[Ch. 04] Better Alone

0

Hari – hariku seolah kembali kemasa dimana aku tidak memiliki siapapun. Tidak ada teman untuk tugas kelompok dan juga tidak ada teman untuk bermain. Aku kembali menjadi Karen situkang hayal.

Spread the love

Kehilangan Feri membuatku begitu tidak bersemangat untuk bersekolah. Meskipun aku sudah tidak pernah dibully, aku tetap merasa tidak aman didalam kelas. Ada rasa kesendirian yang begitu kuat.

Hari – hariku seolah kembali kemasa dimana aku tidak memiliki siapapun. Tidak ada teman untuk tugas kelompok dan juga tidak ada teman untuk bermain. Aku kembali menjadi Karen situkang hayal.

Seiring berjalannya hari dan pertambahan usiaku, aku mulai semakin menyadari bahwa mama adalah tulang punggung kehidupanku. Papaku adalah seorang pelaut yang tidak pernah memberikan uang pada mamaku

Aku tidak pernah bertanya kepada mama. Lalu bagaimana hubunganku dengan Willy ?
Well, jarak kami terasa semakin jauh. Dia mulai suka pergi bermain ke warnet dan tidak berada dirumah sepulang sekolah, Sementara aku, aku selalu mengikuti mama kemanapun dia pergi.

Aku akhirnya mengenal Dave setelah 3 bulan menjalani kelas 4 SD ku yang membosankan. Dia adalah anak pindahan dari sekolah dikota lain dan kebetulan duduk disampingku. Rambutnya sedikit ikal dan matanya besar. Dia selalu membawa sebuah botol termos besar bersamanya setiap jam istirahat dan dia juga sangat jarang jajan dikantin.

Seiring dengan berjalannya waktu, aku mulai tahu bahwa Dave adalah anak yang pintar. Aku mulai akrab bersamanya dan menghabiskan hampir seluruh waktu sekolahku bersama dengan dirinya.

Suatu hari ketika ada rapat guru dan kami pulang lebih cepat, akhirnya Dave mengajakku untuk kerumahnya. Aku lumayan mahir soal jalanan karena aku sering ikut dengan mamaku. Tanpa banyak bertanya pada Dave, akhirnya kami berdua berjalan kaki bersama pulang sekolah hari itu.

Security awalnya tidak memberikan izin kepada kami untuk keluar tanpa ada orangtua, namun Dave berhasil menyakinkan security bahwa kami hanya keluar untuk jajan makanan didepan. Setelah memastikan security tidak mengawasi, kami segera berbelok kearah jalan raya dan berlari pergi sambil tertawa – tawa. Ada kebahagiaan yang luar biasa saat itu.

Setelah hampir 20 menit perjalanan akhirnya kami sampai disebuah rumah besar dengan pagar besi. Itu adalah rumah Dave. Besarnya berkali lipat dari rumahku dan kuperhatikan Dave yang mulai membuka sebuah box meteran air disalah satu pojokan depan rumahnya.

Sebuah kunci kecil kini ada ditangannya. Kunci tersebut lalu dimasukan kedalam salah satu lubang yang berada dipintu besi dan diputarnya pelan. Pintunya terbuka ! Dengan senyuman yang terukir dibibir Dave, akhirnya dia mulai mendorong pintu besi tersebut hingga terbuka. Aku masuk kedalam setelah dia, lalu pintu tersebut ditutup dari dalam !

Rumah ini gelap. Tidak ada orang didalam rumah ! pikirku. Saat aku mulai berjalan masuk kedalam, Dave menarik tanganku dan menutup bibirku dengan jarinya, memintaku untuk diam.

Kuperhatikan kelakuan Dave yang aneh saat itu. dia mengeluarkan sebuah kertas dari tasnya dan mulai mengambarkan peta aneh. Aku hanya melihatnya dengan keheranan. Peta sederhananya selesai tidak lama dan saat kuperhatikan dengan baik, peta itu mirip dengan peta yang ada disebuah film kesukaan kami. Film sihir untuk mengusir aura jahat.

Dave meletakkan sebuah pensil diatas kertas tersebut dan mulutnya mulai komat kamit. Tidak lama kemudian matanya melotot dan melihat kearahku.

“Aku merasakan ada aura jahat disini, Karen !” katanya.

Kuperhatikan dia berjalan masuk kedalam rumahnya dan matanya sibuk memperhatikan kertas yang ada ditangannya. Bagiku tidak ada yang berubah dari kertas tersebut, pensilnya juga tidak bergerak sama sekali, darimana datangnya aura jahat, terutama dirumahnya sendiri ! Imajinasinya melebihiku. Batin dalam hati.

Namun aku tidak ingin mengecewakan Dave pada saat itu sehingga yang aku lakukan adalah mengikuti alur permainannya. Aku berpura – pura bisa merasakan apa yang dirasanya dan perlahan kami mulai menaiki tangga kelantai dua rumahnya.

Tangan Dave tiba – tiba memberikan isyarat bagiku untuk berhenti. Aku memasang wajah ketakutan. Dia berjalan perlahan menuju salah satu kaca dan sambil membacakan mantra dengan bahasa yang tidak kupahami, dia membuka kaca tersebut dan membuang kertas yang dia gambar keluar dari rumahnya.

Dia menghela nafas lega dan memberitahuku bahwa roh jahat tersebut sudah berhasil diusirnya. Aku hanya tersenyum dan berpura – pura kelihatan lega karena dia telah menyelamatkanku. Semua aku lakukan karena tidak ingin kehilangan teman seperti Dave.

(to be continue….)

Spread the love

Leave a Reply

Verified by MonsterInsights