Aku sampai disekolah seperti biasa. Hari ini aku merasa begitu ngantuk. Kutemani mama yang bermain hingga larut malam. Dia pasti merasa lebih tenang saat membawaku bersamanya. Sementara Willy tetap didalam warnet saat kami tiba. Mama selalu menjemputnya diwarnet begitu dia selesai bermain judi. Mungkin Willy tidak tahu mama darimana karena pikirannya hanya tertuju pada game online. Kami pulang bertiga dan aku segera tidur saat mama masih sibuk menghitung uangnya.
Aku segera masuk kedalam kelas dan tidur sebentar sampai bel pelajaran berbunyi. Aku tidak akan menyapa Dave setelah apa yang dilakukan ayahnya padaku semalam. Jam istirahat kuhabiskan dengan pergi ketaman yang tidak jauh dari kelasku. Disana terdapat bunga yang memiliki sari didalamnya. Ketika perutku terasa lapar, aku selalu memetiknya dan mengemut sari bunga tersebut. Seketika aku menjadi kenyang.
Aku duduk agak lama disana. Kuperhatikan lapangan yang dipenuhi oleh siswa lainnya. Ada yang duduk dibawah pohon berduaan, ada yang bermain basket. Dari kejauhan bisa kulihat Willy sedang bermain bola bersama temannya. Kenapa kami tidak pernah akur sama sekali. Sebentar lagi dia akan memasuki SMP. Perlahan dia mulai dewasa dan dirumah dia sudah berhenti memukuliku. Semua yang ada dipikirannya adalah bermain game.
Hari ini kami pulang lebih cepat. Kuputuskan untuk mencoba hal baru, naik angkot dari sekolah kerumah. Aku menyelip ditengah keramaian anak – anak yang pulang dan lolos dari pengawasan security. Aku ingat saat pertama kali mama pernah mengajakku naik angkot. Kami berjalan kaki sekitar 4 menit hingga persimpangan jalan, lalu berhenti menunggu angkot yang lewat. Berbekal sebotol air ditangan yang kubawa dari rumah dan uang selembaran seribu rupiah, aku berjalan dengan semangatnya.
Aku berhenti disimpang tempat aku dan mama berhenti dulu. Aku berusaha mengingat jenis angkot yang kami gunakan saat itu. Berwarna biru muda. Panasnya terik matahari mulai membakar wajahku. Untungnya angkot biru itu muncul tidak lama setelah aku menunggu disana. Tanpa banyak bertanya dan dengan mental baja, aku segera naik kedalamnya dan duduk diantara orang dewasa yang ada disana.
Kernet angkot mulai memungut uang dari masing – masing penumpang yang berada didalam. Kuperhatikan mereka memberikan pecahan uang seribu. Aku ikut memberikan seribu ketika tangan kernet tersebut tepat didepanku. Dia memperhatikanku sebentar lalu memberikanku kembalian 500 rupiah.
“Kemana dek ?” tanya dia lembut.
“Lurus terus bang sampai lokomotif.” Jawabku santai.
“Oh, oke. Lurus terus.” Lanjut kernet tersebut sambil mengetuk pintu angkot, memberikan isyarat kepada supir untuk melanjutkan perjalanannya.
Penumpang lain melihatku dengan keheranan. Aku tidak banyak bicara didalam angkot dan menikmati perjalananku hingga angkot berhenti tepat dipersimpangan lokomotif. Aku segera turun sambil mengucapkan terimakasih. Rumahku berada diseberang jalan. Dengan berhati – hati dan melihat kiri – kanan berulang kali, aku menyebrangi jalan tersebut dan sampai didepan rumah dengan selamat. Ada perasaan bangga didalam diriku saat itu. Aku sudah bisa pulang sendiri !
“Ma …” panggilku sambil mengetuk pintu rumah.
Tidak dibutuhkan waktu lama tampak sosok mama dari dalam mengintip keluar dengan terkejut dan segera membukakan pintu. Dia melihat kejalan raya untuk memastikan siapa yang mengantarku, namun kosong !
“Karen, siapa yang antar pulang ?” mama bertanya dengan panik.
“Naik angkot ma.” Jawabku dengan senyum penuh kebanggaan.
“APA !! kamu tahu bahaya kalau naik angkot sendiri !” mama membentakku.
Senyumku hilang, kenapa mama tidak bangga padaku dan malah memarahiku ! Aku melepas sepatuku dan melemparkannya didepan mama. Kucampakan juga tasku dan segera berlari masuk kedalam kamar. Pintu kamar tersebut kubanting sekeras yang kubisa lalu kukunci dari dalam. Aku menutupi wajahku dengan batal dan mulai menangis. Kenapa semua hal yang aku lakukan salah dimata orang ! kenapa tidak ada satupun hal yang bisa membuat mama bangga padaku juga !! aku hanya berusaha untuk tidak merepotkan mama. Apakah kelahiranku adalah kesalahan bagi orang – orang sekitarku ! aku terus menangis hingga aku tertidur.
Bunyi perut membangunkanku sore itu. Kubuka pintu kamar dan keluar. Rumahku sunyi. Jam didinding sudah menunjukan jam 4 sore. Aku berjalan kedapur dan tidak kutemukan mama disana. Aku kembali keruang depan dan mama juga tidak ada disana. kemana mama ! mama meninggalkanku ! mama pasti marah dan meninggalkanku ! pikiran polosku membuatku merasakan ketakutan yang luar biasa sore itu.
Aku berusaha membuka pintu depan namun terkunci. Aku berlari kepintu belakang dan terkunci. Aku berteriak sekeras yang aku bisa didepan kaca memanggil nama mamaku namun tidak ada jawaban. Mama pergi ! mama pergi ! tangisku meledak seketika sore itu. Aku meringkuk dikursi depan dan merasakan ketakutan luar biasa didalam hidupku untuk pertama kalinya.
(to be continue….)