Pabrik kertas ini terbagi menjadi 4 bagian produksi, dan area perkantoran adalah area tambahan dikawasan ini. Untuk bisa mencapainya, aku harus melewati 4 bagian pabrik ini terlebih dahulu. Keunikkan pabrik ini adalah setiap bagian memiliki aroma yang berbeda.
Bagian pertama adalah percetakan, dimana aroma tinta yang sangat tidak bersahabat selalu aku lewati dengan cepat karena selalu membuatku sesak nafas, area ini terletak paling ujung dan disana juga terdapat banyak bahan pemadam kebakaran karena tinta itu mudah sekali terbakar jika tidak berhati – hati.
Para karyawan khusus diarea ini juga selalu mengunakan alat sejenis masker khusus saat beraktifitas, serta mereka diajurkan untuk selalu menelan susu kental tanpa air setiap hari. Hal ini dipercaya dapat menetralkan system dalam tubuh mereka setelah mencium bau tinta seharian.
Bagian kedua yang harus aku lewati adalah bagian roll kertas, atau biasa disebut sebagai wrapping kertas. Aku tidak begitu menyukai bagian ini karena karyawan – karyawan disini suka mengodaku. Aku selalu mendapatkan panggilan aneh dan panggilan sayang dari kejauhan.
Disisi lain, godaan tersebut tidak jarang membuat karyawan cewek lainnya merasa cemburu padaku karena merasa aku adalah pelakor ataupun pengoda yang mengoda semua lelaki, padahal kenyataannya adalah aku salah satu korban godaan mereka.
Aku meneruskan perjalananku kebagian ketiga, disinilah tempat yang selalu aku datangi karena membantu para adm memberikan data. Disini adalah bagian dimana para wanita lain dipabrik ini bekerja dan mereka bertugas untuk memilih karton sesuai dengan warna dan standartnya sebelum dikirim. Bagian ini disebut bagian sortiran.
Disini juga hanya terdapat beberapa lelaki yang sibuk lalu – lalang untuk mengangkat hasil sortiran mereka. Aku selalu singgah kesini untuk mengantarkan data kantor serta memberikan laporan bahan apa yang dibutuhkan agar bisa dikerjakan terlebih dahulu. Tatapan sinis selalu terlihat olehku setiap kali aku melewati bagian ini.
Diakhir perjalanan bisa ditemukan tempat pemotongan kertas reject. Ini menjadi tempat yang sakral bagi setiap karyawan yang melewatinya, apalagi kalau bertugas dishift malam. Pernah ada kejadian seorang karyawan yang memotong jari kakinya sendiri disini, dan saat ditanya yang dia rasa pada saat itu adalah dia sedang memotong kertas rusak seperti biasanya, ternyata dia memotong kakinya sendiri tanpa disadari, dan untung teman shiftnya yang baru kembali dari wc segera menarik dia dari mesin tersebut dan membawanya ke rumah sakit terdekat.
Sejak itu, rumornya bahwa bagian personalia kami sering membawakan sesajian kebelakang pabrik mulai beredar. Dipercaya bahwa mereka memberikan makanan pada para penjaga pabrik ini agar tidak ada lagi hal mengerikan disini. Hal ini rutin dilakukan setiap malam jumat (kamis). Aku tidak terlalu percaya pada setiap gossip yang beredar.
Kulewati area tersebut dengan cepat dan sebuah bangunan putih 2 lantai siap kumasuki. Kutarik nafasku dalam – dalam sebelum memasuki kantor ini. Yuli, sudah ada disana. Dia adalah kepala admin yang tidak pernah mengintiminasi aku.
Dia memiliki kebiasaan suka bergossip seputar kehidupan lapangan. Perihal sesajian yang dikerjakan oleh bagian personalia juga kudengar tanpa sengaja dari dirinya saat sedang bercerita dengan Adel.
Adel, suka duduk dipojokan kantor. Dia adalah orang yang suka menyuruhku melakukan berbagai hal. Aku tidak tahu kenapa dia membenciku, namun jika aku punya kesempatan berada diposisinya, aku akan membalas setiap perlakuannya padaku selama ini.
Aku selalu berusaha tidak menunjukannya, karena aku sadar bahwa laporan dia kepada salah satu kepala disini yah, dia berpacaran dengan salah satu kepala dipabrik ini bisa membuatku kehilangan pekerjaanku dengan mudahnya, apalagi seorang pembantu admin seperti diriku, mungkin ini juga merupakan salah satu alasan dia bersikap semena – mena padaku, dan Yuli, tidak pernah membelaku, hanya menutup mata dan berakting tidak melihat ataupun mendengarkan setiap perkataan yang Adel ucapkan padaku. Kuprediksikan dia takut pada Adel dan Evan.
“Pagi bu Adel, Bu Yuli.” Kataku dengan senyum buatan.
Seharusnya aku memanggil nama Bu Yuli terlebih dahulu karena dia adalah kepalanya, namun karena Adel yang sangat ingin dijadikan pertama membuat aku mengedepankan namanya, dan Yuli tidak pernah mempermasalahkannya.
“Ya.” Jawab Yuli singkat.
Sementara Adel masih sibuk dipojokan kantor dengan peralatan makeupnya. Mungkin dia akan pergi makan siang lagi bersama kekasihnya nanti. Apapun itu, aku akan menyelesaikan pekerjaanku dengan baik dan cepat hari ini.
Aku berharap ada pekerjaan yang mengharuskan aku keluar dari kantor mereka karena berada disini selama 7 jam kerja sangat menyiksa batinku.
(To be continue….)