Chapter Three : Family

0

Setiap pinggiran jalan dibuatkan juga jalur khusus sepeda yang sudah ditanami dengan pohon – pohon riang untuk membantu pengurangan polusi udara

Spread the love

Perjalananku setiap hari menuju tempat kerja menjadi perjalanan yang menyenangkan karena selalu ditemani oleh iringan musik artis kesukaanku. Beberapa warung kecil tampak berjejer dengan rapinya disepanjang perjalananku. Dari warung lontong, nasi kuning hingga mie siram yang menjadi favoriteku sedari kecil.

Aku tinggal dikota yang tidak begitu besar namun bisa kulihat kota ini memiliki perkembangan yang baik. Hal ini dibuktikan dengan mulai banyaknya bangunan tinggi dan megah yang mulai dibangun serta banyaknya bus kota yang sudah mulai beroperasi disetiap penjuru kota.

Jika dulu aku hanya bisa berpergian dengan mengunakan angkot, sekarang sudah ada bus besar yang memiliki banyak jalur dan memiliki ac didalamnya, tentunya dengan harga sekelas angkot.

Disamping itu, setiap jalan yang ada dikota ini juga sudah teraspal dengan baik, lampu – lampu tinggi berjejer disepanjang jalan dan siap menyala dikala matahari sudah bersembunyi dibalik awan.

Setiap pinggiran jalan dibuatkan juga jalur khusus sepeda yang sudah ditanami dengan pohon – pohon riang untuk membantu pengurangan polusi udara, dan tentunya agar para pesepeda tidak kepanasan saat hari sudah siang. Kulihat orang – orang dikawasan ini rata – rata berpakaian rapi.

Aku ingin sekali seperti mereka. Mengunakan jas dan kemeja, dipadukan dengan sepatu heels, bermake up dan menenteng tas kerja. Bekerja dikantoran adalah salah satu pekerjaan yang aku inginkan saat aku hampir menyelesaikan masa SMA ku, namun kenyataan hidup mengantarkanku pada pekerjaan yang sungguh berbeda dari apa yang aku inginkan.

Beberapa orang dengan pakaian dinas juga terlihat sedang asik duduk menikmati sarapan pagi sambil bercanda ria, Bisa kuprediksikan mereka sedang menunggu jam masuk kerja karena aku sedang melewati kawasan perkantoran. Kulanjutkan perjalananku dan berhenti disebuah warung kue. Aku membeli beberapa kue basah yang rencananya akan kujadikan makan siangku nanti.

“Bu, kue talamnya 2 yah.” Jariku dengan lincah langsung memilih kue yang berada dipojokan rak.

Kuraih ranselku untuk membayar kue tersebut dan seketika teringat kembali akan amplop yang diberikan mama semalam. Uang sebanyak itu berada ditasku dan akan aku bawa ketempat kerja (?). Kepanikan menyerangku seketika.

“Kenapa dek, ada tambahan lagi ?” Ibu itu menyodorkan plastik berisi kue talam dengan wajah keheranan.

“Tidak buk, ini saja. Makasih.” Kataku sambil memberikan uang seribu kepadanya dan mengayuh sepedaku menjauh dari warung tersebut. 

Keringat mulai membasahi wajahku dan tidak aku hiraukan. Aku hanya memikirkan mau disimpan kemana uang sebanyak ini, dan bagaimana jika hilang. Betapa bodohnya aku bisa melupakan uang sebanyak ini didalam tas.

Sebuah sekolah sudah mulai terlihat, pertanda tempat kerja sudah tidak terlalu jauh dari sini. Apakah aku bolos kerja saja hari ini dan mencaritahu darimana datangnya uang mama ini atau aku bekerja seperti biasa dan menyimpan terlebih dahulu uang ini diloker.

Setelah mempertimbangkan beberapa hal, aku memutuskan untuk tetap masuk kerja. Aku akan menyimpan uang ini terlebih dahulu lalu bekerja seperti biasanya agar tidak ada orang yang mencurigaiku.

Tidak lama asap hitam mulai terlihat, beberapa bangunan dengan warna cat yang sama dan dikelilingi pagar abu – abu yang panjang seperti penjara sudah semakin dekat. Aku akan masuk kerja hari ini, kulawan perasaan ingin bolos dan mengarahkan sepedaku kepagar depan pabrik ini.

(To be Continue…)

Spread the love

Leave a Reply

Verified by MonsterInsights