Chapter Three : Family [Part 04]

0

Akhirnya aku kembali kebelakang untuk mengambil kain dan kembali ke mejanya untuk meletakkan kopi beserta kain. Sesuai permintaannya !

Spread the love

Membuatkan kopi untuk Adel sudah menjadi kewajibanku setiap pagi. Aku berjalan melewatinya dipojokan dan pergi ke dapur mini kantor ini. Kulihat bubuk kopi yang sudah hampir habis, sudah berapa lama aku tidak mencek persediaan makanan dan minuman dilemari kantor ini, mungkin sudah saatnya aku berbelanja bulanan seperti biasa.

Hari – hari ku lewati dengan beban pikiran membayar uang sewa rumah beberapa waktu lalu, sehingga aku tidak sadar bahwa pekerjaanku yang sesungguhnya menjadi terbengkalai. Mengharapkan Adel ataupun Yuli untuk mengingatkanku adalah hal yang mustahil, apalagi berbelanja bahan bulanan mereka.

Mereka akan memarahiku jika dipagi berikutnya aku tidak membuatkan kopi karena alasan kopi atau gula habis dan Yuli baru akan marah jika dia tidak bisa menemukan snack apapun dikala dia lapar. So, menjaga stock bahan makanan dan minuman pribadi mereka juga menjadi tugasku juga disini.

Segera kucek persediaan makanan lainnya sebelum aku pergi membeli kopi Adel agar aku tidak berbelanja berulang kali nanti. Mataku tertuju pada sebuah bungkusan aneh diujung lemari penyimpanan ini. Karena rasa penasaran yang ada, kubuka bungkusan tersebut untuk memastikan isinya. Bungkusan tersebut berisi beberapa pack makanan ringan yang tidak pernah kulihat ditoko – toko umumnya. Aku berusaha menebak pemiliknya.

“Hey !” Suara Adel dari belakang membuatku kaget.

Kulihat dia sudah berkacak pinggang dibelakangku. Dari wajahnya aku tahu dia akan marah sebentar lagi.

“Itu bungkusan snack dari Evan. Kamu susun dilemari dan cek expirednya ya.” Jarinya menunjuk pada bungkusan snack yang sedang kupegang.

 “Oh, sudah kamu buka. Yah kamu ceklah kalau gitu sekalian kalau mau ambil saja, SATU !” katanya judes sambil berjalan kembali kedepan.

Satu dari sekian hal yang tidak kusuka dari Adel selain penyuruh, dia adalah manusia paling arogan disini. Meskipun kantor ini hanya terdiri dari kami bertiga, dia merupakan sosok yang sangat membuatku risih. Dari Evan toh ! batinku.

Cowoknya habis berlibur kesuatu tempat pastinya, kuputuskan untuk melihat expired barang tersebut yang ternyata masih lama dan menyusunnya dengan rapi kedalam lemari. Meskipun aku penasaran dengan rasanya, aku tidak tertarik untuk mengambilnya, SATU !

Selesai penataan, air yang tadi kupanaskan sudah menunjukan tanda dia siap disiramkan kedalam kopi, kuaduk kopi itu dan kutambahkan gula sesuai selera Adel, DUA sendok gula dan kuantarkan kopi kemejanya dengan asap yang masih mengepul. Selalu kubayangkan diirku menyirami Adel dengan air panas ini. Rasanya sangat puas. Aku akan melakukannyaa suatu hari nanti. Rencanaku dalam hati.

“Eh, jangan langsung diletakkan, kamu alasin dong pakai kain.” Adel protes dengan nada yang super judes saat melihatku membawakan kopinya.

Akhirnya aku kembali kebelakang untuk mengambil kain dan kembali ke mejanya untuk meletakkan kopi beserta kain. Sesuai permintaannya !

“Kurasa tidak usah dhe, buat jelek saja ada kainnya. Ya uda letakkan saja dipojok sana kopinya.” Jarinya yang kurus putih menunjuk pada pojok meja diujung lainnya yang tidak ada penghuni sama sekali.

Kuikuti permintaannya dan kugengam erat kain yang kupegang. Terbayang kembali dimana aku menutup mukanya dengan kain ini sampai dia berhenti bernafas. Pikiran itu melintas begitu saja.

Segera aku berjalan kembali kebelakang meletakkan kain yang kupegang, jantungnya berdenyut dengan cepatnya. Kutepuk kedua pipiku sambil melihat kecermin. Mika, kamu bisa mengatasi sifatnya koq. Aku berusaha menenangkan hatiku dan pergi menjumpai Yuli.

“Bu, stock bahan sudah hampir habis, terutama kopi. Mau saya belikan atau bagaimana ?“ tanyaku serasa berbisik didekat Yuli.

Dia melihat sekilas kearah Adel dan akhirnya menghela nafasnya, mengambil selembar uang dari dompetnya dan memberikannya padaku.

“Kamu beli kopi biasa Adel, dan sisanya kamu habiskan buat snack saja.” Katanya padaku dengan lembut.

Kuambil uang tersebut dan segera pergi dari kantor untuk berbelanja.

Aku berjalan pelan melewati 4 bagian saat pertama kali aku datang. Kali ini kondisi pabrik sudah mulai berisik karena mereka sudah mulai beraktifitas. Beberapa mesin dijalankan dan bisa kulihat masing – masing bagian sibuk dengan pekerjaannya.

Aku ingin mencoba bekerja seperti mereka, punya schedule dan list pekerjaan yang jelas pastinya akan sangat menyenangkan. Aku memilih pergi berbelanja melalui pintu belakang. Jalanan setapak sepi dipabrik ini ditanami dengan berbagai jenis tumbuhan dan pohon, ini merupakan area yang selalu terasa sejuk tidak peduli jam berapapun.

Sebuah lapangan volley terletak tidak jauh dari belakang kantor kami. Dan lapangan basket berada tepat disampingnya. Biasanya tempat ini selalu ramai dijam sore saat sebagian karyawan sudah pulang. Beberapa karyawan yang tidur disini selalu mengunakan tempat tersebut untuk mengisi waktu luang mereka sebelum memulai shift malam, dan tidak jarang karyawan yang sudah selesai jam kerjapun ikut nibrung bermain disana.

(To be continue….)

Spread the love

Leave a Reply

Verified by MonsterInsights