Seorang security tampak berada didepan pagar dan bersiap memeriksa setiap karyawan yang akan masuk kedalam. Aku berusaha tersenyum seperti biasa dan menyapanya.
“Pagi pak..” suaraku penuh semangat dan aku langsung mengayuh sepedaku melewatinya tanpa berhenti seperti karyawan lainnya. Pertanda aku sedang buru – buru dan tidak ingin diperiksa.
Dia melihatku dengan senyum khasnya dan membiarkan aku masuk tanpa pemeriksaan. Setiap karyawan yang bekerja disini selalu diperiksa jika membawa ransel dan mengunakan sepeda motor, dan khusus bagiku, dia tidak pernah melakukannya.
Jikapun dia tiba – tiba melakukan pemeriksaan padaku, pasti karena ada kunjungan pemilik perusahaan ataupun petinggi lainnya yang berada disana.
Parkiran sepeda tidak pernah ada disini, namun karena aku adalah satu – satunya karyawan yang mengunakan sepeda, maka disisihkan sebuah tempat tidak jauh dari kantin agar aku bisa meletakkan sepedaku dengan aman disana.
Kuletakkan sepedaku dan kurantai dia, meskipun ini kawasan pabrik, aku tetap merantai sepedaku karena tidak ingin seseorang menjahili aku nantinya. Kukunci sepedaku dengan gembok ganda dan berjalan menyusuri jalan setapak ketempat loker karyawan.
Aku bekerja disebuah pabrik kertas yang lumayan besar dan sungguh merupakan suatu keberuntungan bagiku bisa bekerja disini. Sebuah pabrik yang baru berdiri beberapa tahun lalu dan membuka banyak lowongan membuat aku melayangkan lamaranku kesini dan diterima bekerja.
Jarak jauh aku tempuh tanpa keraguan karena disini mereka mampu memberikan gaji sesuai upah minimum kota disaat hampir rata – rata perusahaan lainnya tidak memberikan upah sesuai standart.
Lalu apa yang membuat aku harus berbohong dan tidak jujur pada mama ?!
Aku tidak berbohong !
Aku hanya tidak ingin dia mengetahui seperti apa pekerjaanku, karena baginya aku pasti bekerja dikantoran dengan gaji standart dan dia tidak akan cemas akan masa depanku. Yang kebenarannya adalah aku bekerja disebuah pabrik raksasa dan berada diposisi sebagai pembantu administrasi disini.
Seorang pembantu administrasi dipabrik sama seperti pembantu rumah tangga. Aku tidak akan protes akan hal ini karena aku sadar bahwa saat sesi interview mereka menerimaku karena merasa kasihan akan kehidupanku, sehingga mereka berusaha mencarikan space bagiku untuk bisa bekerja disini.
Sudah lebih dari 1 tahun aku menikmati pekerjaanku disini, dan tentunya sudah 1 tahunan juga aku berbohong kepada mama. Pekerjaanku terhitung sederhana karena hanya sekedar membuat kopi, membersihkan kantor dan disuruh kemana saja oleh orang yang berada dikantor.
Aku selalu berusaha memikirkan masa depan yang aku inginkan, pekerjaan yang aku cintai dan membayangkan aku sedang menjalani pekerjaan kesukaanku saat ini, sehingga aku selalu bisa melewati hari – hari ditempat ini dengan baik. Dan tentunya jam makan siang selalu menjadi waktu kesukaanku.
Kuletakkan tasku kedalam loker dan kusimpan jaketku kedalam loker agar tas tersebut bisa tersimpan lebih dalam dan menjadi sulit untuk dijangkau. Kuganti sepatuku dengan sandal jepit karena tidak ingin sepatuku berakhir dengan cepat.
Kutarik nafasku dan kutatap wajahku dicermin terdekat, aku akan baik – baik saja, dan sore ini aku akan membayar uang sewa rumah. Celemek kerjaku tidak jauh dari loker. Kuikat dengan kencang celemek tersebut kebadanku agar tidak terjatuh nanti ketika aku sedang bersih – bersih, jam dinding berdetak tepat berada diangka 9 sekarang, aku bergegas menuju area perkantoran dan bersiap memulai hariku seperti biasanya.
(To be continue….)