Setelah mobil Lena pergi dari penginapan itu, mereka semua masuk kedalam kamar Lisa. Mereka merangkul Lisa dan berusaha menghiburnya. Mora memperhatikan kelakuan Weisu yang tampak aneh. Sementara Dani hanya terfokus pada Lisa. Mora lalu mengajak Neo keluar dari kamar itu.
Didalam kamar yang berbeda, Mora mulai memberitahu keanehan yang dia rasakan dari kasus ini. Dia juga meminta Neo untuk memeriksa ponsel Leo yang berada dikamar Lisa. Dalam situasi seperti ini, mereka berdua tidak bisa mempercayai siapapun. Mora juga memberitahu Neo bagaimana Lisa keluar dari tenda dengan pakaian dress dan heels yang tampak kotor.
Kondisi menjadi lebih sulit dari apa yang mereka bayangkan. Neo memutuskan untuk memberitahu Mora bahwa sebelum mereka tiba disana, mereka mendapatkan berita bahwa Lisa adalah anak yang dikabarkan menghilang dari desa tersebut.
Mora agak terkejut mendengarkannya namun tidak menyalahi Neo. Itu pastilah penyebab kenapa warga – warga disana tidak berani melihat Lisa ketika mereka bertanya tadi.
“Jadi, apa yang akan kita lakukan ? Aku harus memberitahu Dani !” Neo kehilangan akal sehatnya.
“Neo, ini bukan saat yang tepat. Kamu hanya akan dibenci Dani jika mengatakannya sekarang.” Mora menyentuh bahu Neo dan mulai menenangkannya.
“Lisa berbahaya ! dan aku tidak ingin Dani bernasib sama seperti Leo !” Neo menepis tangan Mora.
“Ada apa denganku ??” pintu terbuka dan kepala Dani muncul dari sela kecil itu.
Mereka terdiam. Dani berdiri didepan pintu kamar mereka sambil menyilangkan kedua tangannya didada. Tatapannya penuh kebencian.
“Apakah disaat seperti ini kamu berselingkuh dibelakangku ? oh dan Mora. Aku sudah tahu sejak awal kamu menyukai Neo !” geram Dani.
“Dani.. bukan itu …”
Neo berusaha menjelaskan namun Dani tidak mendengarkan. Dia langsung meninggalkan mereka berdua disana tanpa menutup kembali pintu kamar.
“So ??” Mora kebinggungan.
Neo bangkit berdiri dan segera menyusul Dani. Mora menghela nafas panjang dan ikut menyusul Neo kedalam kamar Lisa.
Didalam kamar itu, Lisa dan Dani berada dipojokan kamar dan mengabaikan kehadiran mereka berdua. Melihat situasi yang semakin rumit, Weisu akhirnya buka suara.
“Ini bukan saat yang tepat untuk saling bermusuhan.” katanya pelan sambil meringkuk disisi lain dalam kamar.
“Well, aku hanya bertanya pada Mora bagaimana meminjam ponsel Leo pada Lisa. Karena aku tidak ingin menyinggung perasaannya. Itu saja Dani.”
Neo mulai menjelaskan. Dia tidak memberitahukan kenyataan yang sebenarnya.
“Kenapa tidak bertanya padaku langsung !” Dani membentak.
“Kamu sedang menghibur Lisa. Bagaimana aku bisa mengatakannya padamu !” Neo mulai geram. Dia kini berdiri tegak diantara Lisa dan Dani. Matanya tajam menatap Dani.
“Ada apa dengan ponsel Leo ?” akhirnya Lisa buka suara.
“Begini, dari keterangan Lena, Cowel mungkin menghubunginya. Kita tidak melihat ayahmu sejak hari pertama kita sampai. Dia juga tidak mengangkat teleponmu. Kemungkinan dia tahu bahwa kita berada disini sangat tipis. Dan mungkin kita bisa cek ponsel Leo.” dia menjelaskan dengan santai namun matanya tidak lepas dari Dani. Expresi wajah kekasihnya itu menunjukan bahwa dia menyerap perkataan Neo dengan baik.
Tidak ingin berdebat lebih lanjut, Lisa menunjuk salah satu tas yang berada disamping kasurnya. Neo segera mengambil tas tersebut dan mengeluarkan ponsel Leo. Dia memeriksa daftar panggilan disana dan tidak ada seorangpun yang meneleponnya. Tidak ada nomor tidak dikenal dan juga tidak ada panggilan keluar.
Dia meletakkan kembali ponsel Leo kedalam tasnya dan menggelengkan kepalanya pada teman – teman yang lain. Weisu mulai bergetar hebat.
“Maksudnya apa, Neo ?” suara Dani mulai terdengar panik.
“Tidak ada yang menelepon Leo. Ada yang salah dari kesimpulan Lena.”
Neo tidak menjawab lebih lanjut. Dia lalu menatap Lisa.
“Ini sungguh aneh, bagaimana Leo bisa ketempat Cowel jika tidak ada yang meneleponnya ?” Mora menatap Lisa, berharap ada jawaban dari orang yang paling dicurigainya saat ini.
“Aku akan pergi dari sini ! aku tidak ingin mati disini “ Weisu mulai bangkit berdiri dan mengambil tasnya.
“Ya, kita akan meninggalkan desa ini besok pagi. Sekarang kita akan beristirahat dan besok, sebelum matahari terbit, kita akan pergi.” Sahut Neo.
Dia lalu merangkul Weisu dan mereka kembali kedalam kamar mereka masing – masing. Mora, Dani dan Lisa berada pada kamar mereka.
Malam itu, Weisu sungguh gelisah. Pikirannya dipenuhi dengan rasa bersalah dan juga ketakutan yang luar biasa. Sesuatu telah menarik Leo dan membunuhnya. Jika Cowel bukan ayah Lisa, lalu siapa yang mengenali mereka berdua dan membunuh mereka dengan begitu keji. Dia tidak bisa memejamkan matanya malam itu.
Dia lalu bangkit berdiri sepelan yang dia bisa, tidak ingin menganggu tidur Neo.
Dia masuk kedalam kamar mandi dan mengunci pintunya dari dalam. Dia menutup wastafel dan menyalakan air sekencang mungkin. Sebuah cermin kecil berada didepannya dan dia mulai melihat pantulan dirinya sendiri.
Matanya mulai sembab. Dia kembali teringat akan bagaimana dia terus mengikuti suara itu dan menulis nama Leo disana tanpa berpikir panjang. Seandainya dia tidak melakukan hal itu ! Leo pasti masih hidup.
Setelah kembali kekota, dia akan memberitahu polisi kejadian yang sebenarnya. Dia mengingat lingkaran itu dan mulai yakin bahwa seseorang telah mengunakan ilmu hitam disana. Ada pemuja iblis didesa itu. Dia akan menghadapi segala konsekuensi yang akan diberikan. Setidaknya dia bisa memaafkan dirinya sendiri.
“Pembunuh !”
Weisu terkejut dan melihat sekelilingnya. Hanya ada bak air, fentilasi kecil dipojok kiri dan dirinya sendiri. Dia lalu menatap kembali kecermin itu lalu…..
Dia melihat Leo !
Pria berwajah pucat dengan bibir yang mulai menghitam berdiri dibelakangnya. Bagian dadanya berlubang. Dia segera melihat kebelakang dan sosok Leo hilang. Dia melihat kembali kecermin dan Leo kembali berada dibelakangnya.
“Pembunuh !” suara itu mulai bergema ditelinga Weisu.
Weisu mulai ketakutan. Dia menangis. Dia tidak melihat kebelakang lagi. Dia terus menatap Leo dari balik kaca tersebut.
“Maafkan aku, Leo.” katanya lemah.
“Kamu harus membayarnya, Weisu…”
Leo lalu mengangkat tangan kirinya. Weisu mengikutinya. Weisu tidak mampu mengendalikan tubuhnya sendiri. Leo tersenyuman lebar, begitu juga dengan Weisu. Seluruh tubuhnya bergetar hebat. Dia tidak bisa mengendalikan dirinya.
Leo lalu mengambil pisau cukur kecil diatas wastafel dan memotong jarinya satu per satu. Weisu, berusaha melawan namun tidak bisa. Tubuhnya bergerak sendiri dan dia mulai memotong jarinya sendiri. Tidak ada rasa sakit yang dirasakan. Darah segar Weisu mulai memenuhi wastafel itu.
Weisu mulai menangis namun tidak ada suara yang keluar dari bibirnya, hanya permintaan maaf berkali – kali seperti berbisik pelan. Ketika seluruh jari yang berada ditangan kirinya terlepas, Leo membuka lebar mulutnya, diikuti oleh Weisu.
Leo lalu mengangkat tangan kanannya. Weisu berusaha melakukan perlawanan. Tangan kanannya tetap terangkat dengan penuh gemetar. Leo menjulurkan lidahnya dan mulai meletakkan pisau cukur itu diatas lidahnya . Dengan bibir tersenyum, Leo memotong lidahnya. Terus dan terus hingga terputus, dan Weisu, mengikutinya. Dia memotong lidahnya hingga putus.
Lidah tersebut jatuh kelantai, Weisu kehilangan kesadarannya, dia terjatuh dan menghantam cermin didepannya hingga menimbulkan bunyi yang begitu keras.
Dibalik pintu, Neo segera terbangun dan melihat kearah toilet. Dia menyalakan lampu kamarnya dan melihat darah segar mengalir keluar dari balik pintu kamar mandi. Dia menerjang ketoilet dan berusaha membuka pintu itu namun terkunci dari dalam. Neo mulai menjerit ketakutan.
Mendengar keributan itu, Lisa, Dani dan Mora segera berlari kekamar mereka. Dengan panik Neo membukakan pintu itu dan menunjuk kamar mandi. Wajah mereka dipenuhi oleh ketakutan.
Neo tidak berpikir untuk membangunkan pemilik penginapan. Dengan sekuat tenaga, dia mulai mendobrak pintu kamar mandi itu. Beberapa dobrakan dan pintu terbuka, Neo menutup mulutnya dan terduduk dengan lemas dilantai kamar mandi.
Mora memberanikan diri menyusul Neo dan menjerit histeris ketika melihat tubuh Weisu tergeletak dibawah wastafel. Lidahnya putus dan jarinya berserakan dilantai kamar mandi itu. Dani ikut menjerit histeris dari belakangnya sementara Lisa mulai berlari keluar kamar dan berteriak meminta pertolongan.
Tidak dibutuhkan waktu lama mobil ambulan kecil sampai dipenginapan tersebut. Mereka membawa Weisu kerumah sakit.