebut dan apa yang sebenarnya terjadi dengan mamaku. Pasti ada hubungan diantara dia dan mama.

Saat aku melewati kamar tidur, kuintip apa yang sedang dilakukan mama didalam. Dia menutupi badannya dengan selimut. Pertanda dia tidak ingin diganggu. Kuputuskan untuk langsung bertanya soal nomor yang aku temukan saja. Itu lebih baik daripada aku memulai percakapan soal tamu yang aku lihat sekilas ataupun bertanya kembali soal uang yang dia berikan. Ada kemungkinan Mama meminjam uang padanya. Kuisi daya hpku terlebih dahulu dan pergi mandi.

Dengan handuk dibadanku dan rambut yang masih meneteskan air, aku menghampiri mama dengan ponsel ditangan.

“Ma, tau ini nomor siapa ?” kusodorkan ponselku didekatnya.

Hening.

Dia bahkan tidak membalikkan badannya untuk melihat.

“Ma.. ini nomor siapa ?” aku bertanya kembali padanya.

Perasaan kesal mulai menyelimutiku. Aku memutuskan untuk membacakan keras – keras nomor tersebut didekatnya, dan berharap dia memberikan tanggapan.

“0 .. 4 .. 3 .. 6 .. 7 ..” aku menyebutkan satu persatu nomor tersebut.

Kulirik mamaku yang masih tetap tidak memberikan tanggapan. Aku akan membacakan kembali nomor tersebut.

“0436756666 !” Kubacakan nomor tersebut dengan cepat dan keras.

Dia tetap tidak merespon sama sekali.

Kuhela kekesalanku dan beranjak dari tempat tidur.

“Aku akan menelepon nomor ini jika mama tidak memberitahu.” Aku mulai mengancam mama.

Tetap mama tidak memberikan tanggapan apapun.

“Aku menemukan nomor ini diselipan uang yang mama berikan.” Sekarang aku jelas sudah seperti anak kecil didepannya, mengharapkan perhatiannya.

Perkataan terakhir berhasil membuat mama beranjak dari posisi tidurnya dan menatapku, matanya membesar dan bisa kulihat dengan jelas ada sinar kekhawatiran didalam dirinya.

“Jangan ditelepon !” kata mama.

Kutekan angka itu dengan cepat dihpku dan menelepon dengan kekesalanku. Harusnya daritadi mama memberikan penjelasan atau menjawab pertanyaanku, bukan diam terus sampai aku kehabisan kesabaran. Jika tidak ada yang memberitahuku apa yang sebenarnya sedang terjadi, aku akan mencaritahunya sendiri.

Saat sambungan telepon baru akan masuk, mama berdiri dari tempatnya dan meraih hpku dengan cepat dan mematikan telepon yang baru tersambung. Dia marah besar padaku. Aku bersiap merebut kembali hpku sebelum akhirnya hpku terhantam dengan kuatnya dilantai.

“MAMA !” aku berteriak keras.

Hpku kini sudah berakhir diatas lantai. Kulihat mamaku dengan expresi yang tidak kalah marahnya. Kali ini dia harus benar – benar memberikan penjelasan atas semua sikapnya.

“Sudah mama bilang jangan ditelepon !” bentak mama.

Bukan permintaan maaf yang terdengar pertama kali dari mulutnya.

“Sekarang mama harus jelaskan !” aku membesarkan suaraku.

Suaraku bergetar karena diterpa berbagai masalah sepanjang hari ini. Ditambah perlakuan mama yang berubah dengan drastic, aku ingin menagis kuat namun kutahan sebisaku. Kupunggut hpku dilantai dan berusaha menyalakannya. Bisa kulihat dia duduk dengan lemasnya dikasur dan mulai menyadari apa yang baru saja dia lakukan.

“Maafkan mama.” Katanya lirih.

Tentu ! asalkan dia memberikanku penjelasan yang bisa kuterima. Seruku dalam hati.

 Aku tidak menjawab permintaan maafnya dan sibuk untuk menyalakan kembali hpku yang mati. Nyala ! nyala ! Tidak dibutuhkan waktu lama akhirnya dia kembali menyala. Aku kembali mengisi daya hpku dan menarik kursi tidak jauh dari dapur, duduk tepat didepan mamaku dan bersiap mendengarkan penjelasannya. Mama yang melihatku duduk dengan gaya ala detektif paham bahwa yang aku butuhkan saat ini adalah penjelasan.

Dia berjalan pelan menuju dapur dan aku mengikutinya. Dia mengambil beberapa daun tea dan memanaskan air, meminum tea akan membuat pikiran dan emosi menjadi lebih stabil. Ini akan menjadi cerita yang panjang antara aku dan mama.

“Kamu janji ya tidak akan mencari tahu apapun itu setelah mama memberitahu apa yang sebenarnya terjadi ?” mama mulai berbicara normal dan emnyodorkan tea didepanku.

“Tergantung.” Jawabku spontan seperti biasa.

Mama tidak tertawa ataupun tersenyum dengan jawabanku kali ini, berarti dia serius. Akhirnya aku memberikan jari kelingkingku padanya, dan kami saling berjanji untuk jujur satu sama lainnya seperti yang sering kami lakukan, dan ini berarti aku tidak akan mencari tahu apapun lagi setelah aku mengetahui cerita yang sebenarnya.

Mama mulai memberikanku sebuah foto usang yang sudah mulai menguning. Foto ini sudah tidak begitu jelas namun aku bisa melihat ada 3 orang disana, dua diantaranya adalah aku dan mamaku, dan seorang lelaki yang tidak kukenali. Ini foto saat aku berusia sekitar 4 tahun, aku tidak ingat akan masa itu. Dimana kami berfoto dan siapa lelaki yang berada disebelahku.

(to be continue…)

Spread the love

Leave a Reply

Verified by MonsterInsights