CHAPTER THIRTY : HE’S DEAD

13

Lena lalu mengiringi mereka keluar dari lokasi tersebut. Weisu tampak begitu pucat, begitu juga dengan Lisa dan Dani

Spread the love

Pagi itu mereka berkumpul bersama jam 7 pagi diruang tamu penginapan. Didesa itu tidak ada hotel seperti diperkotaan. Penginapan disana bisa dikatakan seperti rumah biasa. Dinding dan lantainya terbuat dari semen dan dilapis bamboo agar didalamnya tetap sejuk. Tempat itirahat mereka hanya memiliki 7 kamar didalamnya. 1 kamar sebagai kamar pemilik penginapan dan 6 lagi disewakan.

Setiap kamar hanya dibatasi oleh dinding. Tidak ada yang istimewa didalamnya. Rumah itu memiliki lorong yang panjang dan kamar owner berada diujung lorong. Masing – masing sisi kiri dan kanan memiliki 3 kamar dan didekat ruang tamu, ada sebuah lorong kecil yang cukup untuk dilewati 1 orang. Disanalah letak dapur.

Untuk makan, semua pengunjung harus berada diruang tamu karena disana ada sebuah meja bulat besar bertemankan tempat duduk kecil yang sudah disusun secukupnya. Duduknya agak unik, kita harus melipat kaki kita dan memasukan kaki kita dibawah meja bulat itu agar tidak sempit. Seperti tempat makan ala Jepang.

Seorang nenek tua pemilik penginapan berjalan melewati mereka sambil tersenyum. Dia memegang sebuah tongkat yang terbuat dari rotan. Rambutnya putih panjang dan jalannya sedikit bungkuk. Sarapan akan dimasak ketika ada pengunjung yang meminta. Dan tentunya mereka tidak boleh makan dikamar mereka. Melainkan diruang tamu itu. dekat dengan kasir. Sehingga sang pemilik bisa melihat expresi mereka ketika mencicipi masakannya.

“Apakah tidak lebih baik kita mencari makanan diluar saja ?” bisik Dani pelan ketika nenek itu terlalu, tidak ada yang menjawab bisikan tersebut.

“Aku bahkan tidak tahu kenapa kita menginap disini !” Dani kembali mengeluh.

“Apakah kita terlihat seperti punya pilihan lain ?” Neo akhirnya buka suara.

“Dani, bukan hanya kamu yang mengalami hal sulit ! Seandainya kita tidak kesini !” Mora melanjutkan.

Lisa hanya diam saja. Begitu juga dengan Weisu yang dipenuhi oleh kegelisahan sepanjang malam.

“Lisa, apakah kamu tidak ingat apapun disini ? Bagaimana ayahmu ? Apakah kamu sudah mencoba menghubunginya ?” Neo melirik Lisa.

“Tidak ada jawaban Neo ! Aku bahkan tidak ingat siapa dirimu saat ini !” jawab Lisa penuh kekesalan.

Mora dan Neo menatap Lisa. Perdebatan mereka akan segera dimulai namun untungnya, nenek tersebut memangil mereka dari dalam dapur.

“Adakah yang bisa membantu mengangkat makanan ini ?”

“Kita akan membahasnya nanti ! yang penting saat ini adalah mencari Leo ! ingat !” Jawab Mora judes.

Mora memutuskan untuk pergi kedapur dan membantu nenek tersebut. Neo menyusulnya tidak lama kemudian. Dani yang melihat hal tersebut menghela nafas panjang dan menepuk pundak Lisa sambil berbisik pelan.

“Sebentar lagi Neo akan berpacaran dengan Mora.”

Mereka tertawa kecil sementara Weisu tidak banyak berkomentar. Pikirannya masih dipenuhi oleh hal – hal buruk. Sesuatu pasti terjadi pada Leo.

Mereka menikmati sepiring nasi goreng khas buatan pemilik penginapan. Dengan potongan ayam dan ikan yang digoreng terlebih dahulu. Nasi goreng itu dimasak dengan mentega dan ditaburi bawang merah diatasnya. Masing – masing mereka juga mendapatkan segelas kopi hitam pekat.

“Mora, tumben kamu minum kopi juga ?” Tanya Dani dengan mulut yang masih penuh nasi goreng.

“Apakah aku terlihat seperti orang yang segar bugar ? aku sungguh ngantuk ! Leo membuatku tidak bisa tidur. Jika aku menemukannya, aku akan menjewel telinganya. Dia pasti sedang mengerjain kita !” jawab Mora.

“Aku berharap dia baik – baik saja dan berada disini.” Lisa tampak tidak menikmati sarapannya.

“Makanlah yang banyak ! Kita akan segera menemukannya. Jika tidak, kita akan menghubungi polisi seperti kata Neo.” Dani berusaha menyemangati Lisa.

Mereka menghabiskan sarapan mereka lalu memperpanjang sewa mereka sehari lagi. Dengan perlengkapan secukupnya, mereka memutuskan mencari disekitar penginapan dan juga tempat dimana mereka pertama kali mendirikan tenda.

Desa Aleska merupakan desa terpencil dan sangat minim akan kendaraan. Mereka lebih memilih untuk berjalan kaki menuju suatu tempat ketimbang menaiki kendaraan mereka. Sebagian dari mereka hanya mengunakan sepeda motor sebagai sarana perantara disaat sedang bekerja saja.

Beberapa orang penting juga berada didesa itu. Mereka memiliki rumah yang besar dan biasanya memiliki 2 lantai dengan pagar tinggi disekelilingnya. Sungguh mudah membedakan warga kaya dan miskin di desa Aleska.

Meskipun dikatakan desa terpencil, desa ini memiliki supermarket yang lengkap dan juga café terkenal. Salah satunya adalah café uncle Jon. Namun café itu sudah tutup 14th lalu akibat kecelakaan yang dialami oleh salah seorang penduduk desa.

Rumah mewah milik keluarga Mario juga sudah mulai berlumut. Tidak ada yang berani kesana. Rumah itu menjadi rumah misterius karena ditinggal begitu saja oleh pemiliknya ketika anak semata wayang mereka meninggal. Sejak saat itu, desa itu semakin tidak jelas keberadaannya.

Ketika musim dingin tiba, tidak ada seorangpun warga yang akan keluar dari rumahnya karena kisah Audrey telah menjadi mitos disana. Sebagian penduduknya memilih untuk pergi kekota ketika musim dingin. Mereka tidak ingin terkena musibah disana. kutukan Audrey itu nyata bagi mereka,

Didepan pintu rumah mereka juga terpasang sebuah syal merah. Mereka percaya bahwa dengan memasang syal tersebut didepan pintu, arwah Audrey akan berpikir bahwa itu adalah rumah mereka, sehingga mereka akan aman berada didalam rumah. Terutama jika mereka memiliki anak perempuan.

Neo dan Mora dengan antusias mencatat semua penjelasan warga yang mereka temui disepanjang perjalanan. Sebagian dari mereka langsung berjalan tergesa – gesa dan sebagian lainnya berbaik hati membagikan informasi.

Yang membuat mereka kebinggungan adalah mereka tidak berani menatap Lisa. Ada yang ketakutan, ada yang seperti terkejut, tidak ada warga yang mau menjelaskan apapun ketika Lisa berada bersama mereka. Mora yang menyadari hal itu memberitahu Neo secara diam – diam.

Perjalanan mereka terhenti ketika melihat kilau lampu mobil polisi yang melesat dengan cepat. Setelah saling pandang beberapa saat, mereka berlari kencang mengikuti arah mobil polisi tersebut. Masing – masing mereka dipenuhi oleh kecemasan yang berbeda.

Mereka berhenti disebuah rumah dengan batasan kuning disekeliling rumah tersebut. Beberapa polisi berada disana dan Lena, turun dari mobil yang tadi melaju pesat. Lisa segera berlari mendekatinya sementara teman – teman lainnya memperhatikan dari jauh.

Percakapan mereka terhenti ketika Lisa menjerit histeris dan Lena memeluknya. Mereka saling pandang lalu menghampiri Lisa dan Lena.

“Apa yang terjadi ?” Mora tampak cemas.

Lena tidak menjawab pertanyaan mereka dan membawa mereka masuk kedalam. Karena dia adalah seorang detektif, polisi disana tidak banyak bertanya dan membiarkan mereka masuk.

Beberapa orang polisi berada didalam rumah itu dan sibuk mencatat berbagai penemuan dan memotret barang – barang yang diduga sebagai barang bukti.

Disana tergeletak Leo dilantai dan Cowel dengan lehernya yang remuk. Mereka semua berada didalam lingkaran dan lilin – lilin disana telah mencair sepenuhnya. Serpihan – serpihan tulang juga berserakan disana.

Pihak kepolisian akan melakukan identifikasi terhadap serpihan tulang itu. Mereka juga akan menyelidiki bagaimana Leo bisa kerumah Cowel. Dan kenapa Cowel bunuh diri diatas lingkaran ritualnya sendiri.

Lena lalu mengiringi mereka keluar dari lokasi tersebut. Weisu tampak begitu pucat, begitu juga dengan Lisa dan Dani. Melihat kondisi tersebut, Neo memutuskan untuk mengajak mereka kembali kepenginapan. Lena yang kebetulan berada disana menawarkan dirinya untuk  mengantarkan mereka kembali.

Mora menatap lokasi itu untuk yang terakhir kalinya. Dia merasakan sesuatu yang menganggu dan tidak masuk akal. Apakah mungkin Cowel menelepon Leo. Dia akan memeriksa ponsel Leo segera setelah mereka kembali kepenginapan.

Ketika semua temannya sudah masuk kedalam mobil Lena, Mora berhenti dan memberanikan dirinya untuk bertanya pada Lena.

“Lena, apakah kamu sudah memberitahu orangtua Leo ?”

“Iya, serahkan pada kami. Aku akan berusaha memberikan penjelasan yang bisa mereka terima.”

Lena lalu memberikan kartu namanya pada Mora sambil tersenyum.

“Jika kamu menemukan sesuatu yang aneh. Kamu bisa menghubungiku kapan saja.” Lena tampa hangat dan berusaha membantu.

Mora mengambil kartu itu dan menatap Lena sesaat. Dia begitu ingin memberitahu Lena tentang Lisa. Mulai dari sikap Lisa yang aneh hingga sapaan polisi ketika mereka pertama kali sampai didesa itu.

Dia berusaha keras mengurungkan niatnya karena tidak ingin membuat teman lainnya berada didalam bahaya. Akhirnya Mora berpisah dengan Lena dan masuk kedalam mobil yang sudah menunggunya.

Didalam mobil, Weisu begitu ketakutan. Apa yang telah dia tulis telah menjadi kenyataan. Dan jika dia mengatakannya sekarang, dia tidak lebih hanyalah seorang pembunuh. Tidak ada yang bisa dia lakukan. Dia adalah seorang pembunuh !

Spread the love

13 thoughts on “CHAPTER THIRTY : HE’S DEAD

  1. Güney Carolina’nın kırsal bölgesi. Amerikan İç Savaşı sonrası, Augusta ve ergenlik çağındaki kız kardeşi Louise ve genç köleleri Mad, aile çiftliğini işletmek üzere dağlarda tek başına bırakılmışlardır. Ailenin erkekleri yani diğer kardeşler ve babaları savaşmak üzere evi terk etmişlerdir. Hiçbirinden haber alınamamaktadır. Çiftlikte kendi hallerine bırakılan kadınlar gelecekleri konusunda endişelidirler. İçlerinden biri hastalanınca Augusta, yakınlardaki kasabaya ilaç aramak için evden çıkar. Arayışı sırasında kasabaya korku saçan ve Birlik Orduları’na katılmayı başarmış iki Yankee izcisiyle karşılaşır. Augusta ne yapıp edip onlardan kaçmayı başarır. Fakat onu çiftliğe kadar takip etmişlerdir. Bu sırada çiftlik içindeki kadınların da birbirleri arasında süregelen ayrı bir çekişme söz konusudur. Burton Abril

  2. Bir prensesin, yakışıklı bir prense dönüşen bir kurbağayı öpmesiyle birlikte gerçek aşkını bulduğu hikayeyi herkes biliyor. Bu hikayemizde kızımız yine bir kurbağayı öpüyor fakat sonuçlar çok farklı oluyor. Bunun peşinden mizah, heyecan, müzik ve duygu dolu bir macera başlıyor. Sonunda prens ile prenses arasında aşk bir yolunu bulup gelişiyor… ayrıca bir kurbağa, bir ateş böceği ve onun aşkı da filmde yer buluyor. En önemli ayrıntıların insanın içinde olduğunu izleyeceksiniz. Domenic Cascio

  3. Yetim olan Félicie Milliner sakin bir köyde yaşamakta olan küçük bir kızdır. Ancak Felicie’nin büyük bir hayali vardır, o da bir balerin olabilmektir. Bunun yolunun köyde kalmaktan geçmediğini bilen küçük kız kırsal Brittany’i terk ederek Paris’e kaçar. Burada bir yanlışlık sonucu farklı biriyle karıştırılır. Ancak bu yanlışlık ona hayallerinin yolunu açar. Felicie bu karışıklık sayesinde Büyük Opera binasının öğrenci kontenjanına girmeyi başarır. Peki küçük kız kimse durumu anlamadan hayallerine kavuşabilecek midir? Brenton Buser

  4. Yeni seçilen Nelson Mandela, milletinin ırk ve ekonomik nedenlerden dolayı ayrımcılığa uğradığını bilmektedir. Mandela sporun uluslararası dili sayesinde insanları birleştireceğine inandığı için, 1995 Dünya Kupası’nda inanılması güç bir çıkış yapan Güney Afrika futbol takımını destekler. Zachariah Hessey

  5. I wanted to post you that tiny remark to say thanks a lot over again just for the nice secrets you have featured in this case. It was really seriously open-handed with you to grant publicly just what many individuals might have offered for an ebook to generate some dough for themselves, mostly now that you might have tried it in case you desired. These secrets as well served to be a good way to fully grasp that other people online have the identical fervor much like my personal own to know the truth more regarding this matter. I am sure there are numerous more pleasant periods in the future for many who read your site. Kennith Baller

  6. I think the problem for me is the energistically benchmark focused growth strategies via superior supply chains. Compellingly reintermediate mission-critical potentialities whereas cross functional scenarios. Phosfluorescently re-engineer distributed processes without standardized supply chains. Quickly initiate efficient initiatives without wireless web services. Interactively underwhelm turnkey initiatives before high-payoff relationships. Kendall Mastronardi

Leave a Reply

Verified by MonsterInsights