(krek..)
Sebuah suara logam berputar. Aku tidak berani melihat kearah suara tersebut. Badanku dingin dan airmataku sudah lama mongering. Aku tetap pada posisiku. Mama mengirimkanku monster untuk memakanku. Aku pasti sudah membuat mama murka. Imajinasiku mulai membawaku memikirkan hal – hal menakutkan.
(krek… krek..)
Suara itu semakin terdengar. Ketakutanku semakin besar. Aku mulai berdoa didalam hati. Mama maafkan aku. Aku tidak akan melawanmu lagi. Aku terus mengulang doaku didalam hati sampai sebuah cahaya masuk dari depan dan pintu terbuka.
“Karen !” sahut mama.
Kubuka mataku dan kulihat mama sudah berada didepan dengan tentengan ditangannya. Doaku dijawab ! aku tidak akan membantah perkataan mama lagi ! janjiku dalam hati. Segera kuberlari kearah mama dan memeluknya. Mama terlihat sedikit kebinggungan.
“Kamu sudah lama bangun ?”
“Hum…” jawabku dengan nafas tertahan. Aku tidak melepaskan pelukanku.
“Yuk makan. Tadi kamu tidur jadi mama pergi beli makan dulu.” Jelas mama sambil berjalan dengan susah payah kebelakang. Aku mengikuti mama kebelakang dan tanganku tetap memegangi badannya. Tidak akan kulepaskan !
“Karen kenapa lho ?”
“Mama jangan marah sama Karen lagi ya.” Pintaku dengan manja.
Mama tersenyum padaku sambil membuka makanan yang dia beli. Miso kesukaanku.
“Mama tidak marah Karen. Mama cemas nanti kalau kamu salah naik angkot bagaimana. Kemana mama nyari kamu.” Katanya lembut.
“Karen tidak akan nyasar kok. Kan sudah belajar dari mama.” jawabku dengan bangga. Kulepaskan pelukanku dan segera mencari posisi dimeja makan untuk menikmati miso yang masih panas tersebut.
“Baiklah kalau begitu. Mama dukung kok.”
Kami kembali berdamai dan menikmati miso kami sore itu. Mama ternyata tidak marah padaku, apalagi sampai mengirimkan monster untuk memakanku. Aku tidak akan membuat mama cemas lagi kalau begitu. Tidak akan pernah !
“Ma, Willy kemana ?” tanyaku setelah kami selesai makan.
“Oh, kewarnet seperti biasa. hari ini kamu les sama bu Hati ?” mama bertanya sambil membersihkan piring kotor. Aku membantu mama mengangkat piring kecil bekas saos dan ikut membantunya didapur.
“Ma, Karen lessnya sampai naik kelas saja ya. Sudah bisa kok.”
“Yakin ?”
“Iya ma. Mending uangnya dikasih sama Karen. Biar dijadikan tabungan.” Kataku sambil bermain air diwastafel.
Mama berpikir sejenak namun tidak memberikanku jawaban.
Kusiapkan buku pelajaran yang kubutuhkan dan segera ikut mama pergi mengantar kerupuk terlebih dahulu. Kuberanikan diriku untuk bertanya dengan mama perihal rutinitasnya.
“Ma, nanti pergi ketempat kemarin lagi ?” tanyaku pada mama.
“Tidak Karen. Kemarin mama kalah. Nanti mama jemput ditempat bu Hati jam 7 malam ya. Sekalian jemput Willy.” Jawabnya.
Mama membawaku ketempat bu Hati dan dia meninggalkanku seperti biasa. Aku mengikuti les bersama bu Hati dengan perasaan penuh tanda tanya akan kegiatan mama. Apakah benar penyebab papa tidak pernah memberikan uang pada mama karena judi. Tapi, kenapa mama begitu takut kalau aku memberitahukan papa hal tersebut !
Lesku dengan bu Hati selesai lebih cepat hari ini. Aku memutuskan untuk duduk disalah satu warung yang berada didepan sana. Permen karet yang terpajang disana begitu mengodaku namun aku berusaha menahan selera. Aku duduk disana sembari menunggu mamaku. Ada perasaan ingin pulang sendiri namun aku takut mama akan marah padaku lagi seperti tadi. Kukeluarkan kertas kecil dari dalam tasku dan mulai menulis berbagai hal disana.
Tidak lama mama datang menjemputku. Aku sengaja membiarkan mama mendekatiku dan kuarahkan jariku kesalah satu toples permen disana.
“Ma, beliin yang itu.” mintaku untuk pertama kalinya.
“Ok.” Mama mengambilkan permen dari dalam toples tersebut dan memberikannya padaku lalu membayar kepada kakak yang berjaga disana. aku pulang dengan bahagia.
(to be continue…)