Aku membuat semua rasa pahit yang aku alami sebagai motivasiku untuk bisa mengejar berbagai ketertinggalan. Tidak segan aku memungut makanan temanku yang tersisa saat kantin sekolah sepi, semua itu aku lakukan agar aku bisa menabung beberapa ratus rupiah yang diberikan ibuku untuk jajan.
Masa SMP adalah masa dimana aku akhirnya sadar bahwa didalam hidup ini, yang bisa kita andalkan adalah diri kita sendiri. Keputusasaan ibuku untuk membayar uang sekolahku, menyadarkanku bahwa disaat kondisi terendah, kamu akan sadar siapa sebenarnya yang benar – benar tulus mendukungmu.
Salah satu keputusan salah yang aku lakukan adalah meminjam uang kepada ayahku saat itu. Tidak segan ayahku membayar tunggakanku, namun dia begitu marah dan memukuli ibuku didepan mataku. Kejadian yang tidak mungkin terlupakan didalam hidupku.
Tidak mendapatkan sosok seorang ayah membuatku menjadi pribadi yang kuat. Aku memutuskan untuk sekolah sambil bekerja semasa SMA. Tidak memiliki teman untuk bermain, jalan, dan bercerita sudah merupakan hal biasa bagiku. Aku mulai menyukai buku diary karena dialah tempat yang sangat setia mendengarkan setiap curahan hatiku.
Usaha tidak menghianati hasil adalah sebuah kata bijak yang aku yakini. Perjuanganku akhirnya membawaku melewati masa SMA dengan nilai baik. Perasaan iri mulai muncul saat aku melihat teman – temanku yang bisa mendapatkan segala sesuatu dengan mudah.
Perasaan iri karena melihat sebagian orang yang memiliki kemampuan financial yang baik sehingga membuat mereka bisa study dengan baik pula.
Sungguh berbeda dengan hidupku. Aku dengan mudah kembali terpuruk saat itu.
Setiap keterpurukan datang, membuat mentalku semakin merasa tidak baik. Aku berusaha melihat ibuku yang kini sudah semakin tua, tetapi terus bekerja agar bisa mencukupi kebutuhan makanku sehari – hari.
Kenapa aku tidak bisa bersyukur dan hanya sibuk membandingkan ibuku dengan orangtua lainnya ? Seharusnya aku sadar bahwa apa yang diberikan ibuku adalah semua yang dia miliki !
Jika dia tidak berusaha dan berjuang saat aku masih kecil, mungkin untuk melewati masa SMA saja tidak akan bisa aku lakukan. Akan menjadi manusia seperti apakah aku ?
Kuputuskan untuk mencari pekerjaan seketika setelah aku dinyatakan lulus SMA. Pekerjaan pertamaku adalah disebuah toko elektronik, dengan gaji luar biasa kecil. Disaat teman – temanku melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi, aku sudah bekerja.
Keinginanku yang kuat untuk bisa bersekolah lagi aku pendam dalam – dalam. Hingga sebuah titik balik terjadi didalam hidupku. Sebuah perusahaan kertas raksasa membuka lowongan bagi mereka yang baru menyelesaikan bangku SMA. Tanpa ragu aku memutuskan untuk melamar pekerjaan disana.
Sesi interview selalu menjadi sesi yang sangat aku takuti, terutama jika bertemu dengan orang yang sangat memperhatikan penampilan. Akankah aku gagal hanya karena fisikku yang tidak mendukung ?
Seorang pria raksasa memberikanku berbagai pertanyaan saat itu. Dari cara pandangnya, aku sadar bahwa dia menilai aku melalui penampilanku saja. Untungnya pengalaman kerjaku selama masih sekolah membuatku bisa menyakinkan dia bahwa aku adalah pribadi yang kuat dan bisa bekerja.
Dan karena keyakinankulah, akhirnya dia menerimaku untuk bekerja disana. Walaupun aku tahu sebagian besar alasannya menerimaku adalah karena rasa kasihannya padaku.
(to be continue…)